Ketika Etika Wajah Rasulullah Ditampar Seorang Badui

Share posting

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

Artikel Eksklusf

Oleh : H Derajat


iilustrasi-an-najah.net

Bismillahirrohmanirrohim

Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa ala ali Sayyidina Muhammad.

Inilah kemuliaan akhlak seorang Rasul Allah.

Kisah Nabi yang mulia ketika anak dan cucunya mengalami kelaparan dan bagaimana beliau menjadi seorang penimba air pada seorang badui untuk mencari upah agar dapat dibelikan makanan untuk keluarganya tersebut.

Suatu ketika Nabi Muhammad Saw memasuki rumah Fatimah r.a. yang kemudian ketika Fatimah melihat ayahnya bertamu ke rumahnya, ia langsung mengadukan kelaparan yang dirasakannya  “Wahai Ayahanda,  semenjak tiga hari yang lalu kami belum menemukan makanan sedikit pun”.

Nabi yang mendengar aduan putri yang dicintainya ini langsung memperlihatkan perutnya yang diikat dengan batu (supaya tidak terasa lapar dan terlihat tidak kelaparan), “Wahai Fatimah, kalau kamu belum memakan apa pun selama tiga hari, apalagi ayahmu ini, belum makan apa pun selama empat hari.”

Setelah itu, Nabi Muhammad pergi dari rumah Fatimah dengan rasa khawatir kepada kedua cucunya Hasan dan Husein yang juga kelaparan.

Nabi Muhammad berjalan-jalan sendiri sampai keluar kota Madinah. Sesampainya Nabi di luar kota Madinah, Nabi melihat orang dusun (Badui) yang sedang sibuk menimba air dari sumurnya. Lalu Nabi berhenti di depan orang dusun tersebut yang ia tidak mengetahui jika laki-laki yang di hadapannya adalah Nabi.

“Wahai Orang Badawi, apakah kamu membutuhkan orang untuk dipekerjakan?” Tanya Nabi kepada orang Badawi tersebut.

“Ya, jika kamu mau”

“Pekerjaan apakah itu?”

“Menimba air dari sumur ini”

Lalu Nabi pun mengiyakan dan mengambil pekerjaan tersebut. Orang Badui pun langsung memberikan embernya kepada Nabi.

Ketika timbaan pertama, Nabi diberikan upah tiga buah kurma, Nabi pun langsung memakannya. Ketika sampai pada timbaan kesembilan, tali timba yang dipegang Nabi terputus dan akhirnya timba pun jatuh ke dalam sumur.

Orang Badawi tersebut melihat kejadian itu, ia langsung mendekati Nabi dengan marah kemudian menampar wajah Nabi  dan memberikan dua puluh empat kurma sebagai upah.

Setelah itu, Nabi langsung turun ke sumur untuk mengambil timba yang jatuh dan memberikannya kepada Orang Badawi dan kemudian pergi tanpa rasa marah sedikit pun.

Orang Badui pun tiba-tiba berfikir jika yang ditamparnya tadi adalah Nabi Muhammad. Karena khawatir celaka, ia mengambil pisau untuk memotong tangan kanannya yang ia gunakan untuk menampar Nabi. Orang Badui itu pun pingsan.

Selang beberapa waktu, sekelompok pelancong pun melewati sumurnya. Mereka kaget melihat orang Badui itu dengan kondisi tergeletak pingsan dengan tangan terpotong.

Sekelompok pelancong itu pun membangunkannya dan bertanya, “Wahai Orang Badui sebenarnya apa yang sedang menimpamu?”.

“Aku telah menampar wajah seseorang yang aku kira seseorang itu adalah Muhammad, sehingga aku khawatir akan ada musibah menimpaku maka aku potong tangan yang aku gunakan untuk menamparnya lalu aku pingsan.” Jawab orang Badui tersebut sembari tangan kirinya mengambil tangan kanan yang dipotongnya.

Orang Badui pun setelah merasa kuat untuk berjalan, ia langsung menuju ke Masjid di dalam kota Madinah dan berkata, “Wahai para sahabat Muhammad, dimanakah Muhammad sekarang?”

Abu Bakar, Umar, dan Ustman pun yang berada di dalam masjid segera keluar untuk melihat siapa yang mencari Nabi.

“Kenapa kau mencari Nabi?” Tanya mereka kepada orang Badui itu.

“Aku ada urusan dengannya.” Jawab orang Badui.

Kemudian Salman yang juga ada di dalam masjid mendengar ada yang ingin bertemu Nabi, ia akhirnya keluar dan mau mengantarkan orang Badui itu ke rumah Fatimah.

Sesampainya di rumah Fatimah, orang Badui itu langsung berteriak mencari-cari Nabi.

Saat itu, Nabi sedang memangku Hasan di paha kanannya dan Husein dipangku di paha kiri sambil menyuapi mereka dengan kurma yang didapatkan dari hasil jerih payahnya.

“Wahai Muhammad, Wahai Muhammad” panggil orang Badui. Suara panggilannya sangat keras sampai terdengar ke dalam rumah Fatimah. Nabi pun meminta Fatimah untuk keluar dan melihat siapa yang memanggilnya.

Ketika Fatimah keluar, ia terkejut melihat orang Badui dengan tangan kiri memegang tangan kanannya yang terputus. Fatimah pun segera mengabarkan apa yang dia lihat kepada ayahnya.

Nabi pun segera keluar dan menemuinya. Orang Badui tersebut ketika melihat Nabi, ia berkata, “Wahai Muhammad, maafkanlah aku yang tidak mengenalimu.”

Kemudian Nabi Muhammad berkata, “Kenapa kamu memotong tanganmu?”.

“Aku tidak sanggup melihat tanganku ini yang telah berani menamparmu.” Jawab orang Badui tersebut.

“Masuklah Islam maka kamu akan selamat.” Ajak Nabi Muhammad.

“Jika kamu benar memang Nabi sembuhkan dahulu tanganku ini, wahai Muhammad.” Pinta orang Badawi.

Kemudian Nabi mengambil tangan yang terpotong lalu memasangkan ke lengannya. Lalu Nabi mengusap tangan tersebut dan dengan izin Allah tangan kanan itu tersambung. Akhirnya Orang Badui itu pun masuk Islam. Alhamdulillah.

Wa Allahu A’lam

Diterjemahkan dari Kitab al-Nawadir karya al-Qolyubi dengan judul asli Fi Ba’dh Mu’jizat Shola Allah ‘alaihi wa sallam.

 

Ketika Rasulullah Ditampar Orang Badui

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *