Analisa Konsep Auditory, Visuality dan Writtely Dalam Metode Diferensiasi

Share posting

Oleh : Hidir Hidayat

Ita Habibie, S. Pd. I , Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dari SMPN 1 Garut terpilih sebagai Guru penggerak. (Foto: Hidir hidayat – grahabignews.com)

Garut – Ita Habibie, S. Pd. I ,  Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dari SMPN 1 Garut terpilih sebagai Guru penggerak, ikut seleksi tahun 2020 dan bagian dari sejumlah 1500 orang Guru se-Insonesia yang terpilih.

Ita, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi bagian dari 93 Guru dari seluruh Kabupaten Garut yang mendapatkan kesempatan menjadi Guru penggerak. Ita mengatakan, ada ilmu yang didapatkan hasil dari pembelajaran yang didapatkan selama 9 bulan.

Banyak pencerahan-pencerahan bagaimana memberikan edukasi terhadap anak didik dengan cara-cara yang manusiawi dan cara-cara yang disenangi oleh anak didik sesuai dengan kodrat dan zamannya.

“Entry pointnya bagaimana menjadi Guru penggerak harus mampu mengimplementasikan sesuai konsep yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara,” ujarnya. Sabtu(21/08).

(Foto: Hidir hidayat – grahabignews.com)

Guru harus menghamba kepada siswa atau anak didik dalam artian melayani, memberikan pendidikan yang terbaik, melihat potensi anak didik tanpa membeda-bedakan apakah anak didik ini pandai dalam bidang akademik juga bidang yang lainnya.

“Dimata Guru semuanya sama, karena setiap anak didik memiliki potensinya masing-masing, dan harus dikembangkan oleh Guru. Berikan motivasi hingga anak didik akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing,” kata bapak dua anak kelahiran Subang, 05 Juli 1983.

Sesuai dengan konsep Guru penggerak, kata dia, pembelajaran yang baik itu adalah pembelajaran yang berdiferensiasi. Metode diferensiasi adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa atau anak didik.

Semisal lanjut Ita, apabila siswa yang secara potensinya dia lebih kepada audiotory artinya hanya bisa mendengarkan materi, maka harus diberikan pelayanan secara audio. “Kalau anak didik suka secara visuality, maka sebagai Guru harus menayangkan gambar-gambar sesuai dengan kebutuhan,” ucapnya.

(Foto: Hidir hidayat – grahabignews.com)

“Terkadang kita melihat ada siswa yang terdiam saja sehingga Guru merasa risi dengan siswa yang seperti itu, padahal siswa yang terdiam itu bisa jadi potensinya dia bisa menulis(writely), maka biarkan dia menulis jangan paksa dia berbicara didepan umum, karena pembelajaran berdiferensiasi itulah mewadahi setiap kebutuhan siswa,” katanya.

Lanjut dia, siswa yang terdiam boleh jadi dia suka menulis, karena potensinya adalah sebagai penulis, bukan seperti orang yang suka berbicara didepan umum, itulah potensi yang harus dikembangkan dan diteliti oleh seorang Guru.

Terkait kurikulum yang digunakan di SMPN 1 Garut ada dua kurikulum yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum Sekolah Penggerak. Kurikulum Sekolah penggerak itu berbeda.

“Sebagai Guru penggerak, tentu saja menggunakan kurikulum sekolah penggerak, agar nanti ada matching atau chemistry dengan program Guru penggerak dengan sekolah penggerak, sehingga menciptakan siswa-siswi yang merdeka dalam belajar agar mencapai profil pelajar pancasila,” kata Ita yang juga penulis buku Budaya Positif Siswa-Siswi SMPN 1 Garut lugas.

(Foto: Hidir hidayat – grahabignews.com)

Terkait sinergitas antara pendidikan karakter bidang agama dengan profil pelajar pancasila, salah satunya profil pelajar pancasila yang mencerminkan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

“Dalam pendidikan agama islam kita dimerdekakan untuk berfikir, ini sesuai dengan profil pelajar pancasila yang memiliki daya kritis, hingga siswa bisa menganalisa setiap lingkungan yang dia lihat, dia amati dan mengkritisi apa yang perlu dikritisi,” ujarnya.

Tambahnya, dari daya kritis, bisa memberikan gagasan atau ide pada sesuatu yang perlu diberikan gagasan atau masukan. sebagai Guru penggerak, dirinya mendapatkan sejumlah fasilitas yang didapatkan diantaranya ilmu,  kuota mengajar perbulan untuk daring, dan uang transport ketika lokakarya.

“Yang terpenting mendapatkan ilmu, potensi dan nantinya katanya akan mendapatkan prioritas bahwa Guru penggerak akan diprioritaskan menjadi kepala sekolah, pengawas, penghargaan seperti itu sesuai arahan pak Mentri akan didapatkan, semoga,” pungkasnya.


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *