Pencitraan

Share posting

Oleh : Denny. AR

Kang Denny AR, adalah  Penulis, wartawan senior&Koordinator Reforter GrahaBigNews  Wilayah Kec. Karangpawitan Kab. Garut. (foto istimewa-grahabignews.com)

Ada pepatah mengatakan “ Gajah mati meninggalkan gading.Harimau mati meninggalkan belang sedang Manusia mati meninggalkan nama baiknya”

Semua orang, tanpa kecuali, akan merasa bahagia jika disebut sebagai penyandang nama yang baik. Oleh karena itu maka tidak salah bila orang tua dulu mengamanatkan agar selalu menjaga nama baik.

Orang zaman sekarang menyebutnya dengan istilah pencitraan. Karena sedemikian pentingnya hal itu, baik pemerintah ( Rezim), Pemimpin partai pimpinan instansi, Pimpinan perusahaan bahkan peroranganpun rame-rame membangun pencitraan, dengan berbagai bentuk dan caranya masing-masing  sekalipun dengan biaya mahal, tentu saja kepentingannya  berbed-beda. Ada yang terus langgeng dalam kebaikannya dan ada pula yang sifatnya sementara karena suatu kebutuhan dan kepentingan.

Dalam kehidupan ini banyak orang-orang yang ketika namanya disebut melahirkan suasana batin yang menyejukkan dan sekaligus membahagiakan bagi yang mendengarnya. Tetapi sebaliknya, ada juga nama-nama orang yang jika disebutkan, menjadikan hati para pendengarnya merasa kurang enak, sedih, jengkel, dan bahkan sakit. Karena kiprah mereka dalam hidupnya dianggap kurang baik, dan melakukan kejahatan yang merugikan banyak orang. .
Nama-nama yang jika disebut selalu mendatangkan suasana batin yang menyenangkan, seperti menyebut nama para nabi dan rasul, yaitu misal di antaranya nama Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ishaq, Ayub, Yusuf, Musa, Isa, Muhammad. Mendengar suara nama itu, maka hati seseorang akan merasa sejuk, gembira, bahagia. Pada nama-nama itu ada keindahan yang luar biasa. Hal itu terjadi, karena para pemiliknya telah mendatangkan ketauladanan yang tinggi. Penyandang nama itu adalah orang-orang yang menjadi kekasih Allah.
Dalam tingkatan selanjutnya, sebagai manusia biasa dalam sejarah kehidupan bangsa Indonesia telah lahir nama-nama besar, seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teungku Umar, Bung Tomo, Mohammad Roem, Hasyim Asy’ ary, Muhammad Dahlan, Ir.Soekarno, Mohammad Hatta, dan masih banyak lagi lainnya. Nama-nama itu dipandang indah dan besar, karena mereka telah meninggalkan sesuatu untuk generasi berikutnya dengan karya-karya besarnya.
tapi lain lagi, dengan nama-nama yang jika disebutkan justru melahirkan suasana hati yang kurang menyenangkan. seperti nama Firáun, Abu Jahal, Abu lahhab, dan selainnya yang serupa itu. Bahkan jika terdapat orang yang dianggap berwatak buruk, maka orang itu disebut sebagai anak keturunan Abu Lahab atau Abu Jahal.

khusus di Indonesia banyak muncul orang-orang yang jika nama mereka disebutkan, para pendengarnya menjadi merasa kurang senang dan bahkan jengkel. Nama-nama yang terkait dengan kejahatan korupsi, yang sering dikutip oleh Media masa, seperti ,seperti sang koruptor legendaris Edi tansil, Syamsul Nursalim, Djoko S Tjandra,  Gayus tambunan, Kusni kasdut,Mat Peci misalnya. dan hingga detik ini masih banyak lagi bermunculan nama yang bikin masyarakat kesel . Jika nama-nama itu disebut maka akan melahirkan suasana jengkel dan bahkan marah.
Memang, selalu saja ada nama-nama indah, karena pemiliknya pernah melakukan hal yang indah dan bermanfaat bagi masyarakatnya. Sebaliknya terdapat pula, nama-nama yang melahirkan suasana sedih dan bahkan jengkel, karena pemiliknya pernah melakukan kesalahan fatal yang merugikan orang atau rakyat banyak.  Sementara Islam menganjurkan umatnya agar menghiasai diri dengan keimanan, beramal sholeh, dan berakhlak mulia. Selain itu, ajaran yang dibawa oleh Rasulullah, juga menganjurkan agar setiap saat banyak berdzikir, menyebut nama dan sifat Allah (asmaul husna) supaya dengan cara itu manusia bisa berhasil menghiasi namanya  melalui, kemuliaan  kebesaran serta keagunganNYA.

Nah…kita tinggal pilih,…mau mati dikenang baiknya atau mati dikenang jeleknya…kita sangat bebas umtuk memilih, bukan…?? Tentukan dari sekarang, berpaculah dengan waktu, karena waktu tak mau menunggu, masa terus bergerak maju, kalau sudah  berlalu dia (waktu)  takkan pernah bisa kembali…Ok  (Wallahu alam).

 

Catatan:

Kang Denny AR, adalah Penulis, Wartawan Senior, dan Koordinator Reforter GrahBigNews untuk wilayah Kecamatan Karangpawitan Kab. Garut.

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *