Pengajian Majlis talim Darushshibyan Desa Sukajaya
Oleh : H. Rodiat, S.Pd.I.
Garut – Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, dan bersilaturrahmi antar sesama, terus dilakukan di Desa Sukajaya Kecamatan Cisewu dengan kegiatan pengajian Majlis Ta’lim di Darushshibyan, Kamis (27/02).
Pantauan GrahaBigNews di lapngan, bahwa pengajinan ini sudah rutin dilakukan di tingkat Desa, diselenggarakan setiap hari Kamis dalam 2 minggu satu kali di Kp. Rancaawitali.
Pada kesempatan tersebut dihadiri oleh Kades, masyarakat setempat, serta ustadz yang menjadi nara sumber, yaitu ustad Ruspendi materi yang disampaikan Tafsir Jalalain, dan Ketua MUI Kecamatan Cisewu yang nota benenya adalah penyuluh, yaitu Daslim, S.Pd.I dengan memberikan materi kitab Riyadusholihin.
Acara kegiatan Pengajian Majlis talim Darushshibyan Desa Sukajaya Ke camatan Cisewu ini di mulai pada pukul 09.00 pagi hingga waktu Dhuhur, dan yang dibahas pada kesempatan tersebut oleh ustadz Ruspendi yaitu, surat Ali Imron dari ayat 110, bahwa sebaik-baik umat nabi Muhammad adalah yang beriman, dan yang memerintahkan kebaikan serta mencehag kemunkaran.
Isi tafsir ceramah pa ustadz Ruspendi
{ كُنتُمْ } يا أمة محمد صلى الله عليه وسلم في علم الله تعالى { خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ } أظْهِرَت { لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بالمعروف وَتَنْهَوْنَ عَنِ المنكر وَتُؤْمِنُونَ بالله وَلَوْ ءامَنَ أَهْلُ الكتاب لَكَانَ } الإيمان { خَيْراً لَّهُمْ مِّنْهُمُ المؤمنون } كعبد الله بن سلام رضي الله عنه وأصحابه { وَأَكْثَرُهُمُ الفاسقون } الكافرون .
- (Adalah kamu) hai umat Muhammad dalam ilmu Allah swt. (sebaik-baik umat yang dikeluarkan) yang ditampilkan (buat manusia, menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar serta beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, adalah ia) yakni keimanan itu (lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman) misalnya Abdullah bin Salam r.a. dan sahabat-sahabatnya (tetapi kebanyakan mereka orang-orang yang fasik) kafir.
{ لَن يَضُرُّوكُمْ } أي اليهود يا معشر المسلمين بشيء { إِلآَّ أَذًى } باللسان من سب ووعيد { وَإِن يقاتلوكم يُوَلُّوكُمُ الأدبار } منهزمين { ثُمَّ لاَ يُنصَرُونَ } عليكم بل لكم النصر عليهم .
- (Mereka sekali-kali tidak akan dapat memberi mudarat kepadamu) maksudnya sedikit pun juga orang-orang Yahudi tidak akan dapat memberi mudarat terhadap kaum Muslimin (kecuali gangguan saja) yakni gangguan lisan seperti makian dan ancaman (dan jika mereka berperang dengan kamu maka mereka akan berbalik melarikan diri) karena menderita kekalahan (kemudian mereka tidak mendapat pertolongan) untuk menghadapi kamu sebaliknya kamulah yang akan mendapat pertolongan untuk menghadapi mereka.
{ ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذلة أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ } حيثما وجدوا فلا عزّ لهم ولا اعتصام { إِلاَّ } كائنين { بِحَبْلٍ مّنْ الله وَحَبْلٍ مّنَ الناس } المؤمنين وهو عهدهم إليهم بالأمان على أداء الجزية أي لا عصمة لهم غير ذلك { وَبآؤ } رجعوا { بِغَضَبٍ مِّنَ الله وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ المسكنة ذلك بِأَنَّهُمْ } أي بسبب أنهم { يَكْفُرُونَ بئايات الله وَيَقْتُلُونَ الأنبياء بِغَيْرِ حَقٍّ ذلك } تأكيد { بِمَا عَصَواْ } أَمْرَ الله { وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ } يتجاوزون الحلال إلى الحرام .
- (Ditimpakan atas mereka kehinaan di mana pun mereka berada) sehingga bagi mereka tak ada kemuliaan dan keamanan (kecuali) dengan dua hal: (dengan tali dari Allah dan tali dari manusia) yang beriman, yang merupakan janji dari mereka kepada Ahli Kitab bahwa mereka akan diberi keamanan dengan imbalan pembayaran upeti, maka tak ada jaminan bagi mereka selain dengan itu (dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan ditimpakan atas mereka kerendahan. Demikian itu bahwa mereka) artinya disebabkan karena mereka (kafir akan ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Demikian itu) sebagai pengukuhan (disebabkan mereka durhaka) akan perintah Allah (dan mereka melanggar batas) artinya melampaui yang halal hingga jatuh kepada yang haram.
Sementara Ustadz Daslim dalam hadits Riyadusholihin tentang bab suami atas istri.
Isi ceramah yg kedua ustadz Daslim
Hak Suami Atas Istri (Yang Wajib Dipenuhi Oleh Istri)
Allah Ta’ala berfirman:
“Kaum lelaki itu adalah pemimpin-pemimpin atas kaum wanita – isteri-isterinya, kerana Allah telah melebihkan sebahagian mereka dari yang lainnya, juga kerana kaum lelaki itu telah menafkahkan dari sebahagian hartanya. Oleh sebab itu kaum wanita yang shalihah ialah yang taat serta menjaga dirinya di waktu ketiadaan suaminya, sebagaimana yang diperintah untuk menjaga dirinya itu oleh Allah.” (an-Nisa’:34)
Keterangan:
Menilik isi yang tersirat dalam ayat di atas, maka Allah Ta’ala sudah memberikan ketentuan yang tidak dapat diubah-ubah atau sudah merupakan sunatullah, iaitu bahawa keharmonian rumahtangga itu, manakala lelaki dapat menguasai seluruh hal-ehwal rumahtangga, dapat mengatur dan mengawasi isteri sebagai kawan hidupnya dan menguasai segala sesuatu yang masuk dalam urusan rumahtangganya itu sebagaimana pemerintah yang baik, pasti dapat menguasai dan mengatur sepenuhnya perihal keadaan rakyat.
Manakala ini terbalik, misalnya isteri yang menguasai suami, atau sama-sama berkuasanya, sehingga seolah-olah tidak ada pengikut dan yang diikuti, tidak ada pengatur dan yang diatur, sudah pasti keadaan rumahtangga itu menemui kericuan dan tidak mungkin ada ketenangan dan ketenteraman di dalamnya.
Ringkasnya para suamilah yang wajib menjadi Qawwaamuun, yakni penguasa, khususnya kepada isterinya. Ini dengan jelas diterangkan oleh Allah perihal sebab-sebabnya, iaitu kaum lelakilah yang dikurniai Allah Ta’ala akal yang cukup sempurna, memiliki kepandaian dalam mengatur dan menguasai segala persoalan, juga kekuatannya pun dilebihkan oleh Allah bila dibandingkan dengan kaum wanita, baik dalam segi pekerjaan ataupun peribadatan dan ketaatan kepada Tuhan. Selain itu suami mempunyai pertanggunganjawab penuh untuk mencukupi nafkah seluruh isi rumahtangga itu.
Oleh sebab itu isteri itu baru dapat dianggap shalihah, apabila ia selalu taat pada Allah, melaksanakan hak-hak suami, memelihara diri di waktu suaminya tidak di rumah dan tidak seenaknya saja dalam hal memberikan harta yang menjadi milik suaminya itu. Dengan demikian isteri itu pun pasti akan dilindungi oleh Allah dalam segala hal dan keadaan, juga ditolong untuk dapat melaksanakan tanggungjawabnya yang dipikulkan kepadanya mengenai urusan rumahtangganya itu.
Adapun Hadis-hadisnya, maka di antaranya ialah Hadisnya ‘Amr bin al-Ahwash di muka dalam bab sebelum ini – lihat Hadis no. 276.
- Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Jikalau seseorang lelaki mengajak isterinya ke tempat tidurnya, tetapi isteri itu tidak mendatangi ajakannya tadi, lalu suami itu menjadi marah pada malam harinya itu, maka para malaikat melaknati – mengutuk – isteri itu sampai waktu pagi.” (Muttafaq ‘alaih)
Dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim yang lain lagi, disebutkan demikian: “Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Apabila seseorang isteri meninggalkan tempat tidur suaminya pada malam harinya, maka ia dilaknat oleh para malaikat sampai waktu pagi.”
Dalam riwayat lain lagi disebutkan sabda Rasulullah s.a.w. demikian:
Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, tiada seseorang lelaki pun yang mengajak isterinya untuk datang di tempat tidurnya, lalu isteri itu menolak ajakannya, melainkan semua penghuni yang ada di langit – yakni para malaikat – sama murka pada wanita itu sehingga suaminya rela padanya – yakni mengampuni kesalahannya.”
283. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Tiada halal – yakni haram – bagi seorang isteri untuk berpuasa – sunnat – sedangkan suaminya menyaksikan – yakni ada, melainkan dengan izin suaminya itu dan tidak halal mengizinkan seseorang lelaki lain pun untuk masuk rumahnya – baik lelaki lain mahramnya atau bukan, kecuali dengan izin suaminya.” (Muttafaq ‘alaih)
Dan yang di atas itu lafaznya Imam Bukhari.
284. Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma dari Nabi s.a.w. sabdanya:
“Semua orang dari engkau sekalian itu adalah pemimpin dan semuanya saja akan ditanya perihal pimpinannya. Seorang amir – pemerintah – adalah pemimpin, orang lelaki juga pemimpin pada keluarga rumahnya, orang perempuan pun pemimpin pada rumah suaminya serta anaknya. Maka dari itu semua orang dari engkau sekalian itu adalah pemimpin dan semua saja akan ditanya perihal pimpinannya.” (Muttafaq ‘alaih)
285.Dari Abu Ali, iaitu Thalq bin Ali r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Jikalau seseorang lelaki mengajak isterinya untuk keperluannya – masuk ke tempat tidur – maka wajiblah isteri itu mendatangi – mengabulkan – kehendak suaminya itu, sekalipun di saat itu isteri tadi sedang ada di dapur.”
Diriwayatkan oleh Imam-Imam Tirmidzi dan an-Nasa’i dan Tirmidzi berkata bahawa ini adalah Hadis hasan.
286. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: “Andaikata saya boleh menyuruh seseorang untuk bersujud kepada orang lain, nescayalah saya akan menyuruh isteri supaya bersujud kepada suaminya.”
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.
286. Dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Mana saja wanita yang meninggal dunia sedang suaminya rela padanya – tidak sedang mengkal padanya, maka wanita itu akan masuk syurga.”
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
287. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:
“Saya tidak meninggalkan sesuatu fitnah sepeninggalku nanti yang fitnah itu Iebih besar bahayanya untuk dihadapi oleh kaum lelaki, Iebih hebat dari fitnah yang ditimbulkan oleh kerana persoalan orang-orang perempuan.” (Muttafaq ‘alaih)
288. Dari Mu’az bin Jabal r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Tidaklah seseorang isteri itu menyakiti pada suaminya di dunia – baik hati atau badannya, melainkan isterinya yang dari bidadari yang membelalak matanya itu berkata: “Janganlah engkau menyakiti ia, semoga engkau mendapat siksa Allah. Hanyasanya ia di dunia itu adalah sebagai tamu bagimu, yang hampir sekali akan berpisah denganmu untuk menemui kita.”
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.