Abah Tohir Penjual Kue Balok Jajanan Tradisional Khas Garut Tetap Bertahan Di Era Digital, Covid-19 Tafakur Untuk Selalu Bersuci
Oleh : Abah Litbang

Garut – Kamis (9/4), Bagi warga Garut yang usianya di atas 50 tahunan, nama kue Balok tentunya sudah tidak asing lagi dan mungkin itu nostalgia dimasa kecikl. Namun seiring waktu bergulir dengan perubahan zaman, sekarang kue itu susah di temukan di pasar-pasar dulu di tahun 70 ada dipasar Guntur Garoet pada saat pasar masih di jln. Guntur Kecamatan Garut kota.
Abah Thohir penjual kue Balok asal kampung Kandang Desa Kandang Mukti Kecamatan Leles Garut, menuturkan pada GrahaBigNews, bahwa Abah berjualan kue balok mulai tahun 2016.
Dahulu abah Produsen sekaligus penjual tahu mentah untuk komsumsi, seiring berjalanya waktu bergulirnya masa dan pertumbuhan penduduk serta perkembangan ekonomi yang dirasakan sangat melilit bagi kaum alit ( orang kecil), ungkap Abah Tohir mulai membuka obrolannya.
Dengan faktor usia sudah melebihi kepala 5 dan sekarang susah utuk cari pegawai mengelola pabriknya, Abah Tohir sadar kalau ini di teruskan, pasti kondisi pisik sudah tidak memungkinkan untuk mengelola pabriknya, lagian pegawai susah, karena dalam pembuatan tahu memerlukan keterampilan dan keuletan serta kesabaran yang khusus agar tahu mempunyai citra rasa tersendiri dan tidak mudah basi.
Diakuinya, bahwa produksi tahu waktu dulu sehari mencapai 100 – 150 kg, itu semua di jual ke pasar dan pendapatan pun sisa oprasional lebih dari cukup untuk mempertahankan hidup keluarga, ujarnya pada GrahaBigNews.
Kenapa sekarang beralih jualan Kue Balok? Dengan diringi senyum, Abah Tohor menjawab dari pada di rumah diam, mending cari kegiatan yang menghasilkan agar dapur tetap ngebul dan bisa memberi pada anak dan cucunya.
Meski di rasakan oleh Abah dan diakuinya, walau omset tidka seperti dulu waktu dirinya berjualan tahu dan mempunyai pabriknya, tapi tetap Abah syukuri, karena ini rizki yang telah Alloh berikan pada abah.
Ketika di desak GrahaBigNews, habis berapa kg / hari? Sedikit, cuma 10 kg / hari, berapa modal yang di keluarkan dan tranfortasi. Abah berkelit, bahwa pertanyaanya sampai ke akar-akarnya, tapi dia tetap menjawab dengan senyumannya, bahwa modal cuma Rp. 350.000,- ( tiga ratus lima puluh ribu rupiah) lebih dikit.
“Takut di tanya lagi penghasilan abah, duluin aja ya, yang kebawa kerumah sisa pengeluaran, dan jajan anak tidak kurang dari Rp, 100 mslh sisanya PR buat bapak wartawan”, jawabnya.
Abah Tohir di bantu oleh anaknya agung yang selalu menemaninya, dan ketika ditanya terkait sejarah Kue Balok, Abah mengatakan, bahwa seingatnya, dan berdasarkan cerita dari mulut kemulut, tepatnya dongeng bari langlayangan dan ngurek.
Bhwa yang pertama jualan kue balok, namanya Abah Nanteb asal Kp. Cikijing Desa Cangkuang Kecamatan Lels. Abah Manteb berjualan di pasar Ciroyom Bandung. Nah, dari situ banyak orang yang mengikuti jejak Abah Manteb, kata orang Sunda mah, sekeseler alias baraya^-barayana, diakui oleh Abah Tohir, bahwa rasa kue balok sekarang tidak semanteb dulu.
Bah sekarang kan musim wabah covid 19 apa abah tidak takut ? Abah menjawab, masalah takut, siapa orang yang tidak takut dengan wabah tersebut, tapi ingat itu kan sudah di goreskan dalam Al Qurat, tugas kita-kita ini menjauhi wabah itu, supaya tidak hinggap di tubuh kita; Islam juga sudah mengajarkan dalam Bab Bersuci ( Berwudlu) pungkas Abah Tohir.