Adab Makan Wali Allah

Share posting

Artikel Eksklusif

Oleh : Dr. ,Supardi, S.H., MH

Als. Rd Mahmud Sirnadirasa

Seorang Wali Allah yang juga Guru Mursyid dari Habib Luthfi yaitu Sayyidi Syekh Muhammad Abdul Malik setiap kali beliau makan selalu berpakaian rapi seperti hendak bepergian ketika Habib Luthfi bertanya kepada gurunya tersebut kenapa harus sedemikian rapinya ketika hendak makan maka Sang Guru menjawab bahwa beliau melakukan itu karena menghormati Sang Pemberi Rizki yaitu Allah ta’ala.

Sebagaimana diutarakan oleh Habib Luthfi dalam ceramahnya sbb :

Sedemikian disiplinnya Sang Mursyid dalam melakukan adab Makan yang diajarkan kepada murid2nya.

Ternyata dalam do’a makan umat Islam diajarkan untuk mendoakan siapapun yang mengadakan makanan (contohnya nasi/beras) dari hulu hingga hilir. Kita mendoakan petani yang menanam padi, kita mendoakan penjual pupuk, kita mendoakan yang membajak sawah, kita mendoakan tukang heuler padi, kita mendoakan sopir truk yang membawa beras kehadapan kita dst, namun hal itu tidak pernah kita sadari padahal kita berdoa :

Allahumma bariklana fimaa rozaktana waqina adzabannar

Dalam doa itu kita mendoakan agar mendapat berkah kepada semua orang yang tersangkut sehingga terjadi adanya nasi dihadapan kita. Demikian makna bariklana dalam doa tersebut.

Teringat pula akan adab Rasulullah SAW yang tidak pernah mencela makanan sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sama sekali. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji makanan-makanan. Terdapat suatu riwayat ; Beliau bertanya kepada keluarganya tentang lauk yang tersedia. Keluarga beliau menjawab:

مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ وَيَقُولُ

“Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali cuka,” maka beliau meminta untuk disediakan dan mulai menyantapnya. Lantas berkata:

نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ

“Sebaik-baik lauk adalah cuka. Sebaik-baik lauk adalah cuka“. [HR Muslim].

Pujian sebagaimana hadits di atas bisa bermakna pujian kepada obyek makanan, dan juga bisa ditujukan untuk menghibur keluarga. Tetapi, tidak berarti pengutamaan cuka di atas segala makanan.

Begitulah sekelumit kisah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan dengan makanan, yang menjadi kebutuhan penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Beliau tidak mencela dan selalu bersikap qanâ’ah (menerima) dengan apa yang tersedia.

Adab makan yang lain adalah kita tidak mensegerakan minum setelah makan, kita harus menunggu 30 menit atau satu jam setelah makan baru kemudian kita minum, selain dari sunah Rasulullah kebiasaan seperti itu sangat baik bagi kesehatan.

Demikianlah info singkat tentang sunah Rasulullah dalam adab makan. Semoga bermanfaat.

Wallahu ‘alam.


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *