Sekilas Tentang Program Penanggulangan Bencana Melalui Destana dan Katana dari BPBD Garut

Share posting

Oleh : Wishnoe Ida Noor

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut, Firman Karyadin, di kantornya, Jalan Terusan Pahlawan, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, (foto : Yan AS/ Diskominfo Garut-grahabignews.com)

Garut –  Senin (16/11/2020) Sebagai daerah yang dikenal rawan multi bencana, Badan Peanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut memilik beberapa program penanggulangan bencana di Garut.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut, Firman Karyadin, mengatakan salah satu program tersebut adalah Destana atau Desa Tanggu Bencana.

“Kita membentuk desa tangguh (Destana), kalau saya lihat data rintisannya 2014,” ujar Firman saat ditemui di Kantor BPBD, Jalan Terusan Pahlawan, Kelurahan Sukagalih,  Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut.

Ia menyebutkan, saat ini sudah ada 15 Destana di Kabupaten Garut. “2020 kita baru bisa mencapai 15 (desa tangguh) karena keterbatasan, disesuaikan dengan kondisi anggaran juga,” ucapnya. Mesikupun demikian, lanjut Firman, pihaknya akan terus berusaha untuk membangun desa-desa tangguh lainnya, khususnya di daera-daerah rawan bencana.

“Tapi tidak demikian, walaupun dengan keterbatasan itu kita tidak mesti berhenti seperti itu, kita tetep berusaha kita ngambil target-target, desa-desa yang memang daerahnya rawan seperti (di) Gunung Guntur di Desa Pasawahan, sekarang di (Kecamatan) Pameungpeuk, (Desa) Mancagahar kita ambil, memang daerah-daerah (rawan bencana) yang kita prioritaskan,” ungkap Firman.

Selain Destana, sebut Firman, ada program lain yakni Katana atau Keluarga Aman Bencana. “Katana itu keluarga aman bencana, sudah orang per orang, jadi satu rumah itu harus memahami. Kalau Destana kan satu desa, (lebih) umum,” ujarnya.

Ia menambahkan konsep dalam Katana, rumah menjadi sekolahnya bencana, sedangkan peran ibu (bapak) sebagai guru bencana.

“Jadi (konsepnya) aman bencana gitu, sudah di keluarga, dia itu sudah tahu yang namanya bencana, makanya konsepnya rumah jadi sekolah bencana, ibu jadi guru bencana,” ucapnya. Meskpiun ada beberapa program dari BPBD, tambah Firman, dalam penanggulangan bencana ini bukan lagi orang per orang, akan tetapi harus ada kolaborasi (pentahelix) dari semua pihak.

“Bagaimana caranya dalam menanggulangi bencana ini adalah satu kolaborasi, jadi tidak bisa orang per orang makannya Pak Presiden menyampaikan pentahelix. Jadi semuanya (penanggulangan) bencana ini tanggung jawab siapa ?, (tanggung jawab)  kita bersama, makanya ditangani bersama-sama.” pungkasnya.

KATANA sendiri merupakan wujud arahan Presiden Republik Indonesia yang turut dibahas dalam Rakornas Penanggulangan Bencana 2020, untuk melakukan edukasi kebencanaan secara berkala dan teratur. Gerakan ini bertujuan agar setiap keluarga Indonesia berpengetahuan, sadar, hingga terbiasa untuk mengenali risiko bencana, mengurangi kejadian bencana, mengurangi korban dan kerugian di keluarganya sendiri, serta menularkan ketangguhan tersebut ke keluarga lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *