Anakku, Capailah Bahagia dan Jangan Jadikan Ibadahmu Sia-Sia

Share posting

Tanpa memiliki konsep bahwa dirimu adalah instrumen Tuhanmu, maka arah ibadah, arah amalmu semua menjadi tak menentu dan tidak mungkin engkau mencapai bahagia

Artikel Eksklusif

Oleh: H. Derajat

Ilustrasi-Okezone Muslim

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Allahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad.

Di hari yang berbahagia ini, kami ingin menyampaikan khususnya untuk anakku, istriku dan muridku sebuah jalan menuju kepada Tuhan dengan suatu keyakinan bahwa hidup ini hanyalah menjalankan rutinitas sebagai instrumen Tuhan.

Anakku, buah hatiku sesungguhnya ada pepatah orang tuaku “Kawula mung saderma, mobah-mosik kersaning hyang sukmo” (Lakukan yang bisa lakukan dengan maksimal, setelahnya serahkan kepada Tuhan).

Permata hatiku, beritiqamahlah engkau dalam melakukan pengabdian kepada Rabb mu hingga Al Yaqin datang kepadamu sebagaimana Firman Allah :

وَاعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتّٰى يَاۡتِيَكَ الۡيَـقِيۡنُ

Wa’bud Rabbaka hattaa yaatiyakal yaqiin

Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.

Yaqin yang dimaksud dalam ayat itu bisa ditafsirkan sebagai kematian yang apabila diperluas menjadi saat bertemu dengan Allah, saat kebahagiaan tiada tara menghampirimu ketika bertemu dengan yang engkau cintai dan rindukan sepanjang hidup yaitu Allahu rabbi wa rabbukum sebagaimana dikatakan dalam Al Quran :

وَاِنَّ اللّٰهَ رَبِّىۡ وَرَبُّكُمۡ فَاعۡبُدُوۡهُ ‌ؕ هٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِيۡمٌ

Wa innal laaha Rabbii wa Rabbukum fa’buduuh; haazaa Siraatum Mustaqiim

(Isa berkata), “Dan sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus.”

Inilah jalan yang lurus sayangku, jalan yang apabila engkau genggam erat maka engkau tak akan tersesat selama-lamanya. Namun demikian untuk mencapai al yaqin dalam Firman Allah di atas maka sebaiknya jalankanlah Tarekat, carilah Mursyid yang arif yang telah sampai kepadaNya karena tanpa bimbingannya engkau masih tertutup hijab Ketuhanan akibat tertutup oleh hawa nafsumu.

Anakku, inilah konsep hubungan Hamba dengan Tuhan yang paling mudah difahami, dengan memahaminya yakinlah engkau akan berbahagia seumur hidupmu. Silahkan disimak pada link berikut :

Aku Hanyalah Instrumen Tuhan

Istriku, anakku, cucuku, buah hatiku yang selalu membuatku berbahagia, inilah sebuah gambaran mendasar tentang hubungan kita dengan Tuhan. Bacalah dengan seksama kisah ini maka yakinlah hidupmu akan diisi dengan kebahagiaan.

Setelah membaca dan menyimpulkan kisah ini mungkin terbersit di dalam hatimu bahwa sesungguhnya kita ini benar-benar wakil Tuhan. Tetapi bila kesimpulan yang diambil itu salah maka engkau hanya akan merasa seorang hamba yang jauh dari Tuhannya sendiri.

Seseorang bertanya kepada Bawa Muhaiyaddeen “Terkadang aku bingung akan apa yang Tuhan inginkan, apakah Dia ingin aku berbuat sesuatu agar segalanya terjadi atau apakah Dia menginginkanku untuk tidak berbuat apa-apa dan menerima apa yang terjadi.”

Bawa Muhaiyaddeen menjawab; baiklah, mari kita lihat. Ambil contoh seorang dokter. Setelah menyelesaikan sekolah kedokteran, jika ia menjadi ahli bedah, dia akan memiliki akses pada semua alat-alat (instrumen) bedah yang akan digunakan tangannya untuk membedah. Apakah tugasnya saat itu?

Dia mengetahui bahwa pasien bisa hidup ataupun meninggal selama operasi berjalan. Jadi mungkin dia akan berpikir, “Jika operasinya gagal dan pasiennya meninggal, aku akan dianggap bersalah karena membunuh dan aku akan masuk neraka. Tetapi jika pasiennya hidup, aku akan dipuji.” Mungkin itu yang akan terjadi. Tetapi selayaknya dia tidak perlu berpikir bahwa hasilnya merupakan tanggung jawab dirinya.

Ada Sang Pencipta yang menciptakan tubuh ini, dengan segala pembuluh darah dan syarafnya. Segalanya merupakan milik-Nya, bahkan kelahiran dan kematian. Bahkan segala pujian dan segala hinaan adalah milik-Nya. Para dokter perlu menyadari hal ini. Dia harus bertindak seperti itu dan berkata;

“Ya Tuhanku, ini adalah pekerjaan-Mu. Ya Tuhanku, aku memohon kepada-Mu untuk datang dan melakukan tugas-Mu. Aku hanyalah pembantu-Mu. Aku hanyalah instrumen di tangan-Mu. Adalah Engkau yang harus melaksanakan operasinya, melindungi pasiennya, dan menyelamatkan hidupnya ataupun membuatnya meninggal. Ini adalah tugas-Mu. Aku hanyalah instrumen. Sebuah instrument tidak bertanggung jawab akan hasilnya. Yang bertindak dan melindungi adalah Engkau. Untuk itulah Engkau, Diri-Mu sendiri, yang harus melaksanakan operasi ini.”

Anakku tersayang, engkau harus menyadari bahwa engkau hanyalah instrumen-Nya, dan tanggung jawabnya bukan berada di tanganmu. Ingatlah bahwa ahli bedahnya adalah Tuhan dan engkau adalah tangan-Nya. Jika engkau melaksanakan operasinya dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada lagi bahaya. Tuhan yang akan melakukannya. Bagaimanapun, jika, engkau berkata, “Aku yang melakukan operasi ini,” maka pujian ataupun hinaan akan menjadi milikmu.

Jika engkau dapat memahami bahwa tanggung jawab akan pujian dan hinaan adalah milik Allah semata, dan jika engkau menyerahkan segalanya kepada-Nya, maka engkau akan melaksanakan semua tugas-tugas sebagai instrumen-Nya, dan mengatakan, “Semoga yang bertindak adalah Engkau, Wahai Tuhanku.” Oleh sebab itu, jadilah instrumen-Nya dan lakukan apapun yang engkau lakukan dengan kemampuanmu yang terbaik. Begitulah caranya.

Semoga engkau benar-benar menjadi instrumen Tuhan…

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *