Konsep Berkuasa Sebagai Kepanjangan Tangan Tuhan

Share posting

Artikel Eksklusif

Oleh : H Derajat


Ilustrasi-gambar.pro

inilah sebuah nasehat agung yang meluruskan konsep sembah menyembah kepada Yang Kuasa, bahkan menjadikan diri kita berkuasa dimanapun kita hidup di belahan dunia ini !!!

Orang sering ingin menyembah dan merasa sudah menyembah pada Yang Kuasa. Hal itu terdorong oleh berbagai ajaran yang diperolehnya. Salah satu ajaran menerangkan bahwa rumah itu ada pembuatnya yakni manusia, maka bumi dan langit dengan semua isinya pasti ada juga pembuatnya, yaitu Yang Kuasa. Ia dinamakan Yang Kuasa sebab ia kuasa membuat apa saja yang tak mungkin dibuat oleh manusia. Bahkan Yang Kuasa itu pun memberikan hidup serta penghidupan jiwa dan raganya. Malah, anak, istri, dan suaminya juga pemberian Yang Kuasa. Angin, hujan, matahari dan lain-lain termasuk pemberian Yang Kuasa.

Oleh karena Yang Kuasa itu yang memberikan segala sesuatu, maka pantas sekali jika orang memohon dan menghaturkan terima kasih kepadanya. Andaikata ia tidak diberi matahari, betapa besarnya biaya langganan listrik Aniem (nama perusahaan listrik zaman kolonial Belanda) yang harus dibayarnya. Oleh karenanya orang lalu menyembah dan memohon kepada Yang Kuasa.

Adapun cara menyembahnya berbagai macam. Ada yang dengan membakar dupa/kemenyan di depan pohon besar. Ada yang memberi sesajen di jalan perempatan (simpang empat). Ada yang memuja sesuatu dan sebagainya.

Menyembah Yang Kuasa dengan menghaturkan terima kasih tidak selalu dapat dijalankan, karena pada waktu orang menderita sakit atau mengalami kesusahan, ia tidak yakin bahwa sakitnya dan kesusahannya itu pemberian Yang Kuasa, sehingga ia mengurungkan niatnya. Pikirnya, mustahil Yang Kuasa memberikan sakit dan kesusahan pada umatnya. Perbuatan itu bertentangan dengan kekuasaannya yang bisa dianggap sewenang-wenang.

Apabila timbul masalah seperti di atas, orang lalu diberi penjelasan, bahwa pemberian yang lebih baik dari Yang Kuasa ialah setelah orang meninggal dunia. Apabila ia menyembah dengan sungguh hati, ia akan memperoleh kemuliaan abadi setelah mati.

Di sini maksud menyembah sudah berubah. Kalau maksud semula untuk menghaturkan terima kasih, sekarang untuk memperoleh kemuliaan setelah mati, dengan kata lain sebagai sogokan. Lagi pula orang menderita kesusahan pada waktu sekarang, sabarkah ia menanti kemuliaan setelah mati. Tentu tidak, sebab daya upayanya mengatasi kesusahan belum habis.

Dalam persoalan di atas kepada orang itu diajarkan lagi, apabila ia benar-benar memohon sepenuh hati kepada Yang Kuasa, pasti akan dikabulkan keinginannya dalam hidupnya sekarang. Peribahasanya: siapa patuh akan dikaruniai.

Hal tersebut jika dipikirkan, jelas tidak nalar. Karena kalau semua permohonan bisa dikabulkan, jagat dengan semua isinya menjadi kacau. Misalnya petani mohon hujan, sedang pemain ketoprak mohon cuaca terang. Sulitlah dua macam permohonan yang bertentangan itu dilaksanakan. Maka menyembah demikian itu tidak masuk di akal.

Inilah ilmu Agung hasil pemikiran para Bijak Tanah Jawa yang universal terhadap seluruh aliran agama, semoga Tuhan menggerakkan hati kita semua untuk membuka link berikut sebagai wujud kasih sayang kami di Pasulukan Loka Gandasasmita kepada mu…:

Menyembah Yang Kuasa

Setelah membaca link tersebut maka kita akan sampai pada kesimpulan bahwa memperoleh Kekuasaan itu tidak perlu dengan menunjukkan kehebatan kepada orang lain, tanpa perlu mengolok dan menjatuhkan martabat orang lain, dan gak perlu habis uang banyak untuk kampanye yang isinya menyombongkan diri sendiri tapi cukup dengan memerangi nafsu diri sendiri terhadap berbagai kebutuhan karena menurut para bijak tanah Jawa bahwa kuasa berarti tidak butuh.

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *