Allah Mengajari Tauhid Kepada Nabi Musa AS

Share posting

Petiklah hikmah dalam kisah ini

Artikel Eksklusif

Oleh : H Derajat


Ilustrasi-islamaktual.net

Setelah ditempa pelajaran sebulan penuh di dalam kita menjalankan ibadah puasa untuk melatih pengekangan hawa nafsu marilah kita kembali kepada Fitrah Manusia yaitu mentauhidkan Allah ta’ala sebagai satu-satunya Dzat Maha Penguasa Kehidupan kita. Tanpa Tauhid maka agama kita nyaris kosong tiada berarti.

Nabi Musa As. pernah mengeluhkan sakit perut kepada Allah SWT. Turunlah petunjuk untuk mengobatinya dengan tanaman rumput. Berkat izin Allah SWT, Nabi Musa As. sembuh setelah makan rumput tersebut.

Nabi Musa mengalami sakit serupa beberapa waktu setelahnya. Berkat pengalaman sebelumnya, ia langsung mengkonsumsi rumput itu kembali. Alih-alih sembuh, pemimpin Bani Israil ini makin parah sakitnya. Ia pun mengadu kepada Allah SWT.

“Ya Tuhan, dulu aku makan rumput itu Engkau memberikan manfaat atasnya. Namun saat aku memakannya lagi, penyakitku justru bertambah.”

Allah SWT menjawab, “Sesungguhnya engkau pada kali pertama pergi ke padang rumput dengan memohon kesembuhan kepadaku, sehingga kesembuhan tercapai di dalamnya. Sedangkan pada kali kedua engkau pergi ke padang rumput tanpa berharap kepadaKu, melainkan kau   berkeyakinan bahwa rumput itu bisa menyembuhkanmu, sehingga penyakitmu bertambah. Apakah engkau tidak tahu bahwa dunia ini seluruhnya adalah racun mematikan. Dan penawarnya adalah nama-Ku. Ketahuilah Musa, sesungguhnya yang menyembuhkan itu Aku melewati padang rumput tersebut, bukan kamu.”

Kisah ini sesuai dengan Firman Allah ta’ala sbb :

فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ

Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.

Akhirul kalam yakinlah bahwa keberhasilan usaha kita itu sesungguhnya karena keridloanNya lah yang menyertai usaha itu.

Ku akhiri dengan do’a :

Allohummarzuqna nurot tauhidi fala natawajjahu illa ilaika wa’shimna minas syirkil jaliyyi wal khofiyyi fala naltafitu ila man siwaka wahdina asna thoriqil ‘arifina wa balligna ma ballaghtahum minas sirril mashuni wa huwal ikhlashullazi ja’altahu safinatas shiddiqina allohummaj’alna mimman la yazalu waqifan baina yadaika mukhlishon fima naqulu wa na’malu ya robba ya man ya’lamu khoinatal ‘a’yuni wa ma tukhfis shuduru wa shollahu ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallama.

“Ya Allah, anugerahilah kami cahaya Tauhid yang menjadikan kami tidak mengarah kecuali kepada-Mu. Lindungilah kami dari kemusyrikan yang nyata maupun yang tersembunyi sehingga kami tidak menoleh kepada selain-Mu. Antarkanlah kami menuju jalan benderang yang ditempuh oleh mereka yang arif dan jadikanlah kami mampu mencapai pencapaian mereka dari rahasia kalbu yang terdalam yaitu keikhlasan, yang Engkau jadikan bahtera para shiddiqin meneju ke hadirat-Mu. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk kelompok yang selalu menghadap ke hadirat-Mu, tulus terhdap-Mu dalam ucapan dan perbuatan kami, wahai Tuhan yang Maha Mengetahui kerlingan  mata dan apa yang tersembunyi di dalam dada. Semoga Allah senantiasa memberi rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya serta para sahabatnya.”

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *