Marilah Peroleh Kebahagiaan

Share posting

konsep mencari kebahagiaan di era akhir zaman seperti sekarang ini.

Artikel Eksklusif

Oleh : Dr., Supardi, S.H,. M.H

Als Rd Mahmud Sirnadirasa

Saudaraku, hari-hari saat sekarang ini dimana kita sulit mendapat kebahagiaan, perasaan sesak dan penuh beban menghujam di jiwa kita, ingin rasanya aku mengajak engkau saudaraku untuk lebih merasakan kebahagiaan ditinjau dari sisi tasawuf.

Syekh Nawawi al-Bantani menukil syair dari Mursyid kami yang agung Syekh Asy-Syibli:

إذا أردت أن تستأ نس بالله فاستوحش من نفسك

(Idzaa aradta an tasta’nisa billahi faastauhisy min nafsika)

“Jika hatimu ingin merasa senang bersama Allah (tidak berpaling dari Allah), maka cegahlah hawa nafsumu (menguasaimu).”

Di kala orang berebut jabatan dan pekerjaan saat ini, Mursyid kami Syekh Abu Bakar Syibli dahulu malah sengaja mengundurkan diri dari jabatan Gubernur hanya untuk dapat serius menekuni keilmuan Tarekat dari gurunya yaitu Syekh Junaid Al Baghdadi.

Rasulullah SAW yang mulia mengemukakan sabdanya :

“Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam kitab Al-Hikam, Syekh Ibnu Athaillah menyebutkan konsep kebahagiaan bahwa senang dan sedih adalah dua kata yang saling bertolak belakang. Meskipun begitu, keduanya memiliki bobot yang hampir sama.

Misalnya, ketika seseorang terlanjur sangat senang akan sesuatu, maka ia akan merasa sangat sedih bila harus kehilangan sesuatu tersebut. Keduanya saling berlawanan, namun mempunyai hubungan sebab akibat yang setimpal.

Kebahagiaan adalah keadaan seseorang saat suasana hati terasa senang dan tenang. Saat hati manusia diliputi oleh kesenangan dan ketenangan, maka seluruh jiwa raganya dihinggapi rasa kebahagiaan.

Namun yang menjadi permasalahan, suasana hati tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Hati mudah dibolak-balikkan, sehingga pada satu hari ia dapat merasakan kegembiraan, namun di hari bisa berubah menjadi rasa kekecewaan.

لَيَقِلَّ مَا تَفْرَحُ بِهِ يَقِلَّ مَا تَحْزَنُ عَلَيْهِ

“Tatkala berkurang apa yang membuatmu bahagia, maka berkurang pula apa yang membuatmu sedih”. (Al-Hikam : hal 45)

Marilah kita menggapai kebahagiaan dengan memahami ilmu Syekh Ibnu Athaillah sebagaimana diutarakan dalam link perguruan kami :

Konsep Kebahagiaan Menurut Penulis Kitab Al-Hikam

Dalam keilmuan Jawa Ki Ageng Suryomentaram memaparkan konsep rahasia mencapai kebahagiaan dalam link sbb :

Wejangan Pokok Ilmu Bahagia 1

Wejangan Pokok Ilmu Bahagia (1)

Wejangan Pokok Ilmu Bahagia 2

Wejangan Pokok Ilmu Bahagia (2)

Wejangan Pokok Ilmu Bahagia 3

Wejangan Pokok Ilmu Bahagia (3)

Wejangan Pokok Ilmu Bahagia 4

Wejangan Pokok Ilmu Bahagia (4)

Akhirul kalam aku tutup dengan do’a :

اَللّٰهُمَّ اِنَّانَسْئَلُكَ سَلَامَةًفِى الدِّيْنِ، وَعَافِيَةًفِى الْجَسَدِوَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةًفِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةَقَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةًعِنْدَالْمَوْتِ وَمَغْفِرَةًبَعْدَالْمَوْتِ،اَللّٰهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِيْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ، وَنَجَاةًمِنَ النَّارِوَالْعَفْوَعِنْدَالْحِسَابِ

Allahumma inaanas ‘aluka salamatan fiddiin wa ‘aafiyatan filjasad wa jizadatan fil ‘ilmi wa barakatan firrizqi wa taubatan kablalmaut wa rahmatan ‘indalmaut wa maghfiratan ba’dalmaut. Allahumma hawwin ‘alainaa fii sakaraatilmaut wannajaata minannari wal’afwa ‘indalhisaab.

“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada Engkau dari keselamatan agama serta sehat tubuh, berikanlah kami tambahnya ilmu pengetahuan, serta keberkahan dalam rezeki, serta diampuni sebelum mati dan mendapat rahmat waktu mati, serta mendapat pengampunan sesudah mati. Ya Allah, mudahkan untuk kami menghadapi sakarotul maut, serta selamatkan dari siksa neraka, hingga pengampunan waktu hisab”.

 

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *