APTI Sumedang Jabar Demo Ke Pusat Tolak Kenaikan Cukai Tembakau Berdampak Polemik Pengusaha Dengan Petani

Share posting

Liputan Eksklusif

Oleh : Ghani & Abah Cecep

Kepengurusan APTI Sumedang, Otong S (Ketua), H. Didi (Bendahara) & H. Atam (Petani/ Bandar Tembakau) – foto oleh Ghani-grahabignews.com

 

Sumedang – Setelah sepekan lamanya, para Petani Tembakau dari berbagai daerah se- Indonesia, berbondong- bondong ke Jakarta. Mereka protes menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah Pusat, untuk menolak kenaikan cukai tembakau.

“Kami berdemo, seyogianya bukan tidak setuju dengan kenaikan cukai tembakau, yang disisi lain tentu demi peningkatan pendapatan devisa negara. Akan tetapi, Kami dari pihak Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) menanggapi, aspirasi yang disampaikan oleh para Petani. Mereka protes hanya karena masalah kenaikannya, berharap jangan dinaikkan sekaligus. Berdasarkan PMK No 152 tentang kenaikan cukai 23 %, tetapi aneh HJE nya dikisaran 35 %, tentu sangat berdampak terhadap keberlangsungan usaha para Petani tembakau.”

Hal itu disampaikan, H. Suryana S.Pd.,M.Pd, Ketua APTI Jawa Barat, bersama kepengurusan APTI Sumedang Otong Supendi selaku Ketua, yang didampingi bendaharanya H. Didi, ketika ditemui Grahabignews, dikantornya. Bertempat di komplek Pasar Tembakau Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, pada hari Selasa (18/02).

Sebut Suryana, harus ada keseimbangan antara kenaikan  cukai tembakau dengan memperhatikan kesejahteraan para Petani itu sendiri. Pemerintah hendaknya perlu mengkaji ulang, sejauh mana dan apa kontribusinya bagi mereka,” tandasnya.

Ia pun menghawatirkan, dengan kenaikan cukai kali ini, dapat menimbulkan polemik baru antara Pengusaha dengan para Petani. Bukan tidak mungkin kedepan Pengusaha tidak mau lagi membeli tembakau Kami. Disebabkan Perusahaan tersebut, dikejar dengan kenaikan cukai yang cukup tinggi, hingga sudah pasti endingnya akan ada penekanan kenaikan harga kepada para Petani. Padahal untuk mengantisipasinya, para Petani sangat tidak mungkin mengurangi untuk biaya produksi dan biaya tenaga kerjanya,” jelasnya.

Suryana berharap, sekali pun Pemerintah tidak ada solusi selain menaikkan cukai tembakau. Salah satu  upayanya, hanyalah dengan bantuan ketersediaan subsidi pupuk, yang menjadi tumpuan harapan Kami,” harapnya.

H. Suryana, Ketua APTI Jawa Barat (foto oleh Ghani-grahabignews.com)

Hal serupa diucapkan H. Atam, sebagai bandar tembakau sekaligus Ketua salah satu kelompok tani binaan di Kecamatan Tanjungsari. Menurutnya, budaya tanam tembakau Petani Sumedang, termasuk kategori tembakau krosok, mole dan sak (rajang kasar). Sekarang sudah mulai berkurang minat tanamnya, mungkin dikarenakan faktor lahan tanah Pertanian yang semakin menyusut seiring perkembangan jaman dan juga perubahan iklim cuaca yang tidak menentu. Yang tentunya hal tersebut berdampak pada penurunan produksi tembakau pada saat ini,” katanya.

Ironisnya, ditengah- tengah keterpurukan produksi, Kami pun harus siap mengantisipasi kenaikan cukai tembakau yang segnifikan. Sekiranya Pemerintah dapat mempertimbangkan kenaikannya dan bisa meninjau kembali dampak kedepannya bagi Kami. Dengan cepat tanggap menanggulangi pasilitas lahan dan subsidi Pupuk, agar produksi tembakau Kami bisa lebih baik lagi. Jangan cuma bisa mengeruk keuntungan dari cukainya saja,” ujarnya.

Berharap, ada kepedulian dan perhatian penuh dari Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah, untuk keberlangsungan hidup kami kedepannya. Karena dengan peningkatan produksi kami, tentu dapat turut serta membantu jalannya pembangunan NKRI tercinta, melalui cukai tembakau,” pungkasnya H. Atam.


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *