Catatan Kecil Maudy

Share posting

Cerpen Oleh : Wishnoe Ida Noor

Ilustrasi-goodreads.com

Semua yang telah dikatakannya, tentang bahasa-bahasa filosopi, tentang kalimat diplomatis yang dituliskannya untukku, adalah tetap manis, dan ethis. Meski, jujur kuakui, bahwa tuturannya bermuatan sinis nan menguris ulu hati. Hmmm…saat ketakberdayaan bagi siapapun di muka bumi ini, ketika suatu keinginan tak berkesampaian, hanya tersimpan lekat dan kuat mengikat di hati saja.

Tentang apakah yang kau tuliskan?, pada siapakah kau tujukan? Apa maksud dan tujuannya?, hanya dirimu yang tahu kedalamannya, ketika kata kau jadikan senjata, ketika kelitan  kau jadikan alasan untuk menghindari kenyataan, bahwa dirimu, hatimu, tidak ada kesungguhan sama sekali terhadap kesungguhan yang selama ini aku berikan, aku lakukan, dan aku jalankan dengan penuh keikhlasan serta kesetiaan.

Adalah suatu hal yang tersulit kita terima, dengan keikhlasan, ketika harus memaafkan suatu bentuk penghinatan, meski orang bijak mengatakan, bahwa memaafkan atas kesalahan dan penghianatan orang lain, adalah lebih baik untuk menyembuhkan luka yang ada di hati. Segampang itukah?. Sudahkan hatimu mencapai titik ketulusan, dan keihklasan seperti yang aku lakukan padamu?, yaa…selamanya untukmu, dan hanya padamu, serta hanya denganmu.

Ingatkah, ketika sebuah tuturan kau ungkapkan, bahwa pengalaman adalah guru terbaik dalam perjalanan hidup, sehingga karenanya, kita akan terterpa dan di terpa untuk menjadi pribadi yang lebih kuat, tegar, sabar, dan bijak. “Bukanlah hidup jika tak diwarnai dengan cobaan, dan godaan. Kita akan memahami, dan mengerti, atas dasar apa suatu penghianatan itu diulakukan, dan mengapa hal itu bisa terjadi, bla..bla…”.

Hmmm…

Kesetiaan..

Ya..kesetiaan, adalah kata yang mudah untuk diucapkan, tetapi begitu sulit untuk dikuatkan dalam hati, agar sejalan dengan sikap dan tindakan. Tetapi, bagi pribadi yang tak mudah goyah, karena hal itu merupakan jati diri, tidak mungkin dengan begitu mudahnya nilai suatu kesetiaan digadaikan dengan keadaan, dengan kemegahan, dengan bentuk-bentuk hiasan dunia, dan dengan alasan klise, bahwa kita tak bisa menghindarinya, keadaanlah yang memaksa untuk melakukannya.

“Bagus juga tulisannya, boleh saya muat?,” tanya Prastomo sambil menepuk bahu Maudy.

“Masa?, bagus gitu?,” Maudy balik tanya, dijawabnya oleh anggukan Prastomo sambil berlalu menuju meja kerjanya.

“Dasar pribadi yang dingin,” gerutu Maudy dalam hati sambil melanjutkan pekerjaannya tertuju pada layar monitor, ingin rasanya dia menyela jawaban Prastomo yang hanya memberi atensi lewat anggukan saja dengan mencibirkan bibirnya, tapi itu tak dilakukannya.

Sampai larut, Maudy menuliskan sesuatu yang akan di kirimkannya pada Prastomo. Kesunyian malam ditemani bunyi jangkerik, adalah nyanian indah anugerah Ilahi. Suara katak dipesawahan, seakan mengolok-olokkannya, menahan tawa menyaksikan kedulaan hatinya, bahwa rasa begitu sulit dibendung, dan hatinya telah tersandung pada sosok yang telah berhasil mengobrak-abrik keegonannya selama ini. “ Lelaki aneh dan dingin,seperti robot,” gumamnya diantara helaan nafas panjangnya.

“Bagus juga villamu, nyamanin, teduh, dan sangat cocok bagi penulis untuk menggali insfirasi,” tokoh Prastomo melalui pesan WhatsApp, dan menyadarkan dari lamunannya  di pagi hari. Segera Maudy bergegas meninggalkan laptopnya. Disambarnya handuk biru warna pavouritnya, nyanian kecil menuntunnya melangkah ke kamar mandi.

Hujan itu luruh, dan keruh. Deras, turun ke bumi. Senja tak lagi merona seperti jingga di sore hari. Langit tak bisa di pandang dengan jelas, karena tertutup oleh suaranya nan gemuruh. Catatan harian, dijurnalkan dengan rapih, banyak cerita di dalamnya.Dibiarkannya jendela ruangan tempat Maudy bermain kata, tak bisa beranjak, dinikmatinya nyanyian hujan yang berlomba jatuh ke bumi, membasahi pelataran Villa.

Apakah benar adanya, dia mulai menggerakkan tangannya menuliskan kalimat. Hal tersulit, adalah bersikap bijaksana, ketika segala upaya telah dilakukan, tapi yang diterimanya adalah perilaku yang menyakitkan?. Apakah “sakit” yang bercokol dihatinya harus dibungkus dengan tersenyum selalu, ketika tanpa rasa bersalah, masa lalu kembali menari di pelupuk mata?.

Maudy mengingat kembali memorinya, bagaimana suatu kata meluncur dari bibir seseorang yang selalu  mengisi hatinya, bahwa dirinya paling tidak suka jika sudah bersentuhan dengan urusan hati, karena menurutnya hal itu sudah lama..di peti eskan dalam kehidupannya. Separah itukah hatinya?, tapi bukan berarti meragukannya selalu?, karena menurutnya, dirinya bukan dia yang pernah menorehkan sembilu rasa hingga tak mampu berasa sampai sekarang.

Hmmm…

Hitam itu kelam. Tapi, seseorang tak akan merasakan bagaimana indahnya putih, jika dirinya tak mau mencobanya. Mungkin perlu waktu untuk membuka hati, bahwa aneka warna itu menyenangkan, dan penuh semarak, tapi juga dilakukan bukan untuk saling menyakiti.

Baiklah Prastomo, jika engkau masih tetap keukeuh dengan pendirianmu untuk tetap tidak menerima pengakuanku yang tulus dari dasar hati, setidaknya aku pernah menuliskannya untukmu, bahwa pribadi sepertimu itu sudah langka. Keunikan sikap dari karaktermu, selalu menarik perhatianku untuk terus menuliskannya sampai kau bosan membacanya, bahkan membuangnya di tong sampah ruangan kerjamu, atau mendeletenya dengan segera.

Perempuan seperti apakah yang telah menawan hatimu, sehingga kesetianmu tak berbatas waktu, dan tak bisa diganggu, terlebih ditawarnya dengan kemewahan duniawi, walaupun aku berkemampuan untukmu.

Hujan telah reda, dibacanya berulang kali tulisan yang telah kelar untuk dikirimkan pada Prastomo. Hatinya yakin, sekeras-kerasnya batu, jika lama-lama ditempa air, akan memberikan wahana, dan ruang untuk singgah walau hanya setitik, atau hanya menempel di batu itu sendiri.

Memahami makna cinta, bukanlah hal mudah. Menjalankan kesetiaan, bukanlah hal gampang. Cinta dan kesetiaan, adalah beringan diantara penghianatan, sehingga melahirkan kebencian, dan kita sulit membedakan, mana kesetiaan, penghianatan, kecintaan, serta kebencian. Seperti kain kasa, dilihat, tapi seakan tak terlihat, dirasa, tapi seakan sulit dirasakan. Beda tipis. Hanya hati nurani saja yang mampu menjawab semua itu dengan sejujur-jujurnya.

Meski kita berjauhan, sambung Maudy dalam tambahan kalimatnya. Mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri untukmu, walau kita berbed keyakinan, tapi universalmu membuatmu selalu dihargai dan dihormati, serta mendapat tempat di hati komunitasku, bahwa kaulah Prastomo, lelaki dingin tapi tak dingin. Sifat welas asihmu pada sesama, menggugah hatiku untuk selalu meraih hatimu sampai aku berhenti menulis untukmu.

 

CV Penulis:

Wishnoe Ida Noor

Pimpinn Redaksi GrahabigNews.

Sekjen  DPC Himpunan Insan Pers Seluruh Indonesia (HIPSI)

Kabiro SKU Mingguan Nasional PROGRESIF

Dosen IMN (Non Aktif), Kejurnalistikan & Bagian Produksi Radio Siaran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *