Spontanitas kepedulian Warga Dua Desa Bersatu Normalkan Irigasi Cimaragas

Oleh: Rudi Herdiana

GrahaBigNews, Garut – Di tengah zaman yang serba cepat dan cenderung individualistis, semangat kebersamaan dan gotong royong ternyata masih membara di hati masyarakat Garut.

Pemandangan ini terbukti nyata pada Sabtu (11/10/2025), ketika lebih dari 30 warga dari dua desa berbeda secara spontan turun tangan melaksanakan kerja bakti untuk menormalisasi saluran irigasi Ciragas Blok Talangseng yang vital bagi pertanian mereka.

Hanya berbekal ajakan yang disebar pada malam sebelumnya, puluhan petani dan warga dari Desa Sucikaler, Kec. Karangpawitan, dan Desa Kotakulon, Kec. Garut Kota, berkumpul sejak pagi hari. Mereka membawa peralatan sederhana seperti cangkul, tali dan takel dengan satu tujuan : air mengalir dengan lancar.

Akar masalahnya adalah sebuah tunggul kayu besar yang melintang di dasar saluran. Keberadaan tunggul ini tidak hanya menghambat aliran air, tetapi juga memperparah sedimentasi atau pendangkalan. Akibatnya, debit air yang mengalir ke areal persawahan warga menurun drastis, mengancam kelangsungan tanaman padi mereka.

“Kami tidak menyangka antusiasmenya akan sebesar ini. Ajakan baru kami sampaikan tadi malam lewat grup WhatsApp dan dari mulut ke mulut. Ternyata pagi ini sudah puluhan orang berkumpul dengan peralatannya masing-masing. Ini bukti bahwa rasa kepedulian di antara kita masih sangat kuat,” ujar Wahyu, Ketua P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) Desa Sucikaler di lokasi kerja bakti.

Dipimpin oleh dua Ketua P3A, pa Wahyu dari Kec. Karangpawitan dan Sigit dari Kotakulon, warga bahu-membahu tanpa memandang batas administrasi desa. Mereka masuk ke dalam saluran, mengeruk endapan lumpur yang sudah mengeras, dan dengan tenaga bersama berusaha mencongkel serta menarik tunggul kayu yang menjadi penghalang utama.

Sigit, Ketua P3A Desa Kotakulon, menambahkan bahwa inisiatif ini murni lahir dari keresahan bersama. “Masalah air ini kan masalah kita bersama, tidak bisa melihat batas desa atau kecamatan. Kalau irigasi di hulu terganggu, sawah di hilir pasti kekeringan.

“Alhamdulillah, kekompakan warga Sucikaler dan Kotakulon menjadi solusi cepat tanpa harus menunggu lama, dan tergantung turun tangan dari pemerintah” ungkapnya.

Namun pada kesempatan ini pun PUPR kab. Garut langsung merespon turut serta bergabung walaupun tidak di beritahu ada kegiatan, ketidaksengajaan ketika salah satu staf dilapangan melaporkan adanya rombongan petani.

Kerja bakti yang berlangsung akhirnya membuahkan hasil. Tunggul kayu besar berhasil diangkat dari dasar saluran, dan endapan lumpur yang tebal pun berhasil dikeruk. Seketika, aliran air kembali lancar, disambut rasa puas dari yang hadir.

Fenomena ini menjadi sebuah oase di tengah lunturnya nilai-nilai kebersamaan. Kegiatan spontan yang digerakkan oleh rasa kepemilikan dan tanggung jawab bersama, ini membuktikan bahwa semangat gotong royong masih menjadi solusi efektif dan cepat untuk mengatasi permasalahan komunal.

Hal ini adalah cerminan nyata bahwa modal sosial paling berharga yang dimiliki bangsa Indonesia masih hidup dan berdenyut kuat di tingkat akar rumput.