Sosok Pemulung Yang Taat Ibadah Tertempa Dari Perjalanan Hidup Yang Penuh Dinamika

Share posting

Catatan Eksklusif

Oleh : Abah Litbang

Bapak Anda, seorang pemulung ketika bertemu dengan Tim GrahaBigNews (foto oleh Abah Litbang-grahabignews.com)

 

Garut –  Waktu merupakan satu tanda untuk menentukan dimulainya aktifitas dari mulai pagi, siang, sore dan malam, seiring dengan berputarnya bumi diporosnya yang di hiasi dengan ribuan planet pengisinya untuk mendukung semua mahluk hidup di jagat raya ini.

Kamis 03 -02 – 22 Tiem GrahaBigNews  mampir ke Masjid Al-Iklas jln. Cibatu – Bandrek tepatnya kp. Kondang Desa Sukalilah Kec Cibatu Kabupaten Garut, tepatnya waktu sholat duhur di halaman Masjid sudah terparkir satu unit mobil jenis Avanza warna silver.

Sementara di dalam Masjid sudah ada beberapa orang penduduk setempat dan sesepuh Masjid untuk melaksanakan sholat duhur berjamaah, Tim GrahaBigNews mengambil air wudhu dulu. Di tempat wudhu berbarengan dengan Tim di kamar mandi yang terpisah, keluar seorang bapak berbadan tegap dengan wajah yang sejuk untuk di pandang.

Kami tadinya tidak perduli dan beranggapan mungkin ini bapak sudah pulang dari sawah dan kebun, ketika kami masuk Masjid, kami tidak keburu ikut berjamaah akhirnya sholat duhur sendiri. Sesudah selesai sholat, kami keluar Masjid. Alangkah terkejutnya, melihat bapak yang tadi keluar dari kamar mandi, tidak sholat di dalam Masjid melainkan di teras Masjid di pojok sebelah timur dengan baju koko putih  dan sarung warna coklat sudah lusuh.

Ada perasaan sedih kami memandangnya, dan akhirnya kami menunggunya sampai bapak itu selesai sholat. Sudah beres sholat, bapak langsung duduk dekat kami menghadap ke halaman masjid dan ahirnya kamipun bersilaturahmi dan saling menyebut nama.

“Nama saya Anda sambil membuka baju kokonya, bapak asli dari kampung Cikarag Desa Mekarsari Kecamatan Cibatu, usia bpk 65 tahun, pekerjaan bapak mungut kardus bekas dan plastik bekas, sampah palstik dari pasar dan sampah dari rumah tangga, ” ungkapnya.

Bapak Anda melakukan pekerjaan ini kurang lebih sudah 2 tahunan, karena terdorong dengan kebutuhan untuk menghidupi anak istrinya, sambil mengganti sarung dengan celana panjangnya. Kami sangat sedih melihat ikat pinggang yang di kenakan hanya seutas benang rapia / tali plastik.

“Bapak hanya bisa pasrah menjalani kehidupan ini, Alhamdulilah walau capek atau sesibuk apapun, shalat yang 5 waktu bapak laksanakan karena ini perintah agama islam, bapak selalu berdoa ingin istikomah dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan perintah dan keyakinan, karena sholat kunci utama orang muslim yang menganut agama Islam,” tandasnya.

Dituturkannya, bahwa penghasilan sehari dari hasil menjual kardus  dan platik bekas ( rongsok ) antara Rp. 8.000 ,- Rp 20.000 itu / hari (delapan ribu rupiah-dua puluh ribu rupiah) kalau dibilang gak cukup ya, tapi itu dinikmati yang penting bisa makan dan untuk transfor anak ke sekolah, ucapnya  sambil berkaca-kaca.

“Bapak sadar mungkin ini jalan kehidupan bagi bapak, kalau ingat kepada perjalanan hidup yang perih mungkin ini teguran dari sang pencipta buat saya, Alhamdulillah saya bersyukur masih diberi kecukupan umur dan nikmatnya sehat. Saya bisa ibadah dan mensyukuri dengan  menikmati hidup ini,” ujarnya.

Tak terasa obrolan kami mengalir bagai air, dan waktu juga yang memisahkan bapak Anda pamitan, karena masih meneruskan pekerjaan untuk mencari napkah. Bagi kami obrolan dengan bapak Anda membawa suatu evaluasi dan kontemplasi, bahwa perjalanan kita dengan dinamika dari profesi apapun itu, ketika Alloh sudah memamnggil dengan nilai ketaatan akan kebesaran-Nya, siapapun manusia dimuka bumi ini tidak aka nada yang bisa menolaknya.

 

 

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *