Putri Bungsu Tusilah Penulis Handal Tetap Memprioritaskan Waktu Yang Berkualitas Untuk Keluarga
Wawancara Ekslusif Dengan Penerus Kartini Asal Tegalgede Karanganyar – Jawa Tengah
Oleh : Lilis Yuliati,S. Pd., M.Pd., & Wishnoe Ida Noor
Jawa Tengah – Hobby menulis bagi putri bungsu, putri ke tiga dari pasangan Karto Wiyadi dan Salemi tidak terhalang dengan adanya Covid-19. Terbukti tanpa terasa kebiasaan menulis itu, selama lockdown dapat menghasilkan dua sertifikat internasional. Satu menulis Resensi Buku Puisi dan Baca Puisi Dunia Covid -19 yang diikuti 17 negara secara massal dan online.
“Dalam waktu dekat kami bertiga akan menerbitkan antologi puisi Suara Tiga Penyair Indonesia dan ini sedang proses cetak”, Ungkap Putri Bungsu nama pena dari Tusilah mengawali percakapannya dengan GrahaBigNews, Rabu (22/4).
Penulis yang sudah merambah Asia Tenggara ini, awalnya anggota SKS juga, ketika disinggung tentang keberadaan SKS, beliau mengatakan SKS luar biasa, eksis mampu mewadahi anggota dari berbagai usia, berbagai lapisan masyarakat berbagai profesi juga dari berbagai aliran seni. Jadi ketika manggung ada nuansa yang beda dan ini tidak mudah mengelolanya. Tapi bu Susy mampu menjadi ibu asuh bagi banyak kepala yang beda isi otaknya” ungkap Putri menjelaskan.
Esensi Hari Kartini bagi ibu dari anak semata wayang bernama Rizal Ariffianto yang tengah menuntut ilmu di MAN 1 Karanganyar mengungkapkan, baginya juga mungkin bagi kebanyakan wanita, Kartini merupakan ujung tombak emansipasi dari zaman dulu, wanita dipingit sampai bisa lebih maju walau saat itu masih sebatas hal yang sederhana. Wanita bisa belajar agama/ngaji sampai bisa kursus kepandaian putri sampai akhirnya benar-benar setara dengan kaum pria, jelas Putri kepada GrahaBigNews.
Bu Guru yang beralamat di Perum Titang Asri, Blok E.5 Rt 01/7 Tegalgede Karanganyar ini mengungkapkan, kiprah Kartini-Kartini di Indonesia saat ini sudah luar biasa, benar-benar hebat mampu berkarier seperti pria, ada yang bisa menduduki jabatan penting baik politis maupun nonpolitis. Semua bermula dari pemikiran Kartini.
Lebih lanjut Putri mengatakan, banyak pengaruh yang bisa mendorong kaum perempuan untuk bisa berkreasi di dunianya. Pertama : Pengaruh luar, pengaruh yang diterimanya dari luar seperti dari organisasi, pergaulan secara luas dengan orang, di manapun bisa sangat mempengaruhi dirinya.
Kedua, pengaruh dari dalam dirinya sendiri, dia memiliki angan-angan, harapan yang ingin diwujudkannya. Dari dua pengaruh tersebut seseorang akan mengembangkan bakat dan minatnya untuk segera diwujudkan dengan berbagai cara menyesuaikan sikonnya, jelas Putri Bungsu yang layak meneruskan Kartini ini kepada GrahaBigNews.
Penulis yang sudah menerbitkan 2 buku tunggal, 36 buku antologi bersama ini, memiliki harapa untuk perempuan di Indonesia, semoga perempuan Indonesia makin cerdas dalam berpikir, bertindak dan bersikap. Sehebat apapun wanita jangan sampai melupakan kodratnya sebagai wanita atau ibu yang harus mengutamakan keluarganya, anak-anaknya dan suami yang merupakan aset termahal yang harus dijaga .
Dampak Corona di rasakan bagi ruang gerak Kartini di era digitalisasi sekarang ini cukup terasa dampaknya, tapi saya mengambil dampak positifnya saja. Begitu banyak wanita yang mendadak mampu berbisnis online, mulai makanan siap saji, mainan anak-anak dan sebagainya. Yang dulunya jualan di tempat umum sekarang dilarang sampai karyawati pabrik yang dirumahkan. Mereka memanfaatkan medsos untuk mencari nafkah demi bertahan hidup.
Sebagai Ibu yang bijak di rumah, sebagai pendidik di SMPN 2 Mojogedang Karanganyar – Jawa Tengah dan sebagai Penulis handal, Putri Bungsu memberikan kiat sukses untuk tetap eksis di dunia yang digelutinya, kita harus pandai membagi waktu, walau rasanya waktu 24 jam itu tidak cukup bila dibandingkan dengan agenda kerja yang padat merayap, ungkapnya.
Lebih lanjut Purti mengatakan, sesibuk apapun harus selalu terjalin komunikasi yang baik. Manfaatkan sedikit waktu yang ada untuk keluarga. Yang penting kualitas kebersamaan itu dalam keluarga harus betul-betul diutamakan. Karena secara kuantitas rasanya sulit, terkadang di rumah masih harus mengerjakan kerjaan kantor. Jam ngajar saya 36 jam / minggu, ditambah jam tambahan kelas 9, 4x seminggu :8 jam jadi sudah 44 jam, jelas Putri.
“Saya punya waktu istirahat hanya bareng anak-anak istirahat pertama 20 menit, ishoma 40 menit sebelum jam tambahan 30 menit. Saya tidak bisa koreksi pekerjaan anak-anak di sekolah, juga tugas lain harus dilembur. Makin tua makin banyak jamnya”, pungkas Putri Bungsu mengakhiri percakapan dengan GrahaBigNews.