PENYEBAB TERPECAH BELAHNYA UMAT

Share posting

Seandainya dulu orang yang banyak ibadah itu dibunuh oleh sahabat Nabi maka umat Muhammad tak akan terpecah belah.

Artkel Eksklusif

Oleh : H Derajat


Ilustrasi google search-kompasiana.com

Bismillahirrohmanirrohim

Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa ala ali Sayyidina Muhammad.

Saudaraku yang sangat ku kasihi, inilah sebuah kisah dari seseorang yang ibadahnya sangat luar biasa, namun karena ada satu sifatnya yang justru mengakibatkan umat ini terpecah belah. Kejadian di jaman Rasulullah SAW ini pun terjadi di jaman sekarang untuk itu kita harus waspada terhadap orang seperti ini di jaman kita sekarang.

Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnad-nya; Suatu hari, di depan Rasulullah saw Abu Bakar menceritakan seorang sahabat yang amat rajin ibadatnya. Ketekunannya menakjubkan semua orang. Tapi Rasulullah tak memberikan komentar apa-apa. Para sahabat keheranan. Mereka bertanya-tanya, mengapa Nabi tak menyuruh sahabat yang lain agar mengikuti sahabat ahli ibadat itu. Tiba-tiba orang yang dibicarakan itu lewat di hadapan majelis Nabi. Ia kemudian duduk di tempat itu tanpa mengucapkan salam. Abu Bakar berkata kepada Nabi, “Itulah orang yang tadi kita bicarakan, ya Rasulallah.” Nabi hanya berkata, “Aku lihat ada bekas sentuhan setan di wajahnya.”

Nabi lalu mendekati orang itu dan bertanya, “Bukankah kalau kamu datang di satu majelis kamu merasa bahwa kamulah orang yang paling salih di majelis itu?” Sahabat yang ditanya menjawab, “Allahumma, na’am. Ya Allah, memang begitulah aku.” Orang itu lalu pergi meninggalkan majelis Nabi.

Setelah itu Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, “Siapa di antara kalian yang mau membunuh orang itu?” “Aku,” jawab Abu Bakar.

Abu Bakar lalu pergi tapi tak berapa lama ia kembali lagi, “Ya Rasulallah, bagaimana mungkin aku membunuhnya? Ia sedang ruku’.

Nabi tetap bertanya, “Siapa yang mau membunuh orang itu?” Umar bin Khaththab menjawab, “Aku.” Tapi seperti juga Abu Bakar, ia kembali tanpa membunuh orang itu, “Bagaimana mungkin aku bunuh orang yang sedang bersujud dan meratakan dahinya di atas tanah?” Nabi masih bertanya, “Siapa yang akan membunuh orang itu?” Imam Ali bangkit, “Aku.” Ia lalu keluar dengan membawa pedang dan kembali dengan pedang yang masih bersih, tidak berlumuran darah, “Ia telah pergi, ya Rasulullah.” Nabi kemudian bersabda, “Sekiranya engkau bunuh dia. Umatku takkan pecah sepeninggalku….”

Dari kisah ini pun kita dapat mengambil hikmah: Selama di tengah-tengah kita masih terdapat orang yang merasa dirinya paling salih, paling berilmu, dan paling benar dalam pendapatnya, pastilah terjadi perpecahan di kalangan kaum muslimin. Nabi memberikan pelajaran bagi umatnya bahwa perasaan ujub akan amal salih yang dimiliki adalah penyebab perpecahan di tengah orang Islam. Ujub menjadi penghalang naiknya manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Penawarnya hanya satu, belajarlah merendahkan hati kita. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

Imam Muslim dalam kitab Shahihnya, hadits dari Abdullah bin Mas’ud ra. Nabi saw bersabda: “Tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya masih ada seberat biji dzarrah dari kesombongan (merasa lebih baik)”.

Ku tutup risalah ini dengan doa dari Kepala Suku Indian Sioux :

Wahai Yang Maha Agung,

yang suara-Mu terdengar dalam angin berhembus

Engkau, yang nafas-Mu menjadikan bumi hidup

Dengarlah permohonanku

Hamba, satu dari ciptaan-Mu, menghadap Engkau

Hamba, yang kecil dan lemah

butuh kekuatan dan kebijaksanaan-Mu

Perjalankan hamba senantiasa dalam keindahan

Jadikan mataku tak pernah lupa indahnya lembayung surut mentari

Jadikan tanganku selalu menghargai apa yang telah Kau ciptakan

Jadikan telinga hamba tajam mendengar-Mu

Jadikan hamba bijak, agar hamba mengerti

ilmu yang kau ajarkan pada semua ciptaan-Mu :

Ilmu yang Engkau sematkan pada setiap helai dedaunan dan batu

Jadikan hamba kuat!

Bukan untuk bangga berjaya atas semua saudaraku,

tapi untuk bertarung

dengan lawan terbesarku:

Diriku sendiri

Jadikan hamba selalu siap untuk datang pada-Mu

dengan mata yang tegak memandang ke depan

Agar saat nafasku surut seperti terbenamnya matahari

Jiwaku bisa melangkah ke arah-Mu

tanpa merasa malu

Aamiin…

 

 

 

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *