JHON

Share posting

Cerpen akhir pekan : Lilis Yuliati, SP.d., M.Pd.

ilustrasi
m.fimela.com

Berusaha sudah, ku coba benamkan kepala diatas bantal, ketika malam semakin larut, dari hasrat menguntai mimpi merajut asa yang pernah hilang. Berkali-kali ku tarik napas, di hembuskan dalam-dalam dengan segala penat yang ada. Lunglai tubuhku diambang fajar ketika mentari masih berada di batas cakrawala. Sekejap pun tak mampu mata terpejam untuk lena di kebisuan malam. Ku balikkan badan terlentang menatap langit-langit kamar.

Samar-samar suara bijak dengan senyum manis menyapaku, ”Tidurlah sayang sudah malam!”, Jhon menatap ku penuh kasih. Ku tatap dia dengan piama kesukaanya, masih sibuk merapikan meja kerja yang berantakan dengan tugas kantornya. “Selalu saja kerjaan kantor yang jadi prioritas mu Jhon”, gerutu dalam hati sambil tarik selimut menyembunyikan kekesalanku padanya.

Dan rasanya kesal ini sampai di penghujung pagi, ketika mentari mulai beranjak naik. Secangkir  kopi yang ku suguhkan belum jua di jamahnya. Cuek tak menghiraukan bagaimana perjuangan ku, bangun pagi membuatkan kopi, menyiapkan air untuk mandi juga sarapan untuknya.

Kembali ku nikmati sarapan pagi hanya sendiri. “Sayang, maafkan Mas berangkat  dini, tugas kantor menanti untuk segera”. Pesan singkat via WhatsApp ku baca, setelah Jhon berlalu tanpa pamit membangunkan ku yang masih terlelap di buai mimpi.

Enggan beranjak dari kursi malas, hanya menatap langit-langit kamar yang penuh gambar Jhon, sosok yang ku benci saat ini. Ogo mu, ego mu, kebaikan mu juga segala tentang kamu yang memberi tawa, kenyamanan, bahagia juga tangis yang kerap kau suguhkan. Ku palingkan wajah menghindar dari segala bayangmu.

Berusaha sudah ku halau semua ada mu di dalam hati ku, ku buang jauh-jauh tentang kamu. Yang telah hadirkan  gulana rasa di kedalaman jiwa. Ku  palingkan semua asa tentang kamu. Di  benamkan pada  asa yang  paling dalam dari ingatan ku. Menangis aku dibuatmu!

Tersedu di dalam rindu yang kian memburu, takut kehilanganmu. Bagaikan ombak yang mendayu-dayu memberi kenyamanan ketenangan dan amarah yang  ku jahanamkan dalam hatiku, kamu merajai di setiap asa  ku, di setiap helaan napas ku.

Jhon… dari helaan napasku keluar nama mu. Di perhatikan ingin mu, menjauh aku,  kau cemburu. Tidak  ada bedanya antara egois dan ogo mu yang seperti anak kecil. Selalu ingin di perhatikan. Mendayu rayuan mu meninabobokan keegoan ku. Luluh lantah di buatmu, bertekuk lutut dengan segala adamu. Merindu aku padamu pada tatap bola matamu, kesejukan yang kau berikan terpancar dari jiwa mu. Aku benci kamu!!

Tersentak aku… ketika suara gerbang di buka membangunkan lelap tidurku, mengendap-endap Jhon pergi, tanpa pamit tanpa ada kata, pun tidak menoleh saat ku panggil namanya. Selisih paham tadi malam membuat dia pergi dan berlalu. Acuh tak menghirukan teriakanku… Memekik aku di depan kaca.
Ketika ku tatap pantulan dari cermin, sesosok yang sangat ku kenal telah berdiri di sampingku, “Jhon…” bisik ku lirih. Tersenyum dengan binar bola matanya, seolah tak bersalah. “Selamat ulang tahun sayang”, sekuntum mawar merah menemani bisiknya, “I have prepared dinner with you, I LoveYou!”.

Banyuresmi, 11 April 20

 

Banyuresmi, 11 April 20

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *