KALIMAT HAQQ DIJADIKAN SELIMUT KEPALSUAN (part 1)
Oleh : H Derajat
Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita
Sebuah fenomena akhir zaman yang penuh fitnah, tipuan dan kepalsuan, menuntut kita semua untuk istiqamah dan selalu dekat dengan Allah SWT melalui akhlaq al-karimah.
Waspadalah, kita sedang diadu dombakan dengan slogan dan gerakan yang seolah kebenaran .
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, sebuah ungkapan atsar sahabat yang begitu masyhur berbunyi:
كَلِمَةُ حَقٍّ يُرَادُ بِهَا بَاطِلٌ
Kalimatu haqqin yurâdu bihâ bâthilun
“Kalimat haqq (benar) dimaksudkan untuk kebatilan”
adalah sebuah ungkapan yang dikemukakan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallâhu wajhahu. Bagaimana sebab munculnya ungkapan –yang sangat relevan dengan kondisi saat ini– itu? Mari kita simak asbâbul wurûd (sebab-sebab munculnya atsar) tersebut dalam link : disini
Ungkapan Sayyidina Ali yang penuh hikmah tersebut terjadi ketika golongan Khawarij mengkafirkan siapapun yang berbeda pendapat dengan mereka termasuk Sayyidina Ali sendiri. Hal ini terjadi karena Sayyidina Ali menerima arbitrase dan menghentikan perang dengan tentara Muawiyah.
Di hadapan Sayyidina Ali mereka meneriakkan ayat al-Qur`an “Ini al-hukm illâ lillâh” (hukum/keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah),” karena mereka melihat Sayyidina Ali memisahkan keputusan politik dari teks-teks agama. Teriakan mereka itu adalah penggalan dari Surat Yusuf [12] ayat 40, yang lengkapnya berbunyi:
۞مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلَّآ اَسْمَاۤءً سَمَّيْتُمُوْهَآ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ مَّآ اَنْزَلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍۗ اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗاَمَرَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
Mâ ta‘budûna min dûnihî illâ asmâ’an sammaitumûhâ antum wa âbâ’ukum mâ anzalallâhu bihâ min sulthân, inil-ḫukmu illâ lillâh, amara allâ ta‘budû illâ iyyâh, dzâlikad-dînul-qayyimu wa lâkinna aktsaran-nâsi lâ ya‘lamûn
“Apa yang kamu sembah selain Dia hanyalah nama-nama (berhala) yang kamu dan nenek moyangmu buat sendiri. Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun yang pasti tentang hal (nama-nama) itu. Ketetapan (yang pasti benar) itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Mereka menganggap Muawiyah dan bala tentaranya sebagai pemberontak yang harus diperangi berdasarkan teks al-Qur`an, tetapi Sayyidina Ali tak sepakat dengan itu dan menerima arbitrase yang dilakukan Amru ibn al-Ash dan Abu Musa al-Asy’ari.
Ini menunjukkan, menurut mereka, Sayyidina Ali tidak mengikuti hukum Allah yang termaktub di dalam al-Qur`an, dan orang yang tidak mengikuti hukum Allah adalah kafir yang harus diperangi! Tetapi yang sangat mengherankan, sebagian besar orang yang memerangi Sayyidina Ali itu adalah para penghafal al-Qur`an.
Jika kita perluas kalimat yang sarat hikmah tersebut yang tidak hanya terbatas pada ucapan sebuah kalimat tapi juga perbuatan atau prilaku, maka akan kita dapatkan bahwa betapa perbuatan-perbuatan baik itu hanya sebuah ‘tipuan’ untuk merekayasa rencana-rencana batil. Bahasa gamblangnya, munafik. Bersambung…..