Mencintai Rasulullah Dengan Shalawat

Share posting

Oleh : Pasulukan Loka Gandasasmita


Ilustrasi-ngopibareng.id

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm

Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Yakinlah bahwa Rasulullah merindukan siapapun yang merindukan beliau.

Pembaca GrahaBigNews yang dirahmati Allah SWT. Sebentar lagi kita akan memasuki momentum penting dalam catatan sejarah peradaban manusia di dunia, yakni kelahiran Rasulullah, Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal.

Di tahun 2022 ini, kelahiran Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Sabtu, 12 Rab’ul Awwal 1444 H., yang bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 2022.

Rasulullah SAW adalah sosok yang mempesona, membuat sejuk suasana, membuat hati menjadi lega dan mendatangkan energi kebaikan. Bila bicara, kata-katanya bagaikan mutiara. Bila diam, dia menyimpan kesejukan. Bila berjalan, matanya sangat terjaga. Bila berprilaku, dia laksana al-Quran berjalan.

Dia bagaikan Malaikat, memberikan cahaya. Cahaya iman. Jejaknya jadi teladan bagi setiap orang. Bila satu kali namanya di sebutkan, beribu doa dan rahmat terlimpah atasnya. Atas wujudnyalah, lahir cinta sejati. Cinta suci yang tak pernah ternodai.

Seorang pemuda mendapatkan surat dari kekasihnya. Sebelum surat itu dibuka, perangkonya dilepas dan dijilatinya. Lalu dia membalas surat itu dan bercerita kalau perangkonya dia jilati. Karena si pemuda yakin bahwa sewaktu menempel perangko itu pasti memakai ludah kekasihnya. Jadi hitung hitung menelan ludah kekasihnya walaupun sudah kering.

Tak lama berselang, datanglah balasan dari si kekasih. Ia menyatakan terimakasih atas kemurnian cintanya. Tetapi maaf, katanya, yang menempelkan perangko dahulu bukan dia sendiri tetapi tukang becak yang dia titipi untuk mengeposnya. Keruan saja, si pemuda nyengir kecut. Itulah orang yang sedang dimabuk cinta.

Di tanah Arab, Majnun yang mencintai Layla, disebut gila. Karena dia datang ke rumah Layla dan menciumi dinding rumah itu sepuas-puasnya. Terhadap cemoohan itu, Majnun menjawabnya dengan puisi:

Aku melewati rumah, rumah Layla

Kucium dinding ini, dinding ini

Tidaklah cinta rumah yang memenuhi hati

Tetapi cinta kepada dia yang tinggal di rumah ini

Sekali lagi, begitulah cinta. Menurut psikolog muslim klasik, Ibnu Qayyim, cinta ditandai dengan perhatian yang aktif pada orang yang kita cintai dan ada kenikmatan menyebut namanya. Ketika menyebut atau mendengar orang menyebut, nama kekasih kita, hati kita bergetar. Tiada yang lebih menyenangkan hati daripada mengingatnya dan menghadirkan kebaikan kebaikannya. Jika ini menguat dalam hati, lisan akan memuji dan menyanjungnya. Seperti itulah orang orang yang mencintai Rasulullah SAW.

Segera setelah Nabi wafat, Bilal tidak mau mengumandangkan azan. Akhirnya, setelah didesak oleh para sahabat, Bilal mau juga. Tetapi mã syã Allãh, ketika sampai pada kata “Wa asyhadu anna Muhammad…” Dia berhenti. Suaranya tersekat di tenggorokan. Dia menangis keras. Nama Muhammad, kekasih yang baru saja kembali ke Rabbul ‘izzati, menggetarkan jantung Bilal. Bilal bukan tidak mau menyebut nama Rasulullah. Baginya, nama Muhammad adalah nama insan yang paling indah. Justru karena cintanya kepada Rasulullah SAW, nama beliau sering diingat, disebut dan dilantunkan.

Berbahagialah orang yang merasa nikmat saat bershalawat. Karena menurut Rasulullah, orang yang paling dekat dengan beliau di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat.

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ ﷺ قَالَ: أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً . (رواه الترمذي)

“Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku.” (HR Tirmidzi).

Cukuplah kita simak nasihat Ibnu ‘Athaillah ini: Betapa indahnya hidup ini jika engkau isi dengan taat kepada Allah, yaitu dengan cara berdzikir kepada Allah dan sibuk bershalawat atas Rasulullah SAW pada setiap waktu disertai oleh kalbu yang ikhlas, jiwa yang bening, niat yang baik dan perasaan cinta kepada Rasulullah SAW.

Allah SWT berfirman:

إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ۞

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzãb [33]: 56)

Ingin Mimpi bertemu Nabi

Siang itu, dengan wajah muram seorang murid bersimpuh di hadapan syaikhnya. Sang syaikh dengan suara berwibawa bertanya, “Apa gerangan yang merisaukanmu?”

“Wahai syaikh, sudah lama saya ingin melihat wajah Rasulullah SAW walau hanya lewat mimpi. Tetapi sampai sekarang keinginan itu belum terkabul juga”, jelas si murid.

“Oo.. rupanya itu yang engkau inginkan. Tunggu sebentar…”. Setelah diam beberapa saat, berkatalah Syaikh: “Nanti malam, datanglah engkau kemari. Aku mengundangmu makan malam”.

Sang murid mengangguk kemudian pulang ke rumahnya. Setelah tiba saatnya, pergilah dia ke rumah syaikh untuk memenuhi undangannya. Dia merasa heran melihat syaikh hanya menghidangkan ikan asin.

“Makan, makanlah semua ikan itu. Jangan sisakan sedikitpun!” kata syaikh kepada muridnya.

Karena tergolong murid taat, dia habiskan seluruh ikan asin yang disuguhkan. Selesai makan, dia merasa kehausan. Dia segera meraih segelas air dingin di hadapannya.

“Letakkan kembali gelas itu!” perintah syaikh. “Kau tidak boleh minum air itu hingga esok pagi, dan malam ini kau tidur di rumahku!”.

Dengan penuh rasa heran, diturutinya perintah syaikh. Malam itu dia tak bisa tidur. Lehernya serasa tercekik karena kehausan. Dia membolak-balikkan badannya hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. Apa yang terjadi? Malam itu dia bermimpi minum air sejuk dari sungai, mata air dan sumur. Mimpi itu sangat nyata. Seakan-akan benar terjadi padanya.

Begitu bangun paginya, dia langsung menghadap syaikh, “Wahai guru, bukannya melihat Rasulullah, saya malah bermimpi minum air”.

Tersenyumlah syaikh mendengar jawaban muridnya. Dengan bijaksana dia berkata, “Begitulah, makan ikan asin membuatmu amat kehausan sehingga kau hanya memimpikan air sepanjang malam. Jika kau merasakan kehausan semacam itu akan Rasulullah, maka kau akan melihat ketampanannya”.

Terisaklah si murid. Dia sadar betapa cintanya kepada Rasulullah SAW hanyalah sebatas kata. Kerinduan sebatas pengakuan. Kondisi si murid adalah kondisi hati kebanyakan kita semua.

Cinta pada dunia menutupi cinta kita pada Nabi SAW. Jujur saja, hati ini tak merasa nikmat saat bershalawat. Apalagi bergetar. Biasa biasa saja.

Tetapi kita tak perlu berkecil hati, yang kita ulas di atas adalah shalawat pecinta, sementara kita adalah shalawat pemula. Bagi pemula, Syaikh Muzaffer Ozak (penutur cerita mimpi di atas) berpesan, “Bila kau terus mengulang-ulang shalawat dengan ikhlas, hampir pasti akan menjumpai Rasulullah SAW dan siapapun yang melihatnya hampir pasti akan mendapat syafa’atnya”.

Jadi, melantunkan shalawat bagi pemula laksana menanam benih. Mula-mula dalam ucapan, lalu dalam pikiran. Bukankah segala tindakan selalu bermula dari pikiran? Apa yang sedang anda pikirkan saat ini menciptakan kehidupan masa depan anda. Anda menciptakan hidup anda dengan pikiran-pikiran anda. Apa yang paling anda pikirkan dan fokuskan adalah apa yang akan muncul dalam hati anda. Apapun yang anda tanam, itulah yang anda tuai.

“Kau adalah pikiranmu saudaraku! Sisanya adalah tulang dan otot. Jika engkau memikirkan bunga mawar, engkau adalah taman mawar. Jika engkau memikirkan duri, engkau adalah kayu bakar”. Demikian senandung Syaikh Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi (2:277-8)

Dengan memperbanyak shalawat, kita ingin pikiran kita jadi ‘taman cinta Rasulullah’. Kita ingin tindakan kita memancarkan keharuman akhlak Sang Teladan Segala Zaman.

Para psikolog pun belakangan membuktikan bahwa karakter manusia dapat diubah secara menyeluruh dengan pengulangan kata-kata tertentu. Dan hasil yang dicapai melalui kata-kata itu ternyata mengagumkan. RMP (Repetitive Magic Power) istilah mereka. “Segala sesuatu yang anda pancarkan lewat pikiran, perasaan, citra mental dan tutur kata anda, akan didatangkan kembali ke dalam kehidupan anda,” tegas Ponder, salah seorang pakar law of attraction.

Maka beruntunglah kita hidup di tanah air ini, yang di dalamnya shalawat selalu menyertai tahap-tahap kehidupan kita. Saat dilahirkan, bahkan sejak dalam kandungan 7 bulan, dikhitan, dinikahkan, lulus ujian dan ketika meninggal dunia, semua tahapan itu diisi dengan bacaan shalawat Nabi SAW.

Itulah cara orang tua kita dahulu menghidupkan kecintaan kepada Rasulullah SAW di hati kita. Tiada hari tanpa siraman shalawat, agar pohon kerinduan kepada Rasulullah SAW terus tumbuh subur dan menakjubkan orang yang menanamnya.

Mari kita tutup artikel ini dengan Shalawat Ghazali:

اَللّٰـهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نَّبِىِّ اْلأُمِّيِّ الْحَبِـيْبِ الْعَالِى الْقَادِرِ الْعَظِيْمِ الْجَاهِ، وَعَلٰى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اَللّٰـهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً دَائِمَةً مُسْتَمِرَّةً تَدُوْمُ بِدَوَامِكَ وَتَبْقٰى بِبَقٰئِكَ وَتَخْلُدُ بِخُلُوْدِكَ وَلَا غَايَةً لَهَا دُوْنَ مَرْضَاتِكَ وَلَا جَرَاءَ إِلَّا لِقَائِكَ وَمُصَلِّيْهَا غَيْرَ جَنَّتِكَ وَالنَّظَرَ إِلٰى وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ ۞

Allãhumma shalli wa sallim ‘alã sayyidinã muhammadin nabiyyil ummiyyil habîbil ‘ãlil ‘adzhîmil jãh, wa ‘alã ãlihî wa shahbihî wa sallim. Allãhumma shalli wa sallim ‘alã sayyidinã muhammadin wa ‘alã ãli sayyidinã muhammadin shalãtan dã’imatan mustamirratan tadûmu bidawãmika wa tabqã bibaqã’ika wa takhludu bikhulûdika walã ghãyatal lahã dûna mardhãtika walã jarã’a illã liqãika wa mushallîhã ghayra jannatika wan-nadzhara ilã wajhikal karîm.

“Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjungan kita Muhammad SAW, Nabi yang ummiy, kekasih yang tinggi, kokoh, agung dan mulia. Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjungan kita Muhammad SAW yang kekal dan terus-menerus, ia kekal karena Kekekalan-Mu, ia tetap karena ketetapan-Mu, ia langgeng karena kelanggengan-Mu, tak ‘kan punya arah tanpa keridhaan-Mu, tak ada pencapaian kecuali menjumpai-Mu dan juga bagi pembacanya kecuali surga-Mu dan melihat Wujud-Mu yang Mulia.”

Ãmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *