Ua Ganda Ketua Himpunan Nelayan Jati Gede Ajak Anggota HNJG Kerjasama Dan Bersaing Secara Sehat
Oleh : Abah Cecep, Litbang GrahaBigNews

Sumedang – Kamis (23/07) Keberadaan Waduk Jati Gede atau Bendungan Jati Gede, sudah bergaung ke mana-mana, dan sudah menjadi destinasi pariwisata di Kabupaten Sumedang dengan bentangan luas danau lebih dari 4.000 Ha. Sungguh merupakan tempat yang pantastis dan eksotis dengan dukungan pemandangan yang asri.
GrahaBigNews merasa penasaran ingin tahu sejauhmana kondisi nelayan setempat, tanpa disengaja bertanya pada salah satu pengrajin perahu Tongkang yang kerap dipakai nelayan setempat untuk melakukan aktiitasnya menjaring ikan di Situ Gede.

Nama nelayan tersebut adalah Ganda kerap disapa Ua sapaan khas bagi orang Sumedang guna mempererat tali silaturrahmi. Ua Ganda merupakan Ketua Himpunan Nelayan Jati Gede (HNJG) yang mengaku semenjak Waduk Jati Gede tergenang, dia sufdah menjadi Ketua HNJG
“ Alhamdulillah anggota nelayan yang bergabung di HNJTG kurang lebih ada 400 orang, dan yang ktif sekerang kurang lebih 100 orang, karena mereka sibuk berkebun dan panen padi”, ungkap Ua Ganda.
Kemana para nelayan menjual ikan hasil tangkapan atau menjaring? Ua menjelaskn, dirinya bersama para anggota menjual ikan, terlebih dahulu menampung dulu hasil tangkapan dan ditetapkan dengan harga pasar yang sangat pantastis, dan prinsif kami yang penting saling menguntungkan serta tetap menjalin silaturrahmi.

Ketika disinggung GrahaBigNews, bahwa Ua Ganda juga seklain nelayan juga punya bisnis lain yaitu menjual perahu Tongkang. Dirinya membenarkan, dan menjelaskan bahwa harga perahu tongkang yang dijualnya relative dengan patokan harga kisaran 4,5 juta sampai 8 juta rupiah lebih, bergantung pesanan.
“Karena ini untuk keperluan bersama para nelayan, kadang-kadang mereka kasih uang muka dulu setengahnya, sisanya di cicil. Muski demikian, tetap saya buatkan pesanan mereka”, ujar Ua Ganda.

Ua Ganda menjelaskan, bahwa hasil tangkapan dari para nelayan di lemparnya ke pasar atau ke Bandar-bandar, dan para pendatang yang sengaja datang ke lokasi.
Menurut Ua, bahwa di Waduk Jadi Gede ini dominannya adlah ikan nila daan lobster. Ikan nilai di waduk Jati Gede ikannya besar-besar mencapai sekitar 3,5 Kg/ekornya,sedangkan paling kecil bobotnya sekitar 500 gram.

Masih di tempat yang sama di pesisir Waduk Jatii Gede di kawasan Kp. Cibungir Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang, yaitu Dede Ardiansyah (38 th), mengatakan bahwa, dengan adanya Himpunan Nelayan Jati Gede (HNJG) dia dan rekan-rekan lainnya sangat terbantu, karena dengan member dulu uang muka setengahnya bisa memiliki perahu dan mengais rezeki di waduk tersebut.

Dede mengaku, hasil tangkapan jika dihitung per-hari, sekitar Rp. 60.000, sampai Rp. 75.000/hari (enam puluh ribu rupiah sampai tujuh puluh lima ribu rupiah/hari). Semua itu kami syukuri atas rizki yang trlah Allah berikan, karena semua sudah di atur oleh Yang Maha Kuasa.
Ketika disinggung kebenaraannya, bahwa Dede pernah menghubungi salah satu pejabat di Kabupaten Sumedang terkait permasalahan jarring terapung. Dede membenarkan hal tersebut, pihaknya telah melakukan komunikasi via Whats App pada Kadis Perikanan, tapi belum di temuinya, karena Dede sedikitnya mengetahui hak dan kewenangan pengelolaan Waduk Jati Gede ada di Balai Besar Cimanuk-Cisanggarung.

“Jika aturan yang diberlakukan pada kami para nelayan biasa ini diterapkan, hal itu bisa jelas, dan kami tidak akan merasa ketakutan jika membuat kolam jarring apung jika kami diperkenankan bertemu langsung dengan Kadis Perikanan Sumedang”, tandas Dede mengakhiri penelasannya.











