Meski Omzet Penjualan Sepatu Asela Garut Turun Drastis, Pelanggan Setia Masih Terjaga

Share posting

Oleh : Wishnoe Ida Noor

 

Pemilik Toko Sepatu Asela, Lela menjelaskan penurunan omset penjualan sepatu di masa pandemic Covid-19 di tokonya yang berada di Kampung Cisanca Kaler, Desa Mekarwangi, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Selasa (26/1/2021). (Foto : Ihsan Tadris/ Diskominfo Garut-grahabignews.com)

Garut – Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang signifikan di berbagai sektor, salah satunya sektor perekonomian. Pengusaha sepatu asal Desa Mekarwangi, Kecamatan Tarogong Kaler, menjadi salah seorang yang merasakan dampak dari masa pandemi dengan penurunan omzet penjualan sepatu yang cukup drastis.

Lela (44) seorang pengusaha sepatu bermerek Asela ini telah merintis usahanya sejak tahun 2011 silam.

Adapun jenis dari sepatu yang dijual adalah sepatu bola, sepatu kets, sepatu pantofel  dan jenis sepatu lainnya. Nama merek Asela ini diambil dari singkatan nama pemiliknya yaitu Asep dan Lela. Awal pembuatan sepatu Asela ini, dengan membeli bahan-bahan seperti sol, alas sepatu dan bahan lainnya lalu dirangkai menjadi sepatu.

“Awal pembuatannya dari beli ini sol, terus bahan kayak gini (alas sepatu) dan ini dibeli terus dibikin,” ujar Lela saat, di tokonya yang berada di Kampung Cisanca Kaler, Desa Mekarwangi, Kecamatan Tarogong Kaler, Selasa (26/1/2021).

Motivasi Lela dalam mendirikan toko sepatu ini adalah karena banyak pengangguran di tempat ia tinggal, sehingga hatinya tergerak untuk menciptakan sebuah lapangan pekerjaan agar warga sekitar bisa mempunyai mata pencaharian. “Pertama mah lihat itu pengangguran banyak yah di kampung gitu jadi kita bikin usaha buat mereka biar nggak banyak kelentengan begitu biar ada pencaharian  gitu,” ucap Lela.

Pada awalnya, Lela memiliki pekerja sebanyak 40 orang. Namun, akibat dampak dari pandemi Covid-19 yang melanda maka pekerja berkurang menjadi 12 orang. “Kalau dulu mah ada 40 sekarang mah cuman ada 12, banyak yang keluar ya karena gak bikin. 12 orang itu juga ada yang kerja ada yang tidak,” ungkap Lela.

Tak hanya pekerja yang berkurang, lanjut ia, penjualan sepatu pun terjadi penurunan sampai 80 %. “70-80% lah berkurang ada, sangat berkurang karena dulu mah bisa order kemana-mana sekarang mah cuma di toko aja,” lanjutnya.

Daya beli pelanggan pun turun drastis dari yang biasanya dalam seminggu terjual 40 sampai 50 kodi sekarang hanya bisa terjual 11 sampai 8 kodi. “Dulu mah seminggu teh dapat 40 sampai 50 kodi sekarang mah seminggu cuman 11 sampai 8 kodi,” kata Lela.

Lela berharap agar kondisi cepat normal kembali sehingga omzet dari penjualannya bisa naik kembali. “Harapannya pengen normal kayak biasa, kalau sekolah maju ya pasti jalan lagi (usahanya), kan sekarang nggak sekolah (ditutup) jadi ya sudah (penjualan sulit)”pungkasnya.

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *