Sang Pemabuk Berat meluluhkan hati Syekh Abdul Qadir Al-Jailani hingga Menangis dan Tersungkur

Share posting

Artikel Eksklusif

Oleh : H Derajat

Ilustrasi – iqra.id

Bismillahirrohmanirrohim

Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa ala ali Sayyidina Muhammad

Saudaraku yang sangat ku kasihi, berikut ku sampaikan kisah yang pasti membuat kita terhenyak dan menyadarkan kita bahwa sesungguhnya mungkin kita lah makhluk yang lebih berdosa ketimbang orang yang kita anggap lebih rendah dan sudah sepantasnya kita selalu memohon ampunan Allah atas dosa dan kesalahan yang kita perbuat. Dan kisah ini juga menyadarkan kita bahwa pelajaran berharga mungkin saja diucapkan oleh orang yang kita anggap berlumur dosa, maka dari itu jangan pernah rendahkan siapapun di dunia ini…!!!

Suatu ketika, Mursyid kami yang agung Sultonul Auliya’ Syekh Abdul Qadir al-Jailani bersama murid-muridnya berpapasan dengan seorang pemabuk yang teler berat. Walaupun dengan kondisi mabuk berat, si pemabuk itu memberikan 3 pertanyaan kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

Pertama: “Ya Syekh, apakah Allah SWT mampu merubah pemabuk sepertiku menjadi ahli ta’at?

Syekh Abdul Qadir al-Jaalani menjawab: “Iya, mampu.”

Kedua: “Apakah Allah SWT mampu merubah ahli ma’siat sepertiku menjadi ahli ta’at setingkat dirimu?”

“Sangat mampu,” jawab Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

Ketiga: “Apakah Allah SWT mampu merubah dirimu menjadi ahli ma’siat sepertiku?”

Tanpa menjawab pertanyaan tersebut, Syekh Abdul Qadir al-Jailani menangis dan tersungkur dan bersujud kepada Allah SWT.

Murid-murid Syekh Abdul Qadir al-Jailani kebingungan dan bertanya, “ada apa wahai Syekh?”

“Betul sekali orang ini. Kapan saja Allah SWT mampu merubah nasib seseorang termasuk diriku. Siapa yang menjamin diriku bernasib baik meninggal dengan husnul khatimah,” kata Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

Sekelas Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang sangat masyhur kewaliannya saja begitu khawatir dengan dirinya dan tak pernah bangga dengan maqam kewaliannya, apalagi dengan kita yang belum ada apa-apanya. Tak ada alasan untuk bangga diri dengan amal dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik sepanjang hayat.

Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘ala diinik

Ku tutup risalah kecil ini dengan doa dari Mursyid kami Syeikh Abdul Qadir Jaelani :

Bismillahirrohmanirrohim

رَبِّ اِنِّي مَغْلُوْبٌ فَانْتَصِرْ، وَاجْبُرْ قَلْبِي الْمُنْكَسِرْ وَاجْمَعْ شَمْلِي الْمُنْدَثِرْ، اِنَّكَ أَنْتَ الرَّحْمَنُ الْمُقْتَدِرْ إِكْفِنِي يَاكَافِي وَأَنَا الْعَبْدُ الْمُفْتَقِرْ،وَكَفَى بِاللهِ وَلِيَّا،وَكَفَى بِاللهِ نَصِيْرَا إِنَّ الشِرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمِ، وَمَا اللهُ يُرِيْدُ ظُلْمًالِلْعِبَادْ فَقُطِعَ دَابِرَالْقَوْمِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا، وَالْحَمْدُللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنِ

Robbi innii maghluubun fantashir, wajbur qalbil munkatsir Wajmà’ syamlil mundatsir, innaka antar rahmanul muqtadir, Ikfinii yaa kaafi wa anal`abdul muftaqir, wa kafaa billaahi waliyyaa, wa kafaa billaahi nashiiraa, Innasy syirka la dhulmun `adhiim, wa mallaahu yuriidu dhulman lil `ibaad Fa quthi`a daabirul qaumil ladziina dhalamuu, wal hamdulillaahi rabbil `aalamiin.

Artinya:

Ya Allah, saya sudah kalah (kalah oleh badan dan nafsuku hingga tak bisa terus-menerus berdzikir dan mendekat kepada-Mu), maka berilah pertolongan, maka hiburlah hati yang telah hancur ini (Maka padukanlah kemuliaan dan kesempurnaan yang telah terselubung, sungguh Engkau Yang Maha Pengasih dan Maha Menentukan). Cukupkanlah bagiku (cukupilah segala kebutuhanku) dan saya ialah Hamba yang sangat membutuhkan uluran bantuan-Mu dan cukuplah Allah sebagai Dzat yang diandalkan, dan cukuplah sudah Allah sebagai Penolong. Sesungguhnya menyekutukan Allah ialah dosa yang besar, dan tidaklah Allah menginginkan kejahatan dan kegelapan bagi hamba hamba-Nya. Maka terputuslah segala perjuangan mereka mereka yang berbuat kejahatan, dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *