#SKS_CORONA Dalam Karya Sastra Puisi

Share posting

Oleh :  Lilis Yuliati, S.Pd., M.Pd. & Wishnoe Ida Noor

ilustrasi search by
canva.com

Garut – Haii…pembaca budiman GrahaBigNews, kali ini Kamis (09/4) kami transformasikan 5 karya sastra puisi dari rekan-rekan kita di SKS, masih bertemakan Corona yang di tulis oleh Maxonius Redo, Wiwin Herna Ningsih, Sastro Tirto Jati, Geisya, dan Zainal Conan.

Simak saja puisi-puisinya, bagus dan semoga menambah wawasan kita akan karta sastra berpuisi serta mampu menggali potensi lewat puisi di sela-sela waktu luang Anda yang pasti tema Corona, adalah menjadi bahan pemikiran semua pihak.

Dari Redaksi berharap, semoga bermanfaat dan mari kita simak karya puisi dari rekan-rekan SKS :

CoronaVirus Disease-2019

( Maxonius Redo )

Kau bagaikan musafir yang berkelana

Dalam menembusi ambang batas dunia

Makluk hidup sejagat kau gerogoti dengan virusmu

Dalam gejala sesak nafas, batuk dan demam

Kau menginfeksikan saluran pernafasan

Dengan virusmu yang mematikan dari wuhan

Kini anda telah berada di bumi Indonesia

Dan ribuan kami terkena dampakmu

Virusmu menyebar bagaikan Estafet

Dan berpindah lewat kontak sesama

Berbagai resep medis dan saran pencegahan

Kegiatan sosialisasi dikebiri atas kehadiranmu

Wabah Coronavirus Disease-2019

Dunia diguncangkan dalam hadirmu

Tuhan yang Maha Segala-Nya seolah dilupakan

Dan Coronavirus Disease-2019 nantinya disembah

Bukankah itu menyembah berhala

Atas bakti pada wabah Covid-19

Bukankah Tuhan yang disembah segalaNya

Atas musibah yang datang bersalam

Maumere,28032020

 

CORONA

Karya : Wiwin Herna Ningsih

Sunyi di jalan-jalan

Sunyi di gedung-gedung

Serupa jiwa yang telah mati

Sunyi melenggang entah untuk berapa musim

 

Dalam keterbatasan rindu gelak tawa

Kini muram di terpa rasa seram

Melukiskan rasa yang mencekam

Memaparkan kejam menggulung nurani

Corona ada di mana-mana

Menguntit setiap jiwa jiwa yang alpa

Dalam keangkuhan tak bernurani

Tatanan hidup porak poranda

Bagai sebuah jiwa yang mati

Dan raga bergelinjang

Menghempaskan siklus kehidupan

Dari pandemi yang berkepanjangan

Bandung Barat, 25 Maret 2020

 

MATILAH SEJENAK

Oleh: Sastro Tirto Jati

Ketika wabah menjadi dabbah tak berwajah

Memenjarakan alamat dalam almanak kematian

Berdiam dirilah

Apabila kesendirian adalah sebuah isyarat

Maka matilah sejenak

Sehingga tak akan terlihat dimatamu

Bahwa sesungguhnya nafsu adalah persekongkolan

Kemudian berbahagialah

Ketika saatnya tiba

Qolbu telah kendalikan arah kehidupan

Di sebelum dan sesudah kematian

Banten

24032020

 

PUJI SYUKUR

Karya : Geisya

Dibelahan dunia manakah engkau akan bersembunyi wahai manusia ?

Corona tetap akan mencarimu

Menelusuri lorong-lorong sunyi

Menyapa pada siapa yang Tuhan ijinkan

Corona pun tak sekeji pikiranmu

Dia terbang ditiup angin

Akan jatuh ketika perintah untuknya tiba

Pada orang yang sudah ditakdirkan Ilahi

Waspada adalah penangkalnya

Pujian syukur tak henti berkumandang

Doa-doa terus terlafazkan

Ketulusan hati adalah

Menelusuri lorong-lorong sunyi

Menyapa pada siapa yang Tuhan ijinkan

Corona pun tak sekeji pikiranmu

Dia terbang ditiup angin

Akan jatuh ketika perintah untuknya tiba

Pada orang yang sudah ditakdirkan Ilahi

Waspada adalah penangkalnya

Pujian syukur tak henti berkumandang

Doa-doa terus terlafazkan

Pada-Mu Ilahi segala serah diri tertuju

Corona telah mewabah pada seluruh dunia

Aku sadar akan teguran kecil ini

Ampuni segala dosa dosa kami ya Tuhan

Dan layakkan kehidupan selanjutnya di dunia ciptaan-Mu

 

Puji Syukur

Tin Dels Marce Ndawu, M.Pd

SerambiLangit, 23 03 2020

 

TENTARA-NYA DATANG MENYAPA

Moch. Zainal Conan

Manjanya fajar menjanjikan harta

Genitnya senja penuh dengan cerita

Mentari dan rembulan adalah tanda

Bahwa Tuhan itu ada

Hadirnya udara tak pernah kau anggap kuasa

Datangnya bencana kau anggap siksa

Nikmati Tuhan yang mana lagi yang tak bisa dicerna oleh mata

Tak berminatkah kau mengajak Tuhan bercinta

Kini tentara-Nya datang menyapa

Kau sambut hanya dengan cuci tangan dan muka

Sungguh lucu menciptakan air mata

Sungguh kau pendusta nikmat Tuhan yang durhaka

Aku ingin bercerita tentang dunia dan kuasa-Nya

Aku ingin bersuara tentang manusia dan durhakanya

Kini bumi tlah bersuara memberi tanda semua akan binasa

Yang mengaku sebagai manusia segeralah berbenah

Pasangkayu, 1 April 2020.

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *