Jangan Merasa Paling Bersih

Share posting

Artikel Eksklusif

Oleh : H Derajat

Ilustrasi-wasatha.com

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Allahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad.

Wahai Saudaraku, wahai orang-orang yang dikasihi Allah diriwayatkan oleh malik dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah prasangka karena prasangka itu adalah cerita yang paling dusta, dan janganlah kamu saling memaki, saling mencari kesalahan, saling membanggakan, saling ber-iri, saling membenci dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR.At-Turmuzi)

Ada pula pepatah Jawa :

“Wong ambêk gumêdhe malah disorake, kosokbaline wong andhap asor: malah diluhurake, pêrlune apa dhêmên gumêdhe?”

(Orang yang tinggi hati akan direndahkan, sebaliknya orang yang rendah hati akan diluhurkan. Jadi apa manfaatnya menjadi orang yang sombong?)

Kisah ini menggambarkan seseorang yang alim bisa terhapus amalnya, karena mengusir orang yang ahli maksiat yang hadir di majlisnya.

Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, pengarang kitab Fathul Mu’in bercerita bahwa di zaman seorang Nabi terdahulu, ada seorang yang ahli maksiat yang amat durhaka dan tidak pernah beribadah. Satu hari timbul kesadaran dalam dirinya ingin bertaubat. Ia pun mendatangi majelisnya seorang alim guna mengambil manfaat darinya.

Namun, orang alim tadi merasa tidak suka bila si ahli maksiat tersebut ada di majelisnya. Ia pun mengusirnya, dan si ahli maksiat pergi dengan perasaan sedih. Tak lama setelah itu, turunlah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi di wilayah tersebut.

Jibril berkata; “Wahai Nabiyullah, sesungguhnya Allahﷻ telah mengampuni si ahli maksiat sekaligus menghapus semua amal si alim. Ketahuilah bahwa Allahﷻ lebih dekat kepada ahli maksiat yang rendah diri dibanding kepada orang alim yang sombong”.

Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu dan rendah hati, dan matikanlah aku dalam keadaan khusyu dan rendah hati, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyu dan rendah hati.

Sumber : Kitab Irsyadul Ibad hal. 461 karya Syeikh Zainuddin Al-Malibari.

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *