Mengapa Harus Bertasawuf/Bertarekat

Share posting

Arti Tarekat adalah jalan beribadah kepada Allah dengan selalu mengetuk-ngetuk hatinya agar selalu berdzikir kepada Allah, mengingatNya, dan selalu merasa bersamaNya ketika melakukan ibadah

Artikel Ekskusif

Oleh : KPHA Panembahan Derajat Hadiningrat

Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita


Ilustrasi-suburaI

RISALAH PENTING AKHIR ZAMAN

Mursyid kami Abah Guru Sekumpul dalam kitab yang dibacakan beliau pernah berkalam :

Man kharaja nafsun bighoiri dzikrillahi ta’ala fahuwa mayyitun, mitslul hayawan duunal baqarah wa huwal khinziiru

Barangsiapa yang tidak menyadari setiap hembusan nafasnya  adalah “dzikrullahi Ta’ala”, maka ia adalah mayit, bagaikan hewan selain sapi, dan ia adalah babi.

Sedemikian pentingnya menyadari keluar masuknya nafas dengan diiringi dzikir kepada Allah dalam bertarekat sehingga para Mursyid kami,  Abah Guru Sekumpul, Mama Arjaen, Syekh Rahmatullah selalu mengingatkan murid2nya untuk selalu berdzikir dalam tiap helaan nafas. Dan itulah Tarekat !!!

Sahabat kami Sufi Muda pernah bertutur tentang Tasawuf dalam link :

Pentingnya Ilmu Tasawuf

Tarekat adalah jalan yang dilalui oleh orang sufi dalam perjalanannya menuju Tuhan. Tarekat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal pada syari’ah, sebab jalan utama disebut syar’i sedangkan anak jalan disebut thariq. Kata ini terambil dari kata tharq yang di antara maknanya adalah “mengetuk” seperti dalam ungkapan tharq al-bab yang berarti “mengetuk pintu”.

Oleh karena itu, cara beribadah seorang sufi disebut tarekat karena ia selalu mengetuk pintu hatinya dengan dzikrullah atau mengingat Allah. Cara beribadah semacam ini oleh Nabi SAW disebut dengan tarekat hasanah (cara yang baik). Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibn Hambal dalam musnadnya dengan perawi-perawi tsiqat (dipercaya), Nabi SAW bersabda:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا كَانَ عَلَى طَرِيْقَةٍ حَسَنَةٍ مِنَ الْعِبَادَةِ ثُمَّ مَرِضَ قِيْلَ لِلْمَلَكِ الْمُوَكَلِ بِهِ اُكْتُبْ لَهُ مِثْلَ عَمَلِهِ إِذَا كَانَ طَلِيْقًا حَتَّى أَطْلَقَهُ أَوْ أَكْفَتَهُ إِلَى تَعْلِيْقِ شُعَيْبِ الْأَرْنَؤُوْطِ : صحيح وهذا إسناد حسن

“Sesungguhnya seorang hamba jika berpijak pada tarekat yang baik dalam beribadah, kemudian ia sakit, maka dikatakan (oleh Allâh SWT) kepada malaikat yang mengurusnya, ‘Tulislah untuk orang itu pahala yang sepadan dengan amalnya apabila ia sembuh sampai Aku menyembuhkannya atau mengembalikannya kepada-Ku, (Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 2, halaman: 203).

Ungkapan tarekat hasanah dalam hadis tersebut menunjukan kepada perilaku hati yang diliputi kondisi ihsan (beribadah seolah–olah melihat Allâh SWT atau kondisi khusyu’) yakin berjumpa dengan Allâh SWT dan kembali kepada-Nya,

(الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿٤٦

(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya, (al-Baqarah, 2: 46).

Ibadah (misalnya shalat) yang dilakukan dengan hati yang lalai oleh nabi disebut sebagai shalat al-munafiq (salatnya orang munafik), yaitu yang di dalamnya ia tidak berdzikir kepada Allâh kecuali sedikit (la yadzkurullaha fiha illa qalilan) Shahih Muslim, 1: 434, dan pelakunya oleh Tuhan diancam dengan al-wail.

(فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ ﴿٤﴾ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ﴿٥

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (4) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (5), (al-Maun, 107: 4-5).

Inti dari Tasawuf adalah akhlak terpuji sebagaimana tujuan utama Rasulullah SAW di utus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia menjadi akhlak yang mulia (Akhlakul Karimah). Seorang yang mengamalkan tasawuf secara otomatis menjaga sikap dan tingkah laku agar selaras dengan apa yang diperintahkan Allah SWT. Mengubah akhlak manusia dalam jangka pendek bisa dilakukan dengan memberian nasehat serta pendidikan-pendidikan secara zahir baik pendidikan agama maupun pendidikan lain yang menekankan kepada moral. Akan tetapi untuk bisa mengubah akhlak manusia jangka panjang secara permanen harus dari dalam dimana hati manusia disinari dengan Kalimah Allah maka dengan itu pula hati dan seluruh badannya akan bersinar dan tunduk kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah SWT.

Nasehat yang keluar dari zahir Guru akan ditangkap oleh zahir murid, disimpan dalam akal fikiran dan suatu saat akan hilang ditelan zaman. Sebagaimana kita ketahui bahwa akal fikiran manusia memiliki keterbatasan dimana dalam kondisi tidak sadar atau tidur akal tidak berfungsi sama sekali. Pelajaran yang diterima secara zahir oleh akal ini tidak akan bisa menjawab persoalan-persoalan berhubungan dengan gaib, alam kubur apalagi alam akhirat. Bagaimana mungkin manusia bisa menjawab pertanyaan malaikat tentang “Siapa Rabb mu?” sementara akal sudah hilang bersama hancurnya jasad bersama tanah.

Maka diperlukan Guru yang bisa mentransfer ilmu dari rohani kepada rohani murid, sehingga rohani murid memahami agama secara zahir dan bathin. Disinilah letak pentingnya ilmu Tasawuf/Tarekat lewat metodologi dzikir yang diajarkan Rasulullah SAW kepada para sahabat, kepada genarasi setelah sahabat hingga sampai kepada kita hari ini. Mengajarkan rohani harus dengan rohani sebagaimana mengarjakan yang zahir harus dengan zahir, ini hukum yang berlaku di alam dan sangat ilmiah.

Pada hakikatnya Guru Mursyid yang berfungsi sebagai pembimbing para murid tidak mengajarkan dengan akal fikiran Beliau saja akan tetapi rohani Beliau tersambung kepada Arwahul Muqadasah Rasulullah SAW, bersambung kepada Nur Muhammad, Nur itulah yang mengajarkan sekalian ummat tentang hakikat Agama sehingga segala kegelapan menjadi terang benderang.

Nabi Muhammad SAW junjungan kita bukan hanya mendapat pengajaran zahir dan Beliau tidak bisa menulis dan membaca, akan tetapi Jibril AS mentransfer pengetahuan murni dari sisi Allah langsung kepada Qalbu Nabi sehingga dengan itu pula Beliau memahami segala sesuatu yang tidak dipahami manusia biasa. Proses transfer pengetahuan dari Allah SWT kepada Nabi Adam AS di surga sebagaimana yang digambarkan dalam al-Qur’an juga bukan sekedar transfer zahir tapi transfer rohani sehingga Adam yang berasal dari tanah naik derajat menjadi Khalifah dan seluruh malaikat diperintahkan sujud kepada Adam. Proses transfer ini yang kemudian kita kenal sebagai “Telah Ku tiupkan sebagian Ruh-KU”.

Siapapun manusia tanpa kecuali memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu, mencari Guru yang bisa menuntun dan membimbing dia agar bisa sampai dengan selamat kehadirat Allah SWT. Kesempatan yang diberikan Allah kepada kita hidup di dunia ini bukan untuk menumpuk harta, bukan untuk mengejar pangkat dan jabatan tetapi mencari dan menemukan jalan untuk bisa kembali kehadirat-Nya. Mengenal Allah dengan sebenar kenal dari dunia agar kelak ketika di akhirat kita juga mengenal Allah SWT karena Allah di dunia dan Allah di akhirat itu sama, Dia adalah Maha Raja di Hari Pembalasan.

Tasawuf dengan metodologi Tareqatullah warisan para Nabi tidak lain adalah agar manusia bisa mengamalkan syariat Islam dengan benar, sesuai dengan sunnah Nabi, sesuai dengan kehendak Allah bukan mengikuti akal pikiran dan hawa nafsu manusia yang lebih banyak salah dari benarnya. Tasawuf adalah proses secara perlahan masuknya cahaya Allah kedalam hati yang telah bersih dengan dzikrullah, hati yang bersih inilah yang bisa menerima pancaran cahaya Ilahi. Ketika cahaya Ilahi masuk ke dalam hati manusia maka segala kegelapan yang menutup hati dan jiwa akan hilang dan ruhani manusia akan senantiasa berhampiran dengan Allah SWT.

Sangat penting bagi kita semua tanpa terkecuali untuk mengambil warisan berharga Islam ini yang sangat ditakuti oleh musuh-musuh diluar sana yang setiap saat menghembuskan keraguan dan adu domba dari dalam agar ummat jauh dari tasawuf, jauh dari Api Islam. Ketika api itu dibuang maka hilanglah gairah dalam beragama dan beragama hanya bersifat rutinitas keseharian semata.

Semoga tulisan singkat ini memberikan semangat kepada kita semua untuk terus belajar menyempurnakan diri sebelum dipanggil kembali oleh Allah SWT dan kembali dalam kondisi jiwa yang tenang, kembali lewat jalan yang telah kita lewati berulang kali semasa hidup di dunia.

Semoga Bermanfaat…

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *