KETIKA SETAN MENGAKU SEBAGAI TUHAN
Artikel Eksklusif
Oleh : H Derajat
Artikel ini saya turunkan kepada sahabat yang sangat aku cintai untuk lebih mendalami bahwa sikap rendah hati dan tidak angkuh adalah cara Allah untuk menaikkan derajat keimanan seseorang.
Berikut kisah nyata dari Mursyid kami yang agung Syaikh Abdul Qadir Al Jaelani
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah seorang wali yang masyhur di zamannya hingga zaman sekarang. Beliau memiliki banyak keutamaan dan karomah sehingga beliau dijuluki sebagai sulthanul auliya’ (pemimpin para wali). Memiliki gelar seperti itu bukanlah suatu hal yang mudah. Syaikh Abdul Qadir merupakan seorang yang gemar beribadah, tirakat, riyadhoh, untuk selalu dekat dengan tuhannya. Kebiasaan inilah yang membuat beliau dapat diangkat menjadi waliyullah.
Suatu ketika, saat bulan Ramadhan, Syaikh Abdul Qadir berjalan di padang pasir bersama para pengikutnya. Saat itu, cuaca sangatlah panas. Sengatan matahari di padang pasir itu membuat Syaikh dan para pengikutnya merasa sangat haus dan kelaparan. Tiba-tiba cuaca yang sangat panas itu berubah menjadi mendung. Awan-awan mendung tersebut seolah-olah melindungi mereka dari teriknya matahari. Tak hanya itu, tiba-tiba muncul sumber air dan pohon kurma yang banyak buahnya di depan mereka. Para pengikut syaikh percaya bahwa ini adalah karomah yang dimiliki syaikh Abdul Qadir.
Dibalik mendung yang lebat itu, muncullah cahaya yang sangat terang bahkan lebih terang daripada sinar matahari. Cahaya itu mengeluarkan suara “Wahai umat Abdul Qadir, akulah tuhanmu! Makan dan minumlah dari sumber air dan kurma itu! Sesungguhnya aku telah menghalalkan untuk kalian atas apa yang kuharamkan untuk orang lain.” Mendengar ucapan itu, pengikut syaikh kemudian berlari menuju sumber makan dan minuman tersebut. Disaat mereka berlari, tiba-tiba Syaikh berteriak seraya menantang cahaya itu “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk!”
Seketika itu, sumber air, pohon kurma, awan, dan cahaya tersebut lenyap menghilang. Kemudian Iblis menampakkan wajahnya dengan wajah yang sangat buruk. Ia berkata “Bagaimana engkau dapat mengenaliku, wahai Abdul Qadir?” Syaikh menjawab “Wahai Iblis, aku tau bahwa firman Allah bukan suatu hal yang dapat didengar oleh telinga. Selain itu, hukum Allah adalah sesuatu yang tetap dan berlaku atas semua orang. Allah tidak akan mengubah yang haram menjadi halal. Sekalipun bagi sekelompok orang yang dicintai-Nya.”
Mendengar jawaban itu, Iblis semakin tertarik untuk menggoda Syaikh Abdul Qadir. Ia berkata “Wahai Syaikh, asal engkau tau, aku telah memperdaya tujuh puluh nabi dengan muslihat ini. Ilmumu sangat tinggi, dan derajatmu seharusnya melebihi nabi-nabi. Hanya sebanyak inikah pengikutmu? Seharusnya manusia seluruh dunia ini menjadi pengikutmu karena engkau laksana seorang nabi.” Kalimat itu dikatakan oleh iblis untuk membuat Syaikh Abdul Qadir menjadi sombong.
Mendengar pujian itu, Syaikh Abdul Qadir lantas berkata “Aku berlindung kepada Allah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya bukan ilmu dan kebijaksanaanku yang menyelematkanku dari godaanmu, namun ini semua adalah karena kasih sayang Allah SWT.” Dengan jawaban itu, Syaikh lolos dari godaan iblis. Beliau merasa apa yang dimilikinya bukanlah dari hasil kerja kerasnya sendiri, namun murni karunia Allah kepada beliau. Tiada rasa sombong, tiada yang beliau banggakan dari kemuliaan yang beliau miliki. Semua ini adalah rahmat dan pertolongan Allah SWT.
Menjadi seorang wali bukanlah suatu yang mudah. Semakin tinggi derajat seseorang, maka semakin besar pula cobaan yang dialaminya. Maka tak jarang seorang wali yang kehilangan status kewaliannya atau bahkan meninggal dalam keadaan murtad, karena cobaan yang begitu berat. Syaikh Abdul Qadir adalah salah seorang wali yang teguh iman dan memiliki akhlak yang sempurna. Semua cobaan dapat beliau lewati sehingga beliau mendapatkan derajat yang sangat tinggi.
Wallahu ‘alam.