Seorang Wali Allah Yang Rela Dipukul Hanya Karena Belajar Bersabar

Share posting

Artikel Eksklusif

Oleh : H. Derajat


Ilustrasi-plus.kapanlagi.com

Sahabatku, duhai kekasih hatiku, duhai anak-anakku, duhai murid-muridku, duhai semua yang ku cinta lahir dan bathinku yang terpancar bagai matahari yang menyinari bumi yang cahayanya walaupun malam terpancar melalui bulan. Ingin ku sampaikan sebuah kisah tentang Mursyid kita semua bernama Ibrahim bin Adham yang kesabarannya patut kita jadikan pedoman dalam kehidupan ini.

Suatu hari, saat tengah berjalan-jalan Ibrahim bin Adham berpapasan dengan seorang musafir yang bertanya kepadanya. “Apakah engkau seorang budak?,” tanya musafir.

“Benar, aku memang seorang budak,” jawab Ibrahim.

“Bisakah kau tunjukkan padaku perkampungan yang terdekat dari sini?”

“Di sana,” jawab Ibrahim sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah pemakaman umum.

Musafir yang merasa telah dipermainkan oleh Ibrahim, spontan mengayunkan tongkatnya ke kepala Ibrahim hingga berdarah.

Namun alih-alih memberikan perlawanan, Ibrahim justru berkata, “Pukullah, silakan pukul sepuasmu kepala yang penuh dosa ini.”

Si musafir tak menghiraukan apa pun yang dikata dan dilakukan Ibrahim, hingga seorang penduduk yang menyaksikan perbuatannya memberi tahu ihwal siapa sesungguhnya orang yang telah dipukul kepalanya hingga berdarah tersebut. Ia sangat terkejut dan dengan gemetar bergegas menemui Ibrahim kembali.

“Wahai waliyullah, mohon ampunilah kekurangajaranku. Sungguh aku tidak tahu siapa sebenarnya dirimu. Mengapa engkau berkata padaku bahwa dirimu seorang hamba?”

“Kamu tak bertanya aku hamba siapa bukan? Aku memang seorang hamba, yaitu hamba Allah. Selepas memukulku aku mendoakanmu supaya kamu dimasukkan surga-Nya.”

Mana mungkin?,” si musafir tak bisa menyembunyikan keheranannya.

“Ya, saat kamu memukulku aku bersabar. Bukankah Allah telah berjanji bahwa surga-Nya disediakan untuk orang yang sabar? Bagaimana mungkin aku tidak mendoakanmu agar dimasukkan surga-Nya, sedangkan engkau telah menjadi sarana-Nya untuk membuatku bersabar?”

Ku akhiri kisah ini dengan mengijazahkan kepadamu sebuah kalimat Istighfar dari Mursyid kita semua Syeikh Yusuf Al Makasari seorang Wali Allah yang juga pejuang kemerdekaan yang sangat disegani Belanda.

Istighfar Syeikh Yusuf Al Makasari

Dalam kitab Zubdat al asrar, salah satunya adalah ajaran Syeikh Yusuf Al Makasari tentang lafal istighfar yang perlu dibaca oleh hamba yang bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah Swt. dan ingin bertobat dari dosa yang diakibatkan kesalahan yang disadari atau tidak.

أستغفر الله العظيم من كلّ ذنبٍ أذنبته عمدًا أو خطأ سرًّا أو جهرًا كبيرًا أو صغيرًا وأتوب إليه من الذنب الذي أعلم ومن الذنب الذي لا أعلم وأنت علّام الغيوب ستار العيوب كشاف الكروب فلا حول ولا قوَّة إلا بالله العلي العظيم وإنا لله وإنا إليه راجعون

Astaghfirullaha al-‘Adzim min kulli dzanbin ‘adznabtuhu ‘amdan aw khatha’an, sirran aw jahran, kabiiran aw shaghiiran, wa atuubu ilahi min al-dzanbilladzi a’lamu wa al-dzanbilladzi la a’lam. Wa anta ‘allaamu al-ghuyuub sattar al-‘uyuub kassyaf al-kuruub, fa laa hawla wa laa quwwata illa billahi al-‘aliyy al-‘azhiim wa inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.

Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, dari semua dosa yang aku perbuat, sengaja ataupun khilaf, diam-diam atau terang-terangan, besar atau kecil, dan aku bertobat kepada-Nya dari dosa-dosa yang aku ketahui dan tidak. Engkaulah yang Maha Mengetahui yang gaib, Maha Menutupi aib, Maha Mewujudkan bencana, dengan demikian tiada daya dan upaya bagiku kecuali karena Allah semata Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Dan, sesungguhnya kita (semua hanya) kembali pada Allah dan hanya kepada-Nya kita (semua) kembali.

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *