Trisila Lan Pancasila, Pedoman Hidup Orang Jawa

Share posting

Artikel Eksklusif

Oleh : H Derajat

H Derajat (foto file grahabignews.com)

 

Sahabat sejatiku…Mursyid Pendahuluku Kyai Muhammad Arjaen mengamanahkan sebelum kepulangan beliau menghadap Yang Maha Kuasa agar kita sebagai muridnya selalu Mensucikan cita-cita dengan mawas diri maka aku teringat tulisan-tulisan agung pepatah Jawa yang dapat aku rangkum sbb :

Inti dari Serat Sasangka Jati terdiri dari dua masalah, yaitu ; pertama tentang Sikap Hidup Orang Jawa, dan kedua, tentang Pandangan Hidup Orang Jawa. Dalam sikap hidup, semua orang harus melaksanakan : Hasta Sila / Delapan Sikap Dasar yang terdiri dari dua pedoman yakni Tri Sila dan Panca Sila. (Budiyono, 1981, 77).

  • Sikap Hidup Orang Jawa

Tri Sila merupakan pedoman pokok yang harus dilaksanakan setiap hari oleh manusia, dan merupakan tiga hal yang harus dituju oleh budi dan cipta manusia didalam menyembah Tuhan (Budiyono, 1981,73-74).

  • Eling / Sadar, yaitu sadar untuk selalu berbakti kepada Tuhan Yang Maha Tunggal. Menurut Soenarto yang dimaksud dengan Tuhan Yang Maha Tunggal adalah kesatuan dari tiga sifat yaitu : Suksma kawekas atau Allah Ta’la, Suksma Sejati atau Rasulullah dan Roh Suci atau jiwa manusia yang sejati, ketiganya disebut Tri Purusa. Dengan selalu sadar terhadap Tuhan maka manusia akan dapat bersifat hati-hati hingga dapat memisahkan yang benar dan yang salah, yang nyata dan yang bukan, yang berubah dan yang tidak berubah.
  • Pracaya / Percaya, ialah percaya terhadap Suksma Sejati atau Utusan-Nya, yang disebut Guru Sejati dan berarti pula percaya kepada Jiwa Pribadinya sendiri serta kepada Allah, karena ketiganya adalah Tri Purusa tadi.
  • Mituhu, ialah setia kepada dan selalu melaksanakan segala perintahNya yang disampaikan melalui UtusanNya. Semua kewajiban manusia sebenarnya merupakan kemauan untuk melaksanakan tugas dari UtusanNya, sebab semua tugas baik yang diterima manusia pada hakekatnya adalah Tugas yang diberikan Allah.

Sebelum manusia dapat melaksanakan Tri Sila tersebut, harus berusaha dulu untuk memiliki watak dan tingkah laku yang terpuji yang disebut Panca Sila, yaitu :

  • Rila, merupakan bentuk keikhlasan hati sewaktu menyerahkan segala miliknya, kekuasaanya, dan seluruh hasil karyanya kepada Tuhan, dengan tulus ikhlas, dengan mengingat bahwa semua itu ada didalam kekuasaan Tuhan dan tidak sepatutnya apabila berharap akan mendapatkan hasil dari perbuatanya, apalagi sampai bersedih hati atau menggerutu terhadap semua penderitaan (kesengsaraan, tuduhan, fitnah, kehilangan pangkat, kekayaan dan keluarga)
  • Narima, banyak pengaruhnya terhadap ketentraman di hati, jadi bukan orang yang malas bekerja, tetapi yang merasa puas dengan nasibnya. Apapun yang sudah terpegang di tangannya, dikerjakan dengan senang hati, tidak loba dan “ngangsa”. Narima berarti tidak menginginkan milik orang lain serta tidak iri hati terhadap kebahagiaan orang lain, maka dari itu orang yang narima dapat dikatakan sebagai orang yang bersyukur kepada Tuhan.
  • Temen, berarti menepati janji / ucapanya sendiri, baik yang sudah diucapkan maupun yang diucapkan dalam hati. Orang yang tidak menepati kata hatinya berarti menipu dirinya sendiri, sedangkan kata hati yang telah diucapkan padahal tidak ditepati, itu berarti kebohongan terhadap orang lain.
  • Watak / Sabar, merupakan tingkah laku yang terbaik, yang harus dimiliki oleh setiap orang. Semua agama menceritakan bahwa Tuhan mengasihi kepada orang yang sabar. Sabar itu berarti Momot, kuat terhadap segala cobaan, tetapi bukan berarti puas putus asa, melainkan orang yang kuat imannya, luas pengetahuannya, tidak sempit pandangannya, sehingga pantas untuk diumpamakan sebagai samudera pengetahuan, sahabat dan musuh dianggap sama. diibaratkan dengan samudra yang muat untuk diisi apa saja dan tidak meluap walaupun diisi dari semua sungai dari manapun. Kesabaran diumpamakan sebagai minuman jamu yang pahit sekali rasanya, yang hanya kuat diminum oleh orang yang kuat pribadinya, namun jamu tersebut menyehatkan kesedihan dan penyakit.
  • Budi Luhur yaitu apabila manusia selalu berusaha untuk menjalankan hidupnya dengan segala tabiat dan watak serta sifat –sifat yang dimiliki oleh Tuhan Yang Maha Mulia, seperti kasih dan sayangnya kepada sesamanya, suci, adil dan tidak membeda-bedakan tingkat derajat : besar, kecil, kaya miskin semua dianggap sebagai saudara sendiri, tanpa menghilangkan tata krama dan tata susilanya. Semua hanya dapat dilaksanakan apabila keempat sifat diatas telah dikuasainya.

Ku akhiri dengan doa :

Ya Allah ya Rab, kulo sedhoyo nyuwun dumatheng panjenengan petunjuk supadoso kulo sedhoyo saged nglampahi tobat kanthi terus-terusan saking sedhoyo dosa lan kesalahan-kesalahan, ugi panjenengan lindungi kulo lan sedhoyo derek kulo saking kathahing perbuatan maksiat lan sedhoyo ingkang dados panyebabipun. Panjenengan dadosaken kulo sedhoyo tiyang ingkang tansah eling dumatheng panjenengan ya Allah sa`derenge dumugi hasrat nglampahi karep maksiat.

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *