Para Pejuang Sejati Pencari Nafkah Keluarga Penyabit Rumput Ternak, Meski Jauh Dari Cukup Tetap Di Lakoni

Share posting

Liputan Eksklusif

Oleh : Abah Litbang

 

Usep (42 th) Penyabit rumput dari Desa Sukalaksana Kecamatan Samarang Garut, penghasilan sehari dari menyambit rumput/karung adalah Rp. 15.000- Rp. 20.000 (foto oleh Abah Litbang-grahabignews.com)

Garut – Begitulah kehidupan rakyat kecil, di tengah pandemi virus Corona, namun untuk menjalankan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga yang harus menafkahi istri dan anak-anaknya, meski penghasilannya jauh dari cukup, tapi tetap dilakoninya dengan alasan tidak ada pekerjaan lain yang penting berusaha dan memperoleh rezeki dengan cara yang halal.

Padahal, jika kita mau jujur, uang Rp. 15.000 – Rp. 20.000 cukup untuk apa di zaman sekarang ini dengan berbagai kebutuhan hidup yang cukup tinggi? Tapi, itulah pahlawan sejati para suami dalam mencari nafkah untuk keluarga tercinta mereka.

Adalah Usep (42 th) penduduk Desa Sukalaksana Kecamatan  Samarang  Garut pada GrahaBigNews menuturkan pengalamanya, bahwa mulai  dari usia 15 th usep sdh berpofesi jadi tukang rumput padahal tidak punya ternak.

Ketika di tanya, lantas rumput yang di sabit untuk apa? Usep menjelaskan, bahwa rumput tersebut di jual untuk mempertahankan hidup. “Saya jual rumput itu untuk  menafkahin keluarga.  Saya berangkat dari rumah jam 06 pagi nyampai ke lokasi jam 06.30, dan  biasa cari rumput di wilayah tepatnya di daerah Copong Sukamantri”, ungkapnya.

Menurutnya,  selama 2 jam mencari rumput, jika  sudah penuh karung di pikulnya dengan berjalan kaki guna menempuh lantas kurang lebih 3 km ke tempat mangkal di kawasan depan Kelenteng jl. Guntur.

Masih kata dia, pembeli rumput itu para kusir kuda dan yang punya ternak domba. Paling dominan itu dibeli para kusir, dan ketika disinggung GrahaBigNews, berapa harga rumput / karungnya? Dengan muka menunduk dan menyekat keringat yang membasahi mukanya, Usep menjelaskan hasil rumput yang di sabitnya di jual seharga Rp. 25.000 (dua puluh lima ribu).

Tapi lanjutnya, seandainya tidak laku , Usep menyimpan  rumput tersebut di tempat yang teduh di belakang kios-kios. Dan jika pulang tidak membawa uang, karena rumputnya tidak ada yang beli, Usep meminjam dulu untuk transfor ke yang punya warung, esok harinya di bayar.

GrahaBigNews semakin penasaran, dan menanyakan pada Usep  kalau rumput sabitannya laku, biasa bawa pulang ke rumah untuk menghidupi keluarganya berapa? Dia menjawab, antara Rp. 15.000-20.000 (lima belas ribu-dua puluh ribu rupiah), dan itupun kalau ada rezekinya.

Maman penduduk Desa Sukanegla Kecamatan  Garut  Kota,(foto oleh Abah Litbang-grahabignews.com)

Hal serupa di sampaikan oleh Maman penduduk Desa Sukanegla Kecamatan  Garut  Kota, dan  mengaku sudah 6 tahun jualan rumput. Tempat menyabit rumput, biasanya  di kawasan Panunggangan Kecamatan  Tarigong Kidul.

Jarak yang ditempuh oleh Maman ke pangkalan tempat dirinya menyabit rumput, 3 Km. “ Hampir sama dengan Kang Usep pak, penghasilan saya sekitar lima belas ribu rupiah sampai dua puluh  ribu, bersihnya dua puluh ribu rupiah di bawa ke rumah, karena dipakai untuk ongkos ojeg atau angkot”, pungkas Maman.


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *