Seorang Kepsek Honorer Di Bogor Prestasinya Membawa Dia Study Banding Ke 3 Negara

Share posting

Wawancara Eksklusif dengan Titin  Sulistiawati,S.Pd.

Oleh : Lilis Yuliati, S.Pd., M.Pd.

Titin Sulistiawati,S.Pd.,Seorang Kepsek Honorer Di Bogor Prestasinya Membawa Dia Study Banding Ke 3 Negara (foto file Lilis Yuliati-grahabignews.com)

Bogor  – Senin, (17/02) informasi bagus untuk pembaca budiman GrahaBigNews, suatu prestasi luar biasa yang telah dicapai oleh seorang Guru honorer di Bogor. Dia tak berkutat dengan status kehonorerannya, nyatanya dia mampu menunjukkan jati dirinya dengan prestasi dan dedikasi. Perjuangannya mendidirkan sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus, telah membawanya menjadi seorang pemimpin atau Kepala Sekolah dan melanglangbuana sampai ke Eropa, semoga para honorer di Kabupate Garut jadi termotovasi.

Bagaimana perjuangannya mendirikan sekolah berkebutuhan khusus tingkat TK, pindah dari kontrakan satu ke yang lainnya, sampai mendapatkan perhatian dari pemerintah, bagaimana mengelola bantuan Dana BOS dengan tertib, dan sikap manajerialnya yang disiplin, tertib, sehingga rekan-rekannya yang turut mengajar di sekolah yang dipimpinnya, semuanya tidak ada yang PNS alias Honorer tapi tak patah semangat , dan mereka berprinsif justeru dengan keberadaannya yang honorer jangan sampai didranatisir dan menghalangi untuk sama-sama mencerdaskan anak bangsa, apalagi untuk anak-anak berkebnutuhan khusus/inklusif.

Berbagi pengalaman dan merupakan kebahagiaan tersendiri baginya ketika ikut short courses di China belum ke Eropa dan studi banding di 3 negara Malaysia, Singapore dan Thailand.

Dia adalah Titin  Sulistiawati, S.Pd., sekarang aktif memimpin sekolah TK Ayah Bunda dari Yayasan pendidikan Ayah Bunda : PG, TK, SLB Ayah Bunda yang berada di Jln. Anggur Raya No.5-6 Perumnas II Parungpanjang Kabupaten Bogor.

Titin menceritakan kronologis bagaimana awalnya  mendirikan sekolah Ayah Bunda, karena di Parung panjang saat itu, belum ada sekolah khusus untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus. Diawali pada tahun 2002 sejak berdiri sekolah ini, banyak sekali anak-anak yang berkebutuhan khusus, yang sekolah di Taman Kanak-kanak  Ayah Bunda.

Tentunya lanjut Titin, setelah mereka lulus dari TK, merekapun harus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, ke SD dan lain  sebagainya. Maka dari itu Bunda berinisiatif untuk mendirikan sekolah Luar Biasa di tahun 2003. Dan pada tahun yang sama di AyahBunda mulai menerima anak-anak yang berkebutuhan khusus. “Alhamdulillah  pada tahun 2004 mulailah membuat permohonan ijin untuk membuat dan mendirikan sekolah luar biasa , melalui dinas Pendidikan Provinsi JawaBarat. Alhamdulillah akhirnya ijin operasional didapat untuk SLB  Ayah Bunda pada tahun 2005,” ungkapnya.

Pada saat itu kami masih ngontrak dan sempat harus keluar dari tempat kami mengontrak, karena memang tempatnya mau  di jual. Sempat bingung waktu itu, harus kemana kami pindah dan bagaimana nasib anak-anak di  sekolah ini?  Yang  saat itu jumlahnya sudah mencapai antara 23-25 orang yang berkebutuhan khusus . Dan  tentunya dengan jumlah anak yang lumayan banyak saat itu, kami bingung harus kemana mencari tampat?

Pada saat situasi seperti itu yang dilakukan Titin bersama rekan-rekannya adalah berusaha terus berdo’a, semoga Allah memberikan rizky  kepada kami  untuk mendapatkan gedung, karena kalau toh pindah juga harus cari tempat dan lain sebagainya dengan biaya yang tidak sedikit.

“Kebetulan pada saat itu  sebagian besar anak-anak yang berada di Ayah Bunda bebas membayar iuran sekolah maupun uang SPP-nya.  Allhamdulillah Allah mengabulkan do’a Bunda dan akhirnya melalui Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, kami mendapat gedung di tahun 2005. Yang tadinya ruko itu mau di jual, akhirnya kami beli dengan bantuan  dari pemerintah pusat,” jelas Titin.

Alhamdulillah setelah itu berkembang dan berkembang , sambung Titin, anak-anak semakin banyak dan kita menerima anak-anak yang berkebutuhan khusus,mulai dari anak-anak TK yang inklusif, SD, SMP, SMA, semua sudah ada di Ayah Bunda.

Tentunya tidak mudah perjuangan,  banyak liku-liku yang kami tempuh dengan segala permasalahan yang ada dari mulai  biaya. Karena memang kami di Ayah Bunda 90% anak-anak tidak bayaran saat itu.

Alhamdulillah mulai dari tahun 2017 hampir 75%  anak-anak sudah mulai bayaran, itupun sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta dididk atau orangtuanya. Kami   punya aturan disini, untuk masuk sekolah di Ayah Bunda setiap anak harus membayar sekian juta, tapi dalam kenyataannya tidak semua orang tua bisa bayar sesuai dengan ketentuan atau juknis yang kami buat, tandasnya.

“Kalau direratakan bayaran disini hanya  Rp. 50.000,- samapi Rp. 100.000,-/bulan untuk persiswa.  Dan itupun hanya ada sekitar 12 atau 20  orang yang aktif bayaran dari jumlah siswa sekitar 54 siswa yang sekolah di Ayah Bunda,” ujar Titin.

Titin menjelaskan, bahwa data siswa yang tercanyum di Dapodik hanya  47 siswa, karena ada sebagian anak yang usianya sudah melebihi ketentuan dapodik, akhirnya tidak bisa kami masukan ke dapodik. Jadi jumlah siswa di dapodik ada 47 siswa dan riilnya nyatanya di Ayah Bunda ada 54 siswa.

Biaya operasional kami dapatkan dari Bos dan kami juga dapat bantuan dari pusat, bantuan untuk belajar, BOP. Semoga saja bantuan-bantuan tersebut terus berjalan terus ada, karena kami sangat butuh sekali, mengingat bayaran yang kami terima perbulannya  kalau di akumulasi sekitar Rp. 1.350.000,- samapai Rp. 1.700.000,-/bulan untuk keseluruhan siswa yang kami dapatkan. Dan  itu tidak mungkin bisa mencukupi oprasional sekolah.

Titin mengungkapkan, bahwa Guru-guru disisni juga harus kami gaji, dari sepuluh guru dan saya sebagai kepala sekolah semuanya masih honorer dan tidak ada yang PNS, otomatis gaji harus kami berikan untuk mereka.

“Alhamdulillah teman-teman yang ada di Ayah Bunda semua sangat solid sekali, mereka hebat mereka mau terus berjuang untuk bisa memberikan pelayanan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus dengan segala hambatan yang ada di sini. Tapi terus berjalan dengan segala keterbatasan yang kami miliki  dari pasilitas yang tidak sesuai dengan seharussnya , tapi tetap kami bergerak,” tegasnya.

Saat ini kami sedang mengembangkan literasi untuk anak-anak kami, dari literasi  tahap pembiasaan, tahap pengembangan sampai tahap pembelajaran sudah kami laksanakan. Terus kami  kembangkan, sehingga  kami berharap dengan literasi ini anak-anak lebih berkembang dan lebih baik lagi.

“Diharapkan guru-guru juga mampu untuk mengembangkan kompetensinya terus, “semoga Ayah Bunda tetap memiliki pelayanan yang baik untuk anak-anak berkebutuhan khusus, walaupun dengan segala keterbatasan yang kami miliki”, pungkas Titin.

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *