DIRGAHAYU GRAHABIGNEWS ke-1

Share posting

Oleh : H. Derajat

Irjen Pol Dr. Eko Budi Sampurno, Kapolda Sulbar Bersama H. Derajat. (Foto: Istimewa – grahabignews.com)

Dalam rangka perayaan ulang tahun GrahaBigNews yang pertama, selain sebagai media informasi  yang selalu update dengan keadaan terkini, maka GrahaBigNews juga memberikan dakwah-dakwah populer yang mudah difahami bagi masyarakat dengan memberikan contoh-contoh akhlak Rasulullah SAW, keluarganya, para Sahabatnya, para Wali Allah dan nasehat para ulama untuk memenuhi kebutuhan bathiniah ummat pada umumnya.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang mendukung, sehingga GrahaBigNews menjadi media yang banyak dibaca masyarakat.

Terutama kepada Pangdam III/Slw Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto beserta jajaran, Kapolda Jabar Irjen Pol Ahmad Dhofiri beserta jajaran, Kajati Jabar R Ade Adhyaksa beserta jajaran, Kabinda Jabar Brigjen TNI Dedy Agus Purwanto beserta jajaran, Danrem Tarumanagara, Bupati dan Wakil Bupati Garut yang selalu mendukung kami dalam sharing informasi bagi masyarakat demi kondusifitas ketahanan negara dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Semoga ke depan ikatan bathiniah antara aparat negara dengan masyarakat semakin erat dan kuat untuk membangun bangsa yang lebih kokoh dengan mempergunakan media informasi GrahaBigNews ini.

Selamat Ulang Tahun ke-1 GrahaBigNews, Jayalah Rakyat Indonesia, Jayalah Bangsa Indonesia, kokoh bersama media yang informatif, inspiratif, akurat tanpa Hoax GrahaBigNews.

Dalam kebahagiaan kami di hari ulang tahun ini izinkan kami mengangkat tausiah tentang pentingnya memohon rahmat Allah dalam tiap keadaan.

KATAK LEBIH BANYAK BERZIKIR DI MALAM HARI KETIMBANG KITA

Menyadari sejauh mungkin kemakhlukanmu di hadapan Allah, maka akan banyak rasa syukur yang ditimbulkannya.

Bismillahirrohmanirrohim

Allahumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ala ali Sayyidina Muhammad.

Sahabatku terkasih kita mulai kisah ini dengan hadits Rasulullah SAW :

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai; nikmat sehat dan nikmat waktu luang.

Dalam kitab al-Zuhd, terdapat dua riwayat yang bercerita tentang Nabi Dawud dan pertanyaannya kepada Allah tentang bagaimana caranya bersyukur. Berikut riwayatnya:

حدثنا عبد الله حدثني أبي حدثنا عبد الرحمن حدثنا جابر بن زيد عن المغيرة بن عيينة قال: قال داود عليه السلام يا رب هل بات أحد من خلقك الليلة أطول ذكرًا لك مني فأوحي الله عز وجل إليه نعم الضفدع وأنزل الله عليه: اعلموا آلَ دَاوُدَ شكرًا وقليل مِنْ عِبَادِيَ الشّكور (سورة سبأ: 13)   قال: يا رب كيف أطيق شكرك وأنت الذي تنعم عليّ ثم ترزقني علي النعمة ثم تزيدني نعمة نعمة فالنعم منك يا رب والشكر منك فكيف أطيق شكرك يا ربّ, قال: الآن عرفتني يا داود حق معرفتي

Abdullah bercerita, ayahku bercerita kepadaku, Abdurrahman bercerita, Jabir bin Zaid bercerita dari al-Mughirah bin ‘Uyainah, ia berkata:   Nabi Dawud ‘alaihissalam berujar: “Wahai Tuhan, apakah ada salah satu makhluk-Mu yang banyak berdzikir kepada-Mu di malam hari melebihi aku?

Kemudian Allah memberitahu Dawud: “Ya, (ada), yaitu katak.” Dan Allah menurunkan (firman-Nya) kepada Dawud (QS. Saba’: 13): “Bekerjalah hai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.

Nabi Dawud berkata: “Duh Tuhan, bagaimana mungkin aku mampu bersyukur kepada-Mu sementara Kau yang memberiku nikmat, kemudian Kau yang memberi rezeki kepadaku atas nikmat itu, kemudian Kau yang menambahiku nikmat demi nikmat. Karena (segala) nikmat berasal dari-Mu, wahai Tuhan, dan syukur berasal dari-Mu. Maka, bagaimana mungkin aku mampu bersyukur kepada-Mu, wahai Tuhan.

Allah berfirman: “Sekarang kau telah mengenal-Ku, wahai Dawud, benar-benar mengenal-Ku.” (Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, Kairo: Dar al-Rayyan li al-Turats, 1992, h. 88-89)

عن أبي الجلد، عن مسلمة أَنَّ دَاوُدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عليه وَسَلَّمَ قَالَ: إِلَهِيْ، كَيْفَ لِيْ أَنْ أَشْكُرَكَ، وَأَنَا لَا أَصِلُ إِلَى شُكْرِكَ إِلَّا بِنِعْمَتِكَ؟ فَأَوْحَى اللهُ إِلَيْهِ: يَا دَاوُدُ، أَلَسْتَ تَعْلَمُ أَنَّ الَّذِيْ بِكَ مِنَ النِّعَمِ مِنِّيْ؟ قَالَ: بَلَى، أَيْ رَبِّ، قَالَ: فَإِنِّيْ أَرْضَى بِذَلِكَ مِنْكَ شُكْرًا

Dari Abu al-Jald, dari Maslamah, sesungguhnya Nabi Dawud shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tuhanku, bagaimana mungkin aku bisa bersyukur kepada-Mu, sementara aku tidak akan sampai bersyukur kepada-Mu kecuali dengan nikmat-Mu juga?

Memiliki kesempatan bersyukur adalah nikmat, dan mensyukuri nikmat adalah nikmat. Begitulah gambaran sederhana dari riwayat di atas, bahwa segala sesuatu berasal dari Allah. Tidak ada satu pun di dunia ini yang tidak berasal dari-Nya. Namun, manusia kadang lalai dengan kemakhlukannya. Ia lupa bahwa dirinya makhluk yang diadakan oleh Allah, bukan ada dengan sendirinya. Ketika manusia melupakan kemakhlukannya, ia akan mudah dilalaikan oleh sesuatu. Untuk lebih jelasnya, simak uraian singkatnya berikut ini.

Riwayat di atas dimulai dengan Nabi Dawud yang selalu terjaga sepanjang malam untuk berdzikir kepada Allah. Meski demikian, ia diingatkan bahwa ada makhluk lain yang dzikirnya lebih banyak darinya, yaitu katak. Kemudian Allah memerintahkan Dawud dan keluarganya untuk memperbanyak syukur kepada-Nya.

Artinya, sebanyak apapun ibadah seseorang, harus dibarengi dengan syukur. Tanpa itu, ibadahnya dikhawatirkan hanya akan menghasilkan bibit takabur dan ujub. Ini menunjukkan bahwa bersyukur adalah pengingat akan kemakhlukan kita, bahwa kita harus berterima kasih dengan apapun yang Allah berikan kepada kita. Dengan melupakan terima kasih (syukur), kita akan terjebak dalam lingkaran ujub dan takabur. Itulah kenapa Allah menyuruh Dawud dan keluarganya untuk bersyukur.

Di sisi lain, katak dalam riwayat di atas perlu kita pahami sebagai simbol pengingat, bahwa kita tidak lebih mulia dari siapapun, bahkan dengan makhluk Tuhan non-manusia. Simbol yang mengajarkan kita agar tidak mudah membandingkan amal ibadah kita dengan makhluk Tuhan lainnya. Karena perbandingan amal seringkali berujung pada anggapan mulia diri (takabbur/ujub) yang akan menjebak kita. Inilah yang perlu kita hindari. Salah satu caranya dengan memperbanyak syukur kita kepada Allah. Pintu pembukanya adalah pemahaman bahwa sebanyak apapun syukur kita, tidak mungkin mendekati, apalagi menyamai nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Seperti yang diungkapkan Nabi Dawud ‘alaihissalam di atas, bahwa bersyukur sendiri adalah nikmat dari Tuhan, maka ‘bagaimana mungkin ia mampu bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya itu’.

Kita tidaklah mungkin bisa mensyukuri nikmat Allah dengan sempurna, kecuali kita menyadari bahwa ketidak sempurnaan kita dalam bersyukur merupakan kelalaian dan kelemahan kita yang harus kita mohonkan ampunanNya.

Nabi Dawud berkata seperti berikut ini:

إِلَهِيْ، لَوْ أَنَّ لِكُلِّ شَعْرَةٍ مِنِّيْ لِسَانَيْنِ، يُسَبِّحَانِ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ، وَالدَّهْرَ كُلَّهُ، مَا قَضَيْتُ حَقَّ نِعْمَةٍ

Ilahi, sungguh, andai saja setiap rambutku memiliki dua lidah yang selalu bertasbih siang dan malam, dan (bertasbih) setiap waktu, aku belum menunaikan satu pun hak nikmat (yang Kau berikan kepadaku).”

Semoga Allah merahmatimu wahai kekasih Allah….


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *