Sufi Tak Kan Pernah Menghinakan Walau Kepada Seorang Pezina Sekalipun

Share posting

Ajining diri dumunung ana ing lathi, ajining raga ana ing busana : Nilai diri terletak di mulut, nilai fisik terletak pada pakaian.

Artikel Eksklusif

Oleh : H Derajat


Ilustrasi- umma.id

Bismillahirrohmanirrohim

Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa ala ali Sayyidina Muhammad.

Untuk menjawab pertanyaan bagaimana seharusnya kita berpandangan terhadap orang yang sudah buruk akhlaknya (misalkan berzina). Kisah ini mewakili Pasulukan dalam mensikapi isu-isu saling celanya seorang ulama dengan seorang artis.

Begitu hebatnya seorang Sufi Ahmad ketika menutupi aib dari seorang penzina dan kita tak mungkin bisa mengikutinya. Apakah kita bisa menutupi aib orang di sekitar kita? Rasanya berat ya kalo menutupi kesalahan orang lain?

Di dalam kitab  Shifat al-Shafwah dikisahkan tentang seorang ulama yang dikenal sebagai perawi banyak hadits yang meriwayatkan hadits-hadits lengkap dengan sanadnya. Nama beliau adalah Abu Ja’far Ahmad bin Mahdi bin Rustam.

Ahmad bin Mahdi masyhur sebagai seorang sufi kaya yang dermawan. Di Baghdad, ia dikenal luas karena kebaikannya.

Karena kebaikan tersebut, pernah suatu ketika Ahmad bin Mahdi kedatangan seorang tamu perempuan. Perempuan itu berkata:

“Aku anak perempuan dari orangtua biasa. Aku dilanda musibah. Aku mohon padamu, atas nama Allah, tutupilah aibku.”

“Apa musibahmu?” tanya Ahmad bin Mahdi.

“Sungguh aku membenci diriku. Aku sekarang hamil. Aku ceritakan pada orang-orang bahwa engkaulah suamiku, dan hamil ini darimu. Tolong jangan permalukan aku. Tutupilah aibku. Semoga Allah menutupimu,” jelas perempuan itu.

Perempuan itu tampak malu dan kikuk, sementara Ahmad bin Mahdi duduk termenung.

Singkat cerita, beberapa minggu kemudian, perempuan itu melahirkan di rumah Ahmad. Serombongan penduduk kampung halaman perempuan itu, datang beserta imam mereka untuk mengucapkan selamat.

Ahmad pun menyambut mereka, menunjukkan rasa senang dan bahagia kepada mereka. Ahmad menyerahkan uang dua dinar kepada Imam Mahdi itu dan berkata:

“Aku dan dia sudah bercerai. Tolong berikan uang ini pada perempuan itu untuk dibelanjakan buat keperluan anaknya.”

Sejak itu, Ahmad terus mengirim uang dua dinar tiap bulan melalui Imam itu untuk keperluan bayi.

Bulan berganti tahun, hingga tak terasa sudah bertahun-tahun. Dan Ahmad tak pernah telat mengirim uang belanjanya walau sehari pun. Hingga suatu hari, Imam dan jemaah dari kampung itu kembali menemui Ahmad untuk menyatakan belasungkawa dan mengabari bayi itu telah wafat. Ahmad pun menampakkan rasa sedihnya, pasrah dan ridha atas takdir Allah.

Malam itu, selang satu bulan dari kematian sang bayi. perempuan itu kembali menemui Ahmad. Lalu membawa sekantong besar dinar. la ingin mengembalikan dinar yang dikirimkan Ahmad selama bertahun-tahun itu. Sambil memohon-mohon, ia menyerahkannya kepada Ahmad.

Ahmad berkata, “Dinar-dinar ini adalah tali kasihku untuk sang bayi. Sekarang telah menjadi milikmu, karena engkau yang merawatnya. Silakan kau gunakan sesukamu.”

Ahmad tak mau menerima sedikit pun. Perempuan itu pun kembali mengambil dinar. la pamitan sambil berkata: “Semoga Allah menutupimu sebagaimana engkau telah menutupi aibku.”

Begitu mulianya budi seorang Ahmad bin Mahdi. Aib seorang pezina ditutupi olehnya. Bahkan perempuan itu diberi uang untuk biaya perawatan bayi.

Dengan kebaikannya itu, pasti ada banyak orang yang terkesan dan tertarik pada ajaran apa yang membuat seorang Ahmad bin Mahdi menjadi begitu baiknya.  Seandainya saja perempuan itu datang ke orang yang salah, barangkali dia akan dirajam sehingga dia tak sempat untuk bertaubat.

Marilah kita tutup dengan doa :

Rasulullah saw. selalu membaca doa ini pagi dan sore:

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي، وَدُنْيَايَ، وَأَهْلِي، وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي». (صحيح ابن حبان)

Allohumma inni as’alukal ‘afiyah fid dunya wal akhirah, allahumma inni as’alukal ‘afwa wal ‘afiyah fi dini wa dunyaya wa ahli wa mali. Allohummastur ‘aurati wa amin rau‘ati. Allohummahfazhni min baini yadayya wa min khalfi wa ‘an yamini wa ‘an syimali wa min fawqi. Wa a‘udzu bi ‘azhamatika an ughtala min tahti. (HR Ibnu Hibban)

Ya Allah, aku memohon keselamatan dunia dan akhirat pada-Mu. Aku memohon ampunan dan keselamatan agama, dunia, keluarga, dan hartaku. Tutupilah segala kekuaranganku, tenangkanlah hatiku, jagalah depan, belakang, kanan, kiri, dan atasku. Aku berlindung pada-Mu dari musibah yang tak terduga.

Link Tasawuf kekinian :

Subhanallah, Ini Tak Mungkin Kamu Lakukan pada Seorang Penzina

Pasulukan Loka Gandasasmita

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *