Tiada Ilmu Tanpa Penderitaan

Share posting

menuntut ilmu memerlukan pengorbanan, jika tanpa penderitaan dan kesulitan maka ilmu tidaklah mungkin kita peroleh

Oleh: H. Derajat

Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita

Ilustrasi-KapanLagi Plu

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm

Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Sahabatku yang sangat aku kasihi sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman,

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ

“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita” (QS. At-Taubah: 40)

Walaupun kita telah memahami firman Allah tersebut namun keluh kesah terutama bagi kita yang sedang menuntut ilmu tentulah sangat harus dimaklumi.

Sayyidina Umar bin Khattab r.a. telah mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda menyangkut keadaan para wali Allah Swt. di akhirat kelak.

لا يَخافونَ إذا خافَ النَّاسُ، ولا يَحزَنونَ إذا حزِنَ النَّاسُ

“Mereka tidak takut tatkala manusia lainnya merasa takut dan tidak sedih tatkala manusia lainnya bersedih.” (H.R. Abu Dawud)

Sahabatku, sesungguhnya perjuangan menghadapi rasa takut, rasa khawatir terhadap masalah keduniaan adalah bagian dari menuntut ilmu sampai kita mendapatkan predikat sebagai Wali Allah sebagaimana firman Allah :

أَلَاۤ إِنَّ أَوۡلِیَاۤءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡهِمۡ وَلَا هُمۡ یَحۡزَنُونَ

“Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” [Q.S. Yunus (10): 62]

Dalam menuntut ilmu tentulah akan banyak cobaan, penderitaan dan kesulitan hidup yang akan kita dapatkan sebagaimana hal tersebut adalah hijab ilmu yang telah kami terangkan dalam link berikut :

Tanpa Derita Engkau Tidak Mendapatkan Ilmu!

Sahabatku terkasih, dalam literatur bahasa Arab, “dunia” berasal dari kata “danâ – yadnû” yang artinya rendah. Meskipun rumusannya (wazn) tidak sepenuhnya tepat, namun dari huruf pembentuknya ia dapat disimpulkan dengan makna tersebut.

Dunia yang bermakna alam rendah sangat sepadan dengan karakteristiknya yang mengandung banyak problematika kehidupan para penghuninya. Namun, justru dalam problematika itu terdapat nilai-nilai yang menunjukkan ketinggian alam langit. Begitulah kiranya, maka segala penderitaan menjadi semacam “mata uang” untuk untuk “membeli” nilai-nilai langit tersebut.

Seorang Guru Sufi mengatakan, “Jika kau tidak mengalami kesulitan dan penderitaan, maka engkau tidak akan dapat memperoleh ilmu”. Nasehat ini sangat cocok bagi orang-orang yang menempuh jalan kepada Allah dan mencari Keridhaan-Nya.

Didunia ini, segala sesuatu yang hebat dan besar pasti di dapat dengan susah payah. Seorang wanita bisa mendapat gelar ibu dan dipanggil “Ibu” sepanjang hidupnya setelah dia melewati cobaan berat mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan anaknya. Pengorbanan yang begitu besar inilah yang membuat wanita mendapat panggilan mulia bahkan Nabi sendiri menasehati kita untuk mendahulukan panggilan Ibu dari pada yang lain.

Seorang pejuang mendapat gelar pahlawan juga harus melewati begitu banyak cobaan dan penderitaan, pertempuran yang melelahkan, pengorbanan yang diberikan bukan hanya harta benda, bahkan nyawa.

Dalam kehidupan sehari-hari, perjuangan yang berat untuk mendapatkan sesuatu yang besar atau yang lebih baik itu sudah bersifat alamiah, bukan hanya dialami oleh manusia tapi juga makhluk lain. Seekor ulat yang gemuk dan jelek ketika ingin menjadi kupu-kupu yang langsing dan cantik harus melewati proses berat, harus menjadi kepompong terlebih dulu, berpuasa dalam waktu tertentu dan kemudian ingin jadi kupu-kupu harus melewati ujian akhir yang berat yaitu melewati cangkang kepompongnya dengan susah payah. Andai kita bantu membuka cangkang kepompong tersebut, maka dia akan gagal menjadi kupu-kupu karena syarat menjadi seekor kupu-kupu yang cantik harus melewati celah sempit sehingga seluruh cairan dibadannya keluar dan jadilah dia seekor kupu-kupu yang indah dan disenangi orang.

Seorang yang menyatakan diri menjadi murid Guru, tentu harus melewati cobaan-cobaan sehingga dia bisa sampai kepada maqam tertentu. Cobaan tersebut baik diberikan langsung oleh Gurunya maupun berasal dari alam. Kadang kala orang dicoba dengan harta, Tuhan mengambil hartanya sehingga dia menjadi miskin. Bagi seorang yang benar-benar mencintai Tuhan, kemiskinan tidak menyurutkan kakinya untuk terus melangkah menggapai cinta-Nya.

Suatu hari, Guru Sufi yang mulia bertanya kepada murid-murid Beliau, “Sebenarnya apa yang dicari manusia sehingga dia mau melewati berbagai macam derita?” Semuanya diam dan tidak ada yang bisa menjawab. Kemudian Beliau melanjutkan, “Yang kita cari adalah Tilik Kasih Allah, itu yang paling berharga!”.

“Karenanya kalau kalian disini berniat ingin kaya dan keramat atau tujuan lain, maka kalian tidak akan bisa bertahan, niatnya harus karena Allah”.

Apabila kita membaca sejarah orang-orang berguru, pasti yang didapat adalah ujian dan cobaan yang didapat oleh murid untuk meninggikan derajatnya. Guru tidak pernah menginginkan murid-muridnya susah, setiap Guru pasti menginginkan muridnya bahagia, namun kebahagiaan itu diperoleh melalui proses atau tahapan yang dalam pandangan awam kita menyebutnya sebagai ‘Derita”. Padahal segala proses yang kita sebut derita tersebut tidak lain adalah wujud dari kasih sayang Tuhan kepada kita semua.

Kisah Sunan Kalijaga menjaga tongkat Guru Beliau selama berhari-hari dalam keadaan panas, dingin, lapar dan dahaga, juga kisah Syekh Abdul Qadir Jailani yang tidur dalam keadaan dingin di luar karena takut membangunkan Gurunya atau kisah-kisah Sufi lain yang kesemuanya menjadi contoh dan teladan bagi kita.

Nabi dan Para Sahabat Beliau mengalami tekanan secara fisik dan mental di awal perjuangan menegakkan Agama ini, mengalami berbagai macam derita dan kesemuanya menjadikan Nabi dan Para Sahabat menjadi kuat dan menjadi manusia-manusia yang mulia disisi Allah SWT.

Satu hal yang arus di ingat bahwa Tuhan memberikan cobaan dan derita dan Dia juga memberikan jalan keluar dari berbagai macam cobaan tersebut, diperlukan ketabahan dan kesabaran serta semangat yang tinggi agar bisa melewati semuanya sehingga sampai ke tempat yang lebih baik. Guru telah memberikan senjata ampuh kepada murid-muridnya yang merupakan warisan dari Nabi dan Para Wali berupa Kalimah Allah yang Maha Dahsyat yang bisa mengatasi segala persoalan hidup. Tinggal bagaimana kita murid-murid mau dengan tekun menggunakan senjata itu untuk menyelesaikan segala masalah hidup kita.

Salah satu bentuk godaan atau serangan setan kepada manusia adalah diciptakan rasa putus asa kepada kita, dengan putus asa tersebut kita akan berhenti melangkah bahkan mengambil jalan pintas yang membuat kita terlempar dari jalan Tuhan. Karenanya, apabila mengalami persoalan hidup, yakinlah dalam hati bahwa tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Teruslah bermunajat kepada Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim sampai Dia memberikan jalan keluar terbaik menurut Dia.

Semoga tulisan ini memberikan semangat kepada kita semua! Dan semoga Allah SWT memberkati para pejalan (salik) yang mendarma-bhaktikan jiwa raganya untuk ilmu dan nilai-nilai alam langit, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *