Shalat Khusyuk
Artikel Eksklusif
Oleh : Dr., Supardi, S.H., MH
Als. Rd Mahmud Sirnadirasa
Saudaraku yang semoga Allah mencintai kalian semua karena ketakwaan serta iman Islam yang baik. Betapa sulitnya kita sebagai Muslim melaksanakan Shalat dengan Khusyuk dikarenakan urusan keduniaan yang terus melekat dan terbawa di dalam shalat kita, namun demikian Allah ta’ala menuntut kita untuk mendirikan Shalat dengan Khusyuk sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙالَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلٰو تِهِمْ خَاشِعُوْنَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (Q.S Al-Mu’minuun: 1-2).
Khusyu’ memiliki kedudukan yang sangat besar. Ia sangat cepat hilangnya, dan jarang sekali didapatkan. Terlebih lagi pada jaman kita sekarang ini. Tidak bisa menggapai khusyu’ dalam shalat merupakan musibah dan penyakit yang paling besar. Rasulullah juga merasa perlu berlindung darinya, sebagaimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ
Ya, Allah. Aku berlindung kepadaMu dari hati yang tidak khusyu’. [HR Tirmidzi]
Dan tidaklah penyimpangan moral menimpa sebagian kaum Muslimin, kecuali karena shalat mereka bagaikan bangkai tanpa ruh, dan sebatas gerakan belaka. Ath Thabrani dan selainnya meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَوَّل مَا يُرْفَعُ مِن هَذِهِ الأُمَّةِ الْخُشُوعُ حَتَّى َلَا تَرَى فِيهَا رَجُلًا خَاشِعًا
Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah khusyu’, sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyu’.
Sahabat Hudzaifah Radhiyallahu anhu berkata : “Yang pertama kali hilang dari agama kalian adalah khusyu’, dan yang terakhir kali hilang dari agama kalian adalah shalat. Kadang-kadang seseorang yang shalat tidak ada kebaikannya, dan hampir-hampir engkau masuk masjid tanpa menjumpai di dalamnya seorang pun yang khusyu’”.
Shalat adalah penenang seorang muslim dan hiburannya, puncak tujuan dan cita-citanya. Rasulullah berkata kepada Bilal: “Tenangkan kami dengan shalat”. Beliau bersabda:
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
Dan dijadikan penyejuk hatiku dalam shalat. [HR Nasaa-i dan Ahmad]
Shalat menjadi penyejuk hati, kenikmatan jiwa dan surga hati bagi seorang muslim di dunia. Seolah-olah ia senantiasa berada di dalam penjara dan kesempitan, sampai akhirnya masuk ke dalam shalat, sehingga baru bisa beristirahat dari beban dunia dengan shalat. Dia meninggalkan dunia dan kesenangannya di depan pintu masjid, dia meninggalkan di sana harta dunia dan kesibukannya untuk membuka lembaran yang dia sebutkan di dalam hatinya. Masuk masjid dengan hati yang penuh rasa takut karena mengagungkan Allah mengharapkan pahalaNya.
Sedemikian besarnya perhatian Rasulullah SAW kepada umatnya agar memperhatikan kekhusyukan dalam peribadatan utamanya shalat. Namun bagaimanakah shalat yang khusyuk itu ? Marilah kita dengarkan petunjuk Syaikhona Habib Luthfi bin Yahya berikut ini :
Maulana Habib menerangkan bahwa kita mungkin sulit melaksanakan kekhusyukan dalam sepanjang melaksanakan Shalat 5 waktu namun beliau memberikan petunjuk bahwa khusyuklah ketika :
- Takbiratul Ihram ketika mengangkat tangan berniat dengan keyakinan bahwa Allah ta’ala memperhatikan pelaksanaan Shalat kita.
- Ketika membaca Surat Al Fatiha, namun bila tidak mampu khusyuk dalam seluruh pembacaan fatiha maka cukuplah khusyuk ketika mengucapkan Iyyakana budu wa iyyaka nastain
- Ketika Tasyahud mengucapkan dua kalimah syahadat.
Hendaklah setiap muslim menghindari khusyuknya orang munafik. Sebagaimana kata Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata mengenai khusyuknya orang munafik adalah,
أَنْ تَرَى الجَسَدَ خَاشِعاً وَالقَلْبُ لَيْسَ بِخَاشِعٍ
“Jasad terlihat khusyuk, tetapi hati tidaklah khusyuk.” (Madarij As-Salikin, hlm. 521)
Demikianlah petunjuk guru kita bersama semoga Allah ta’ala memberikan kekhusyukan kepada kita sehingga makrifat kita kepadaNya tercapai. Aamiin.