Pelaksanaan Wisuda UNIGA, Terkesan Diskriminasikan Wartawan

Share posting

Oleh: RH

(Foto: Istimewa – grahabignews.com)

Grahabignews, Garut – Acara Wisudawan – Wisudawati UNIGA sebanyak 685, di gelar di Kampus UNIGA, Jl. Raya Samarang No.52A Desa Rancabango Kec. Tarogong Kaler, Sabtu (16/09).

Namun muncul kekecewaan yang dirasakan beberapa wartawan, salah satunya wartawan yang tergabung dalam organisasi Ikatan Wartawan Online (IWO) kab. Garut, karena tidak dapat meliput kegiatan tersebut.

Menurut dia, untuk meliput acara Wisuda di UNIGA, harus memakai ID Card liputan dari pihak UNIGA.

“Memang beberapa wartawan lain, diberi ID Card liputan, tapi ketika saya meminta, kata pihak UNIGA sudah habis, sehingga tidak dapat meliput,” ucapnya dan minta tidak disebutkan namanya.

Diakuinya, jelas dirinya sangat kecewa, karena merasa pihak UNIGA diskriminasi terhadap wartawan. “Kejadian ini bukan hanya hari ini saja, tapi berulang kali,” tuturnya penuh kecewa.

“Dalam pesan WhatsApp, pihak UNIGA menyebutkan bahwa jika hendak meliput, harus ada koordinasi sehari sebelum pelaksanaan. Saya tidak tahu ada keharusan itu,” pungkasnya.

Sementara Panitia Pelaksanaan Wisuda UNIGA yang enggan disebutkan melalui pesan WhatsApp, membantah hal tersebut. Menurutnya, semua wartawan bisa meliput kegiatan Wisuda.

Bahkan dirinya menyesalkan, apabila mau meliput, kenapa tidak menunggu sampai akhir acara, kenapa dirinya ataupun Bapak Rektor tidak di wawancara saat makan siang?.

“Justru saya nunggu sampai akhir, kalau niat mau meliput, kenapa gak nunggu sampai usai, kenapa saya tidak diwawancara atau sampai semua peserta bisa diwawancara?,” tanyanya keheranan.

Terkait Id Card peliputan, terangnya, itu tanda akses masuk tenda prosesi wisuda, bukan tanda ijin meliput. Usai Prosesi wisuda, kami akan mempersilahkan masuk dan melakukan peliputan (wawancara), meski tanpa Id Card tersebut.

Sementara tentang harus ada koordinasi sehari sebelumnya, dirinya menjelaskan, memang untuk meliput acara wisuda harus ada koorninasi dulu, itu merupakan prorokal kami. Pasalnya Id Card itu mesti di buat, tidak dapat serta merta.

“Padahal jika mau meliput, tunggu sampai selesai sampai ada sesi wawancara dengan Pak Rektor dan Panitia, meskipun tidak membawa Id Card. Bahkan, kami menyediakan konsumsi dan memberi untuk transfors, itu merupakan upaya kami untuk mengakomindir wartawan,” pungkasnya.


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *