SMPN 1 Nubatukan Lewoleba Lembata – Nusa Tenggara Timur “Stay at Home” Dengan Disiplin Yang Tinggi Dalam Pencegahan Virus Covid-19

Share posting

Oleh : Lilis Yuliati, S.Pd., M.Pd. &  Wishnoe Ida Noor

Kepsek SMPN 1 Nubatukan Lewoleba Lembata – Nusa Tenggara Timur, Melkior Muda Making, S.Pd. ( seluruh foto dalam pemberitaan ini adalah file Melky-grahabignews.cpm)

Nusa Tenggara Timur – Berbagi informasi dengan sahabat nun jauh di bagian timur Indonesia, merupakan salah satu cara untuk menyiasati rasa jenuh ketika sedang “Stay at Home”, belajar di rumah, bekerja di rumah dan ibadah di rumah, demi menjaga dari tertularnya wabah virus Covid – 19 yang sedang merebak  saat ini, Sabtu (28/3).

GrahaBigNews melakukan Wawancara Ekslusif jarak jauh dengan Kepsek SMPN 1 Nubatukan Lewoleba Lembata – Nusa Tenggara Timur Semoga Menjadi Inspiratif Bagi Dunia Pendidikan Di Kabupaten Garut, dimana semua stakeholder mentaati aturan di dalam upaya pencegahan merebaknya virus Civid-19 sesuai instruksi pemerintah setemapat, dan proses belajar di rumah yang diberlakukan pada para peseta didik dilaksanakan dengan baik. Hal itu merupakan upaya koordinasi yang harmonis, sinergis antara pihak sekolah dengan para orang tua, sehingga semua sepakat melakukan Distancing Sosial dengan menerapkan kedisiplinan yang tinggi.

Beliau adalah Bapak  Melkior Muda Making, S.Pd., kepala SMPN 1 Nubatukan. SMPN 1 Nubatukan, merupakan sebuah sekolah negeri tertua dan pertama di Kabupaten Lembata. Tepat tanggal 1 April 2019 lalu, sekolah ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-40 tahun. Dan tanggal 1 April mendatang usianya 41 tahun.

Sekolah yang hampir 41 tahun berdiri ini, beralamat di Jln. Soekarno-Hatta  Kelurahan Lewoleba Kecamatan Nubatukan Kabupaten Lembata  Nusa Tnggara Timur ini, terletak tepat di tengah kota Lewoleba – Lembata, dan sekolah ini  lebih dikenal dengan SPENSA Nubatukan.

“Sekolah ini sudah dipimpin oleh 6 kepala sekolah sebelumnya, dan saya sekarang yang ke 7, sama seperti  Bapak Jokowi, presiden Indonesia yang ke 7”, Ucap Melky seraya tersenyum, panggilan Bapak Melkior Muda Making, mengawali percakapannya kepada GrahaBigNews.

Pertama  kali dia diangkat menjadi Kepsek berusian 35 tahun, dengan golongan III/C dan ditempatkan di SMPN Satap Tewaowutung – Kecamatan Nagawutung, bagian selatan pulau Lembata, sekitar 65km dari kota Lewoleba, sejak  tahun 2015 silam. Dan baru dimutasikan jadi Kepsek SPENSA Nubatukan pada bulan Maret 2018 lalu, sambung Melky sedikit bercerita tentang pengalamannya.

Ayah dari 4 anak ini ( 3 pèrempuan dan 1 laki-laki ), sangat antusias sekali ketika ditanya tentang tanggapannya terkait dengan kebijakan pemerintah untuk memutus mata rantai covid 19,   yang telah menetapkan belajar di rumah untuk siswa selama 2 pekan.

“Sebagai Kepsek SMPN 1 Nubatukan, pada dasarnya saya mendukung dan sepakat dengan saran pemerintah terkait WfH selama 2 minggu”, jelas Melky kepada GrahaBigNews.

Mengapa? Karena berantas bahkan untuk jadi pemenang dalam perang melawan virus corona, butuh kedisiplinan yang harus tinggi. Bukan soal bala tentara, bukan soal seberapa lengkap persenjataan kita, melainkan seberapa hebat kita bisa bertahan dengan disiplin pola hidup sehat kita. Sebab, musuh yang kita hadapi dalam perang global dan nasional saat ini adalah musuh tanpa wujud yaitu virus, kata dia bersemangat.

“Selain itu, mengapa saya dukung dan sependapat terkait kebijakan 2 minggu ‘dirumahkan’ ini, karena sifat dari pada virus corona itu sendiri. Bahwa protokol pencegahan dan penanganan virus corona yang dikeluarkan oleh dunia maupun oleh pemerintah kita ini, sudah sangat jelas. Ternyata corona itu menyebar sangat cepat di tengah kerumunan manusia: seperti di pasar, di rumah-rumah ibadat, di mall, di stadion olahraga, bahkan juga di sekolah-sekolah”, ungkapnya.

Sekolah tak bisa menolak kenyataan bahwa, ia pun sangat rentan tertular bahkan juga menularkan covid 19 kepada warganya. Mengapa demikian? Karena sekolah punya masa yang berkumpul dengan durasi waktu 6 sampai 8 jam dalam sehari. Kalau covid 19 bertahan pada media tertentu hingga 3 jam dalam sekali penyebarannya, maka kita (guru, pegawai dan siswa) adalah yang paling terancam, jelas Melky.

Sehingga, lanjutnya diharapkan selama 2 minggu ini, kita betul-betul DISIPLIN. Batasi ruang gerak, tetap tenang di rumah untuk belajar, mengerjakan tugas,  bermain dan bergembira bersama keluarga. Kalau semua sepakat, bertanggungjawab serta disiplin terhadap 2 minggu belajar di rumah, dia percaya, sekolah kita akan tetap sehat dan tetap jadi taman belajar yang menyenangkan bagi kita.

Melky menjelaskan bahwa ada 7 Kebijakan  manajemen sekolah SMPN 1 Nubatukan, ketika seluruh warga sekolah dirumahkan: Pertama, ketika Bupati mengundang seluruh Kepala Sekolah untuk rapat terbatas terkait 2 minggu belajar dari rumah, tanggal 23 Maret 2020, tentu sangat membuat kami cemas. Apalagi, instruksi itu sudah harus berlaku besoknya yaitu tanggal 24 Maret 2020.

Rapat baru dimulai pukul 13.00 sèlesai dipukul 15.00 Waktu Indonesia Bagian Tengah(Wita). Sudah jelas, seluruh warga sekolah sudah meninggalkan sekolah. Meskipun, instruksi Bupati Lembata bahwa besok, 24 Maret 2020 semua sekolah harus sudah di rumahkan, namun untuk kepentingan SOSIALISASI kepada para siswa dan KOORDINASI bersama seluruh guru/pegawai, maka 24 Maret 2020, sekolah kita masih harus tetap bersekolah, tanpa ada PBM.

Kedua, tanggal 24 Maret 2020 adalah tanggal sosialisasi dan koordinasi untuk seluruh warga sekolah. Seluruh anak-anak dikumpulkan dan dijelaskan tentang isu corona dan sikap tegas pemerintah dalam memeranginya. Anak-anak harus dibuat sedemikian paham, agar selama 2 minggu berada di rumah, mereka tidak menyalahgunakan waktu ini untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab.

Ketiga, setelah sosialisasi, kegiatan dilanjutkan dengan rapat internal para wali kelas masing-masing di dalam kelas. Pada sesi ini, seluruh tugas-tugas guru langsung diserahkan kepada siswa via wali kelasnya.

Keempat, Unit perpustakan sekolah kita membagikan semua buku-buku pegangan siswa yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas setiap guru mata pelajarannya.

Kelima, Ada guru mata pelajaran yang langsung mengcopy dan membagikan modul-modul pembelajaran kepada siswa.

Ketujuh, Kepala sekolah melakukan RAPAT KOORDINASI dengan segenap warga sekolah.

Hasil rapat terbatas ini, melahirkan beberapa point penting yaitu :

  1. Seluruh orang tua siswa wajib diinformasikan terkait kebijakan tanggap covid 19 dengan berada di rumah 2 minggu.
  2. Seluruh guru tetap berada di kota Lewoleba, dan tidak boleh melakukan perjalanan pulang kampung/keluar daerah.
  3. WhatsApp Group (WAG) sekolah akan jadi sarana komunikasi terbaik kepala sekolah dan guru atau pegawai.
  4. Yang lain boleh di rumahkan, namun yang TETAP HARUS BERADA DI SEKOLAH adalah Kepala Sekolah, KTU bersama pegawai kantor yang lain, guna mendukung kerja kepala sekolah.

Sedangkan untuk poin ke 5 merupakan upaya untuk menyambut kembali anak-anak hadir di sekolah setelah masa belajar di rumah selesai.

  1. Yang dilakukan oleh kepala sekolah beserta para pegawai kantor sekolah adalah menyiapkan segala sesuatu yang bersifat prefentif/pencegahan seperti: menyiapkan gentong cuci tangan beserta sabun cair/hand soap dan tissue, hand sanitizer, disinfectan, dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan dalam tanggap corona.
  2. Semua bahan-bahan yang disiapkan ini harus dikerjakan. Gentong dipasang stop krannya, semua larutan pembuatan disinfectan dan handsanitizer pun disiapkan, hingga mengerjakannya.
  3. Larutan disinfectan disemprotkan ke seluruh areal sekolah secara rutin sebanyak 2 hari sekali. Hal ini penting, sebab setelah 2 minggu di rumahkan, anak-anak dan guru akan masuk kembali ke sekolah. Setidaknya ketika mereka tiba nanti, sekolah harus sudah dalam posisi ready dan nyaman untuk digunakan kembali.
  4. Terus tanpa henti memberikan edukasi dan penguatan kepada para siswa melalui grup-grup siswa seperti grup kelas, grup osis, hingga ke akun-akun siswa yang terkoneksi dengan ibu/bapak gurunya.
  5. Terus tanpa henti membagikan update informasi terkait covid 19 dan perkembangannya di dunia, di Indonesia, di Nusa Tenggara Timur/NTT dan juga di Kabupaten Lembata khususnya.

Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *