Di Bulan Suci Ramadhan, Pengolah Gula Aren Tetap Bertahan

Oleh: Masrian, S.Pd.I

Garut – Gula aren atau di sebut gula merah, begitu familier di Bulan Suci Ramadhan, karena merupakan salah satu bahan utama pemanis untuk kolak. Gula aren merupakan hasil olahan dari nira pohon enau atau pohon kawung yang diolah menjadi gula aren/gula merah.

Kali ini, Rabu (14/04) GrahaBigNews bersama Pajar selaku Babinsa Desa Kadongdong kembali mengunjungi salah satu pengolah gula aren, bernama Mumuh asal Kp. Segleng RT 02 RW 05 Desa Kadongdong Kecamatan Banjarwangi.

Sambil menghangatkan badan di depan tungku pengolah aren, Mumuh menuturkan, bahwa dirinya mengolah 8 batang pohon enau yang setiap pagi dan sore diambil niranya (disadap) dari tandan pohon enau.

“Setiap pagi dan sore, mengambil air nira melalui tandan pohon enau melalui bambu yang di gantungkan pada tandan pohon enau, setelah melalui beberapa proses pemeliharaan tandannya,” jelasnya.

Lanjut Mang Mumuh, dari 8 tandan setelah di olah niranya, menghasilkan 5 bungkus gula aren/50 biji setara dengan 5 kg. “Disini jarang yang timbang, tapi berdasarkan bungkus, di mana setiap bungkus berisi 10 buah aren,” imbuh dia.

Sementara cara membuah gula aren, yaitu air nira di saring dan dimasak dengan tungku sampai mengental dan berwarna coklat, kemudian di cetak menggunakan bambu, lalu di tiriskan. “Itulah kenapa gula aren umumnya berbentuk bulat, karena di cetak menggunakan bambu,” jelas Mang Mumuh.

“Harga jual satu bungkus gula aren antara 13 rb sampai 15 rb. Alhamdullilah di bulan Suci Ramadhan ini, saya masih tetap bisa bekerja mengolah gula aren disamping mengolah pertanian lainnya, seperti budidaya padi sawah dan berkebun,” akunya.

Harapannya, semoga harga gula aren tetap stabil sesuai dengan operasional pengadaan kayu bakar, supaya mendapatkan keuntungan dari pembuatan gula aren.

Bingung Ingin Kuliah yang Berkualitas? Klik aja Link di bawah ini !!!

http://pmb.fteknikuniga.ac.id