Dinamika Warga Desa Mekarjaya Di Tengah Covid-19, Enjoy Saja Meski Penurunan Harga Drastis Dalam Pendapatan Mata Pencahariannya
Oleh : Abah Litbang dan Hidir Hidayat, S.Pd.

Garut – Dampak wabah Covid-19 ternyata tidak berpengaruh signifikan dan tidak terlalu keras akibatnya dalam menggerus kehidupan dan mata pencaharian masyarakat Desa Mekarjaya.
Hal tersebut diutarakan oleh Kepala Desa Mekarjaya H.Asep Setiawan atau yang akrab disapa Asep Rebit, Rabu (8/4).
“Dampak yang dirasakan tidak begitu keras justru enjoy-enjoy saja, karena masyarakat di Desa Mekarjaya kebanyakan petani dan beternak yang biasa hidup di sawah dan kebun dari pagi sampai sore, paling peralihan penanaman yang tadinya sayuran jadi ke palawija,memang ada sedikit efek yang dirasakan tapi mereka kelihatan enjoy saja,” ujar Asep.
Asep menuturkan, bahwa petani adalah sebagai ujung tombak dan pejuang pangan yang kalau dilihat dari segi penghasilan ada harian, mingguan dan bulanan ada juga musiman. Sedangkan ternak untuk masyarakat desa Mekarjaya adalah penghasilan sampingan dan tambahan.
“kita berikan trik dan stategi contohnya dengan mengarahkan dan memberi saran ke petani dalam pola kebiasaan tanam dan kebiasaan dalam pengaturan tempo panen. “Contohnya menanam padi anggaplah yang tadinya upahnya pas-pasan bisa gacong(ikut serta jadi upah harian) kepada yang punya lahan sambil menunggu panen padinya,dengan ikut panen kepada yang punya lahan jenis sayuran yang lain sehingga mereka mendapatkan penghasilan dan mencukupi hidupnya,”ujar Asep.
“Kita mengarahkan yang tadinya sayuran ke palawija,”tambah Asep. Asep juga memberikan pemahaman ke warganya mengenai perubahan kebiasaan dalam pola penanaman dan panen.
“istilahnya kalau penghasilan mingguan misal seledri yang panen kesatu ke panen kedua nunggunya tidak terlalu lama waktunya,ada juga surawung dan kangkung juga bisa perdua minggu.Sedangkan untuk sosin ,bayam bisa bulanan,ada pertiga bulan tomat tapi penghasilannya kan bisa mingguan,”kata Asep.
Untuk peternakan sendiri kebanyakan kandang-kandang peternak di Desa Mekarjaya kebanyakan jenis domba Garut sedangkan di satu sisi kalau dari ketangkasan kurang memuaskan bisa larinya ke pedaging.
“Ada satu kelompok yang melahirkan inovasi Posyandu Domba Desa Mekarjaya yang mungkin tidak terfikirkan oleh daerah lain, ” ungkapnya.
Untuk peternakan sendiri kata dia, kebanyakan kandang-kandang peternak di Desa Mekarjaya kebanyakan jenis domba Garut sedangkan di satu sisi kalau dari ketangkasan kurang memuaskan bisa larinya ke pedaging.
Asep berharap wabah corona tidak berkepanjangan dan mudah-mudahan varietas sayuran yang dikirim dari Desa Mejarjaya ke daerah dalam dan luar putolau jawa bisa terus berlangsung dan bertahan untuk mencukupi pasokan dan ketersediaan pangan.

Sedangkan keterangan dan pandangan berbeda disampaikan oleh Bah Ayi sebagai petani yang lama bergelut di bidang pertanian, terutama dalam harga penjualan pasca panen,untuk jenis-jenis sayuran di tingkat petani ke gudang langsung di Cikendal misalkan cabe hijau dari Rp 7 ribu turun jadi Rp 2500,-,jagung Rp.3800 jadi Rp.2000/kilo dalam kondisi basah.Harganya merosot semua.
Bah Ayi berharap supaya pemerintah bisa lebih cepat dalam penanggulangan wabah corona sehingga membuat dia dan masyarakat bisa lebih enjoy dalam menjalankan aktifitas keseharian dan juga ibadah.