Ketika Allah Memaafkan Mursyid Kami Karena Menyayangi Seekor Kucing

Share posting

“Jangan pernah meremehkan prilaku dalam berkasih sayang walaupun hanya kepada seekor kucing”.

Artikel Ekslusif

Oleh: H. Derajat

Ilustrasi-surakarta.suara.com

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm

Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Saudaraku terkasih, kasih sayang adalah misi yang diemban Rasulullah SAW. Bahkan wujud beliau sendiri itu adalah bentuk kasih sayang Allah SWT untuk seluruh alam semesta.

Dalam bahasa lain, keberadaan Rasulullah SAW itu adalah “hadiah terindah” Tuhan yang diberikan untuk seluruh makhluk di kolong langit ini. Makhluk apapun dia.

Allah SWT tidaklah mengutus Beliau SAW kecuali sebagai wujud kasih sayang-Nya untuk alam semesta (rahmatan lil-‘âlamîn). Jadi, wujud Beliau SAW sendiri adalah sebagai “Sosok Rahmat” atau “Sang Kasih-Sayang”.

Baiklah, mari kita lanjutkan perenungan kita pada hari ini tentang sebuah kisah yang memaparkan kepada kita tentang pentingnya prilaku berkasih sayang.

Ada satu kisah menarik yang tertulis di dalam Kitab Nashâ’ih al-‘Ibâd yang ditulis oleh Syeikh Nawawi al–Bantani rahmatullâh ‘alaih. Beliau merupakan salah satu Tokoh ‘Ulama Nusantara yang sangat masyhur di Tanah Hijaz. Saking masyhurnya, beliau disematkan gelar sebagai al-Sayyid al-‘Ulamâ al-Hijaz (poros para ‘ulama di Dua Tanah Suci) atau A’yân ‘Ulamâ al-Qarn ar-Ram ‘Asyar lil-Hijrah (Tokoh ‘Ulama abad 14 Hijriyah). Beliau juga merupakan keturunan keduabelas dari Syaikh Syarif Hidayatullah Gunungjati Cirebon.

Dalam kitab tersebut dituliskan sebuah kisah tentang Imam Abu Bakar Dulf bin Jahdar atau yang masyhur dengan sebutan Imam Syibli qaddsallâhu sirrahu. Kisah ini sangat menarik untuk dijadikan perenungan.

Pada suatu hari ada seseorang yang memimpikan beliau (Imam Syibli) setelah kewafatannya. Dalam mimpinya itu, Imam Syibli ditanya oleh Allah SWT: “Wahai Aba Bakar (Imam Syibli), apakah kamu mengetahui, apa yang menjadi sebab Aku mengampunimu?”

Imam Syibli menjawab: “Sebab bagusnya amalku”.

Allah SWT berfirman: “Bukan”.

Imam Syibli menjawab lagi: “Sebab ikhlasnya ibadahku”.

Allah SWT berfirman: “Bukan”.

Imam Syibli menjawab lagi: ” Sebab hajiku, puasaku dan shalatku”.

Allah SWT berfirman: “Bukan”.

Imam Syibli berkata: “Sebab datangnya aku kepada orang-orang shalih”.

Allah SWT berfirman: “Bukan”.

Imam Syibli berkata: “Sebab menuntut ilmu”.

Allah SWT berfirman: “Bukan”.

Imam Syibli berkata: “Lantas, apa yang menjadi sebab Engkau mengampuniku, wahai Tuhanku?”.

Allah SWT berfirman: “Tidakah kamu ingat suatu hari kamu pernah berjalan di kota Baghdad lantas kamu menemukan seekor kucing kecil yang sedang mengigil kedinginan, lalu kamu mengambilnya karena rasa kasih sayangmu kepada kucing itu, lalu kamu memasukannya ke dalam jubahmu untuk menjaga kucing itu!”

Imam Syibli berkata: “Ya”

Allah SWT berfirman: “Sebab kasih sayangmu kepada kucing itu, maka Aku menyayangimu (mengampunimu).”

Saudaraku terkasih, kisah singkat di atas sungguh telah menyentak kesadaran kita, bahwa begitu tinggi nilai kasih sayang sehingga Allah SWT menjadikannya sebab memberikan ampunan. Padahal kasih sayang itu “hanya” diberikan kepada seekor binatang kecil, yang mungkin kita anggap remeh. Lantas, bagaimana bila kasih sayang itu kita berikan kepada sesama kita? Al-khairu wasy-syarru bimasyî’atillâh…

Semoga Allah menganugerahkan kita kemampuan untuk selalu mengedepankan kasih sayang kepada seluruh makhluk-Nya. Sehingga dengan kasih sayang itu, Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita dan memperkenankan kita untuk menjumpai-Nya, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

Kututup dengan sebuah do’a sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’ân surat Âli ‘Imrân ayat 8.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Rabbanâ lâ tuzigh qulûbanâ ba’da idz hadaitanâ wa hab lanâ min ladunka raĥmatan innaka ‘antal wahhâb.

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. “

https://pasulukanlokagandasasmita.com/ampunan-allah-swt-karena-seekor-kucing/

Âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn…

Wallâhu A’lamu bish-Shawâb

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *