Cara Memandang Dosa Besar Dan Dosa Kecil ?

Share posting

Artikel Eksklusif

Oleh : Fitri Laela Derajat

Atas ijin suami saya H Derajat, ingin rasanya saya menyampaikan sebuah kisah hikmah yang saya ambil dari sebuah kitab sebagaimana perintahNya sampaikanlah kebaikan walau hanya satu ayat.

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ﴿فصلت : ۳۳﴾

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”

Ku mulai kisah ini dengan kalimah terbaik di dunia.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dikisahkan bahwa Abu Nawas kedatangan tamu. Orang pertama bertanya kepadanya, “Manakah yang lebih utama mengerjakan dosa besar atau dosa kecil ?”

“Jelas mengerjakan dosa-dosa kecil lebih utama,”  jawab Abu Nawas.

“Apa argumentasinya,” kata si penanya.

“Tuhan lebih mudah mengampuni,” kata Abu Nawas.

Jawaban tersebut membuat si penanya merasa puas.

Kemudian orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama. “Manakah yang lebih utama, mengerjakan dosa besar atau dosa kecil?”

Abu Nawas kemudian menjawab, ”Orang yang tidak mengerjakan keduanya.”

“Apa alasannya?” katanya.

“Dengan tidak mengerjakan keduanya, maka tidak memerlukan lagi pengampunan dari Tuhan,” jawab Abu Nawas.

Jawaban itu membuat si penanya juga merasa puas.

Dan giliran orang ketiga bertanya dengan pertanyaan yang sama. “Manakah yang lebih utama, mengerjakan dosa besar atau dosa kecil?”

“Orang yang mengerjakan dosa besar,” jawab Abu Nawas

Jawaban tersebut membuat si penanya ketiga kaget. “Apa dalilnya ?” katanya.

“Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba tersebut,” jawab Abu Nawas singkat.

Orang ketiga pun menerima argumentasi Abu Nawas dengan senang. Ketiganya pulang dengan rasa puas.

Kemudian ada salah satu murid yang kurang mengerti dan kemudian berkata kepada Abu Nawas, “Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?”

“Manusia dibagi tiga tingkatan”, kata abu nawas. “Tingkatan pertama adalah tingkatan mata, selanjutnya tingkatan otak dan terakhir tingkatan hati.”

“Apakah tingkatan mata itu?” tanya si murid

“Seperti anak kecil yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata,” jawab Abu Nawas dengan memberikan pengandaian.

“Sedangkan tingkatan otak itu?” tanya si murid

“Orang pandai yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan,” jawab Abu Nawas.

“Lalu untuk tingkatan hati itu?” tanya murid Abu Nawas.

“Untuk tingkatan hati seperti orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. la mengatakan bahwa bintang itu kecil. sedangkan dirinya tahu bahwa bintang itu besar. Sebab orang yang mengerti, tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan Maha Besarnya Allah,” katanya.

Semoga Allah merahmati kita dengan pengetahuan yang membawa kita kepada kedekatan kepadaNya. Aamiin.

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *