KETIKA GURUKU DITUDUH MENCURI
Oleh : H Derajat

pinterest.com
Semoga Allah merahmati kita semua, mengampuni dosa kita dan semoga Dia (Allah) memberi limpahan rizki dan ilmu yang bermanfaat kepada kita. Aamiin.
Disebutkan ada seorang jamah haji yang ketiduran di Madinah. Dalam keadaan antara sadar dan tidak, ia terkejut dengan bayangan hitam yang berkelebat. Bayangan itu seperti mencuri sesuatu milkinya. Sontak laki-laki itu langsung terjaga dari tidurnya. Ia kemudian keluar dan dilihatnya Syeikh Ja’far Shodiq. Tanpa bertanya terlebih dahulu, orang tersebut langsung menuduh Syeikh Ja’far Shodiq adalah orang yang mencuri kantong uangnya tadi. Alasannya adalah Syeikh Ja’far Shodiq adalah orang yang pertama kali dilihatnya.
“Engkau adalah orang yang mencuri kantongku,” bentaknya.
“Apa isi kantongmu,” tanya Syeikh Ja’far Shodiq.
“Uang seribu dinar,” katanya.
Lalu Syeikh Ja’far Shodiq pulang kerumah. Diambilnya uang seribu dinar dan kemudian diberikan kepada lelaki itu. Maka kemudian lelaki tersebut pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, betapa kagetnya. Ternyata di rumah kantong berikut uang yang disangkanya dicuri masih ada. Ia kemudian menyesal telah menuduh seseorang mencurinya. Lelaki itu tidak mengenal siapa yang dituduhnya itu. Makanya dengan tekad bulat lelaki itu kembali ke Madinah. Ia bermaksud mengembalikan uang tersebut dan minta maaf.
Maka iapun kemudian bertemu dengan Syeikh Ja’far Shodiq dan mengembalikan uangnya. Namun ulama besar itu menolak dan berkata, “Sesuatu yang telah saya keluarkan tidak mungkin saya minta atau tarik kembali.”
Jawaban tersebut membuat lelaki itu lebih merasa tidak enak. Kemudian ia merasa curiga dan bertanya kepada seseorang, “siapakah lelaki itu?”
“Ia adalah Syeikh Ja’far Shodiq,” jawabnya
Ku akhiri kisah ini dengan mengijazahkan kepada kalian dengan do’a dari Guruku ini :
Doa Imam Ja’far as-Shodiq as. di pagi dan sore hari:
اَللهُمَّ اجْـعَـلْ لِيْ سَهْمًا وَافِرًا فِيْ كُلِّ حَسَنَةٍ أَنْزَلْتَهَامِنَ السَّمَاءِ إِلَى اْأَيرْضِ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ، وَاصْرِفْ عَنِّيْكُلِّ مُـصِـيْـبَـةٍ أَنْزَلْتَهَا مِنَ السَّمَاءِ إِلَى اْأَيرْضِ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ،وَعَافِنِيْ مِنْ طَلَبِ مَا لَمْ تُقَدِّرْ لِيْ مِنْ رِزْقٍ،وَمَا قَدَّرْتَ لِيْ مِنْ رِزْقٍ فَسُقْهُ إِلَيَّ فِيْ يُسْرٍ مِنْكَ وَعَافِيَةٍ
“Ya Allah, luaskanlah andilku dalam setiap kebaikan yang Engkau turunkan dari langit ke bumi pada hari ini, cukupkanlah aku dari rezeki yang tidak Engkau takdirkan atasku, sedangkan rezeki yang Engkau takdirkan atasku kirimkanlah kepadaku dengan mudah dan baik.”
(Dibaca 3x)
(al-Amali, Syekh at-Thusi, j.1, h.308)