Pupuk Organik Cair Phonska Oca Bersubsidi Disambut Baik Abah Ayi Sadili Petani Buhun Tak Alergi Perkembangan Teknologi

Share posting

Liputan Khusus

Oleh : Wishnoe Ida Noor & Abah Cecep

Pupuk Organik Cair Phonska Oca Bersubsidi Disambut Baik Abah Ayi Sadili Petani Buhun Tak Alergi Perkembangan Teknologi (foto oleh Wishnoe Ida Noor-grahabignews.com)

Garut – Abah Ayi Sadili dari Kelompok Tani Jayamekar Desa Mekarjaya Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut, memberikan tanggapannya usai mengikuti kegiatan Teknologi Penyemprotan Pupuk Organik Cair Phonska Oca Dengan Drone Pertanian Bersama Petani Di Kab. Garut di Desa Rancabango Kecamatan Tarogong Kidul, Selasa (30/11/2021).

Abah Ayi, menyambut baik upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Garut melalui Dinas Pertanian bersama PT Pupuk Indonesia (Persero), semoga saja pupuk bersubsidi Pupuk Organik Cair Phonska Oca ini hasil pertanian kami bisa lebih meningkat lagi.

Profile PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Pupuk Organik Cair Phonska Oca dan NPK Phonska (foto oleh Abah Cecep-grahabignews.com)

Karena menurut Abah Ayi, bahwa dulu sebelum Pupuk Organik Cair Phonska Oca disubsidi  dirinya sudah mengapliksikannya dengan harga Rp. 90.000. Meski harganya waktu itu belum bersubsidi, tapi Alhamdulillah hasil pertaniannya mendapatkan hasil yang signifikan.

Biasanya dengan luas lahan dari 100 tumbak mendapatkan hasil panen 8 kwintal, namun setelah menggunakan Pupuk Organik Cair Phonska Oca dari toko bisa panen 1 ton 200 tadinya 8 kwintal.

Sekarang dengan disubsidi oleh Pemerintah, dan harganya terjangkau sekitar Rp. 20.000, mudah-mudahan petani lain bisa menggunakan pupuk Organik Cair Phonska Oca, selain sudah disubsidi, harganya terjangkau juga bisa meningkatkan produktifitas pangan yang bagus.

Abah berharap pada Pemerintah, agar harga untuk memberantas hama pertanian yaitu hama Blas bisa diatasi, karena hama tersebut memang kerap menjadi gangguan di dalam meningkatkan produksi pertanian sementara harganya masih tinggi.

Diusia sekarang ini, Abah sekarang merupakan petani kolonial, tapi Abah masih berjuang membimbing dan membina kaum petani milenial untuk menjadi petani militan yang cinta akan lingkungan dan pengembangan pertanian guna mempertahankan kelanggengan pangan.

“Abah berharap kepada petani milenial, jangan takut mendapat gelar sebagai profesi petani, karena petani itu makhluk yang paling mulia dalam penyedia pangan untuk kebutuhan hajat hidup manusia dan makhluk-makhluk lainnya, karena diakui atau tidak, bahwa 90% bahan baku pangan dan lain-lain itu produk petani,” pungkasnya dengan memberikan bahasa pilosofi yang dalam.

 

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *