Abah Guriang Bersama Aki Wangsa, Tilai Disparbudpora Dengan Budayawan Sumedang, Masih ada Ego Sektoral Atas Kebijakan Pemerintah Itu Sendiri

Share posting

Oleh : Ghani Purnama

Abah Guriang Bersama Aki Wangsa, Tilai Disparbudpora Dengan Budayawan Sumedang, Masih ada Ego Sektoral Atas Kebijakan Pemerintah Itu Sendiri (foto oleh Ghani Purnama-grahabignews.com)

Sumedang –  Sawala tangtung Sumedang Puser Budaya Sunda (SPBS) merupakan salah satu kegiatan saresehan kebudayaan yang digelar dikantor Disparbudpora Kabupaten Sumedang beberapa waktu lalu, tepatnya pada Kamis tanggal 27 Mei 2021.

Kegiatan tersebut, langsung mendapatkan tanggapan serius dari sejumlah tokoh pegiat seni dan budaya Kabupaten Sumedang.

“Kami menilai, selama ini belum terbentuknya kebersamaan sinergitas antara instansi terkait dengan Budayawan, karena masih adanya ego sektoral atas kebijakan Pemerintah itu sendiri,” ungkap ustad Yono (Abah Guriang) didampingi WD. Darmawan (Aki Wangsa), kepada GrahaBigNews ketika ditemui di Padepokan Kaluhuran Kutamaya, Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara, Selasa (01/06/2021).

Kendati begitu, pihaknya berharap kegiatan seperti ini terus berkelanjutan dengan pemateri handal dan durasi waktunya ditambah lagi.

“Pada saresehan tersebut, mungkin karena waktu yang tidak memadai, sesi tanya jawab pun dibatasi hanya tiga orang saja yang diberikan kesempatan. Sehingga ketika acara selesai, tentu banyak diantara kami membawa pulang angan-angan aspirasinya yang belum terungkapkan,” paparnya.

Hal senada disampaikan Aki Wangsa, dirinya sebagai pelaku Budaya sekaligus salah satu OTD Jatigede berharap turut diajak berbicara dan duduk bersama, jangan hanya sebagian kelompok saja yang selalu diperhatikan.

“Pemerintah jangan alergi terhadap kritisi Budayawan, selaku kontrol sosial budaya. Karena apapun bentuk gagasan yang bersifat positif harus sesuai dengan mekanisme perseturuan yang harus dibangun atas tujuan dan dampak kedepan terhadap masyarakat. Bukan hanya meningkatkan ekonomi dalam tatanan praktis saja, tapi juga harus berdasarkan kajian nilai budaya, sosial dan ekonominya,” tuturnya pula.

Dalam kata lain, sebutnya, menanggapi terkait bantuan 100 Milyar dari Gubernur Jabar yang rencananya untuk pembangunan menara kembar ‘Kujang Sapasang’ dinilai timing nya kurang tepat, belum sesuai dengan history dan kosmologi tata ruang serta metafisik nya.

“Pada prinsipnya, kami setuju dan mendukung pembangunan di kawasan wisata Jatigede tersebut. Namun sebaiknya, Pemerintah juga harus melibatkan tokoh spiritual serta unsur ahli sejarah tentang pemahaman dan nilai jual filosofis nya pula,” terangnya.

Lebih lanjut, kata Aki Wangsa, dulu pihaknya pun pernah mengajukan menara “Tembong Agung ” yang diharapkan dapat menampakan sebuah kemulyaan di kawasan wisata Jatigede.

“Hal ini, menandakan setiap pembangunan jangan sampai melupakan aspek nilai sejarah dan budayanya. Sudi kiranya memperhatikan juga, keprihatinan masyarakat sekitar OTD Jatigede. Seperti halnya nasib warung lesehan yang tergerus setelah dibangunnya kampung Buricak Burinong dengan kesan gaya kekotaan, tanpa menghiraukan SPBS malah menghilangkan tradisi setempat,” tukasnya.

 

Group Golden Memories Garut Akan Gelar Lomba Nyanyi Pop Religi Terbuka Se-Jawa Barat Perebutkan Trophy Bupati Garut (foto file panitia-grahabignews.com)

Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *