Mak Uka Pahlawan Pangan Di Desa Cibunar Tetap Bertahan Untuk Bertani
Oleh : Abah Litbang

Garut – Jauh sebelum Negeri ini berdiri, masih jaman kerajaan dan kesultanan, negeri ini diserbu dengan berbagai bangsa untuk berburu rempah-rempah, karena Nusantara tersohor dengan julukan negeri agraris.
Jaman berganti jaman masa berganti masa, sektor pertanian masih tetap jadi sumber mata kehidupan di Nusantara ini, coba kita kita tapakuri dengan seksama ” apa yang tidak di tanam para petani, apa kita tidak sadar semua pangan olahan yang ada dan kita makan selama ini bahan bakunya hasil jerih payah petani yang ada di kampung jauh yang dari keramaian kota, dia berjuang tampa terpengaruh dengan namanya politik.
GrahaBigNews, menemui seorang Nenek. Mak Uka (71Th) Yang keseharianya mengurus rumah tangga dan menjemur gabah kering pungut sebelum masuk pabrik untuk di giling.

Selama 40 tahun lebih Emak Uka kerjakan hal ini demi menpertahankan hidup anak dan cucu serta cicit berikut keturunannya.
Mak Uka menuturkan suka dan duka bertani di kampung, ketika muda dulu dan alm. suaminya selain tanam padi sendiri, Mak Uka juga membeli hasil panen para petani di kampungnya dan dari sekitar desa Cibunar yang ada di wilayah Kecamatan Tarogong Kidul dulu sebelum di mekarkan.
Beras cibunar dulu kesohor dengan beras Panawuan padahal sentranya ada di luar Kp. Panawuan dan yang jelas area sawah dari mulai perbatasan sebelah barat antara Kecamatan Samarang & Tarogong yang teraliri dengan aliran daerah irigasi Cikamiri dan daerah selatanya yang berbatasan dengan Kecamatan Bayongnong, Kecamatan Garut Kota yang area sawahnya terairi dengan aliran daerah irigasi Cimanuk hulu.
Kalau mengenang ke masa-masa lalu, Emak Uka merasa sedih, karena beras Cibunar sekarang hampir redup ditelan masa dan jaman, tapi Emak masih bangga karena anak ema ada yang masih meneruskan jejak emak tuturnya
Sandi (32 th) yang akrab dipanggil Ade mebenarkan, bahwa dia yang sekarang menggantikan alm. bapaknya bertani dan membeli padi basah ( gabah kering pungut dari para petani, red).
Di akuinya dengan banyaknya varitas dan sentuhan tehnologi genetik di bidang petranian khusnya padi, rasa berasnya tidak seenak dulu, kalau dulu pulen wangi citra rasa khas.
“Saya sendiri masih menanam atau membudidayakan varitas padi lokal Yaitu Sarinah Garut yang bulirnya panjang”, ujar Ade.

Sandi selain bertani dan menampung hasil panen padi juga berternak domba, Dan ketika di tanya GrahaBigNews kenapa tidak memilih kerja di kota? Dia menjelaskan, bahwa untuk apa kerja di kota, di kampung dan di desa saya juga banyak potesi yang harus di gali.
“Asal ada kemauan pasti ada jalan, bukan saya anti kerja di kota kalau kerja dikota semua siapa yang ngurus pertanian untuk makan orang kota”, Ade balik nanya pada GrahaBigNews, bapak dan Aa sehari-hari makan apa? Apa semua prodak Pabrikan atau nasi? ujarnya sambil senyum dan memegang Domba O kesayanganya.
Ade atau Sandi ini memiliki 13 ekor domba peliharaannya, dan menurutnya lumayan dari pada tanah di samping rumahnya kosong, lebih baik di pakai untuk memelihara domba saja.