Ketika Tuhanmu Sakit , Ketika Tuhanmu Lapar, Ketika Tuhanmu Haus

Share posting

Oleh : H Derajat

 

mutiaraislam.net

Sahabatku terkasih, selalu tancapkan dalam iman kita ketika Allah berfirman :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ

“….Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat.” (Al-Baqarah: 186)

Kita tidak pernah memperdulikan ketika Tuhan lapar, ketika Dia haus dan ketika Dia sakit. Namun kita masih bisa mengatakan sebagai orang beriman. Aku ingin mengajak mu untuk berpikir sejenak tentang keadaan yang nyaris terlupakan, karena sedikitnya penceramah yang mengajak dan memberi tahu keadaan sebagaimana yang tercermin dari kisah di bawah ini.

Pada suatu hari, beberapa orang dari Bani Israil datang menemui Musa as dan berkata, “Wahai Musa, bukankah kau mampu berbicara dengan Tuhan? Tolong sampaikan pada-Nya, kami ingin mengundang-Nya makan malam”.

Musa marah luar biasa. Ia berkata bahwa Tuhan tidak perlu makan atau minum.

Ketika Musa datang ke Gunung Sinai untuk berbicara dengan Tuhan, Tuhan bersabda,

“Mengapa kau tidak menyampaikan kepada-Ku undangan makan malam dari hamba-Ku?” Musa menjawab, “Tapi Tuhanku, Engkau tidak makan. Engkau pasti tidak akan menerima undangan tolol seperti itu”. Tuhan berkata, “Simpan pengetahuanmu antara kau dan Aku. Katakan pada mereka, Aku akan datang memenuhi undangan itu.”

Turunlah Musa dari Gunung Sinai dan mengumumkan bahwa Tuhan akan datang untuk makan malam bersama Bani Israil. Tentu saja semua orang, termasuk Musa, menyiapkan jamuan yang amat mewah. Ketika mereka sedang sibuk memasak hidangan-hidangan terlezat dan mempersiapkan segalanya, seorang kakek tua muncul tanpa diduga.

Orang itu miskin dan kelaparan. Ia meminta sesuatu untuk dimakan. Para koki yang sibuk memasak menolaknya, “Tidak, tidak. Kami sedang menunggu Tuhan. Nanti ketika Tuhan datang, kita makan bersama-sama. Mengapa kamu tidak ikut membantu. Lebih baik kamu ikut mengambilkan air dari sumur!”

Mereka tidak memberi apa-apa untuk kakek malang itu. Waktu berlalu tetapi Tuhan ternyata tidak datang. Musa menjadi amat malu dan tidak tahu harus berkata apa kepada para pengikutnya.

Keesokan harinya, Musa pergi ke Gunung Sinai dan berkata, “Tuhan, apa yang Kau lakukan kepadaku?”.

“Aku berusaha meyakinkan setiap orang bahwa Kau ada. Kau katakan Kau akan datang ke jamuan kami, tapi Kau ternyata tak muncul. Sekarang tidak ada yang akan mempercayaiku lagi!”.

Tuhan menjawab, “Aku datang. Jika saja kau memberi makan kepada hamba-Ku yang miskin, kau telah memberi makan kepada-Ku”. Tuhan bersabda, “Aku, Yang tidak akan bisa dimasukkan ke seluruh semesta, namun bisa dimasukkan ke dalam hati hamba-Ku yang beriman”.

Ketika kita berkhidmat kepada hamba Tuhan, kita telah berkhidmat kepada-Nya. Ketika kita mengabdi kepada makhluk, sesungguhnya kita juga mengabdi kepada Sang Khalik.

Dalam sebuah hadis qudsi Allah swt berfirman, “Wahai anak Adam! Aku sakit mengapa engkau tidak menjenguk-Ku,”

Ia berkata: “Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam”.

Allah berfirman: “Engkau tahu bahwa seorang hamba-Ku sakit di dunia, akan tetapi engkau tidak menjenguknya, seandainya engkau menjenguknya sungguh engkau akan dapati Aku di sisinya.”

“Wahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu, mengapa engkau tidak memberi-Ku makan?”

Orang itu berkata: “Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan sedangkan engkau adalah Tuhan semesta alam?.”

Allah berfirman: “Engkau mengetahui ada dari hamba-Ku yang kelaparan dan engkau tidak memberinya makan, sekiranya engkau memberinya makan, niscaya engkau dapati Aku di sisinya.”

“Wahai anak Adam Aku meminta minum padamu sedang engkau enggan memberi-Ku minum”.

Ia berkata: “Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?”

Allah menjawab: “Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak memberinya, sekiranya engkau memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya.” (HR. Muslim)

Hadis ini mengandung pesan, bahwa kesalihan individu harus dibarengi dengan kesalihan sosial. Itulah kenapa Tuhan pun sakit, lapar dan haus.

Artinya, ketika kita ingin bertemu Tuhan kita, maka temuilah segera saudara kita yang tengah ditimpa kemalangan, berbaring sakit, dan kelaparan.


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *