SMPN 2 Garut Kembangkan Platform Merdeka Belajar Dengan Ragam Inovasi dan Digitalisasi

Share posting

Oleh : Hidir Hidayat

Dr. Budi Suhardiman, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMPN 2 Garut. (Foto: Hidir Hidayat – grahabiignews.com) 

Garut – SMPN 2 Garut merupakan bagian dari 2500 sekolah di Indonesia yang terpilih menjadi sekolah penggerak. Berbagai tahapan dimulai dari pelatihan kepemimpinan kepala sekolah yang dilakukan selama 10 hari, pelatihan komite pembelajaran, penyusunan kurikulum, yaitu kurikulum operasional satuan pendidikan dalam tahap penyusunan, pendampingan.

“Dari sisi implementasi kurikulum sudah dilaksanakan dari mulai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan semuanya sedang berjalan di kelas VII,” ujar Dr. Budi Suhardiman, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMPN 2 Garut saat ditemuai di kantornya di Jl. Ahmad Yani No. 40-28, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kabupaten Garut.

Untuk di kelas VII, kata dia, rekan-rekan guru di kelas tersebut sudah dibekali untuk melaksanakan sekolah penggerak. Disamping itu, mensosialisasikannya kepada semua warga sekolah, hingga semua warga sekolah mendukung untuk kesuksesan sekolah penggerak.

(Foto: Hidir Hidayat – grahabiignews.com)

“Dengan adanya sekolah penggerak ini, tentu saja esensinya bahwa sekolah penggerak ini endingnya tiada lain bagaimana mewujudkan profil pelajar pancasila,” ujar Budi.

Lanjut dia, profil pelajar pancasila tersebut diimplementasikan melalui tiga kegiatan yaitu intrakulikuler, ekstrakulikuler, dan kokulikuler. “Dalam pelaksanaan sekolah penggerak, ada flatform belajar merdeka dan inovasi digitalisasi pembelajaran,” imbuh Budi.

“Pada ekstrakulikuler karena saat ini belum bisa tatap muka, maka ditangguhkan dulu, namun beberapa ekstakulikuler dapat dilaksanakan secara virtual, seperti eskul jurnalistik, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Pelajar Peduli Lingkungan (PPL),” tutur Kepsek SMP 2 Garut.

(Foto: Rudi Herdiana – grahabiignews.com)

Terkait sarana dan prasarana, kata dia, dari sisi ketersediaan IT khususnya perangkat komputer, di SMPN 2 Garut sudah memadai. “Hanya dari sisi pemeliharaan, karena alat itu kan dari waktu ke waktu mengalami penyusutan, maka harus ada pemeliharaan,” kata Budi.

Selain sarana prasarana, lanjut dia, kemampuan para guru sangat mendukung karena semua guruy telah familiar tentang IT, aplikasi, penggunaan aplikasi dan literasi. Bahkan bukan Cuma literasi baca tulis dan literasi numerasi (baca grafik, bilangan, data), tapi ada literasi budaya lokal dan lain sebagainya.

Sementara sisi penguatan jaringan, tambah dia, tentu harus diperkuat dan arus daya listrik pun harus ditingkatkan. Memang, sebetulnya dana untuk menopang semua itu sudah tersedia melalui Bantuan Operasional (BOS) kinerja, namun belum turun sampai saat ini.

(Foto: Rudi Herdiana – grahabiignews.com)

Aku Budi, regulasinya, sekolah penggerak mendapatkan BOS kinerja, sementara sampai saat ini kegiatan sudah berjalan, namun anggarannya belum turun. Maka kami menyiasatinya dengan menggunakan BOS regular dulu.

“Karena dananya belum ada maka terpaksa harus meminjam dari BOS reguler dulu, padahal kan BOS kinerja itu peruntukannya untuk sekolah penggerak,” katanya.

Diperjelas dia, disamping untuk mendukung digitalisasi pembelajaran, juga protokol kesehatan seperti hand sanityzer, masker dan lain sebagainya sudah dipersiapkan semuanya.

(Foto: Hidir Hidayat – grahabiignews.com)

Sebagai kepala sekolah, Budi berharap karena sekolahnya sudah mendeklarasikan sekolahnya para juara, dengan adanya program sekolah penggerak akan lebih mendukung visi sekolahnya.

Adapun jumlah siswa di SMP 2 Garut terdiri dari 33 rombel, yaitu 11 rombel untuk kelas VII, 11 rombel kelas VIII, dan 11 rombel kelas IX dan untuk setiap kelas terdiri dari 32 siswa dengan total semua 1056 siswa dengan 65 guru, TU 10 dan penjaga sekolah 5, juga satpam 2 orang.


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *