FTBI Bentuk Karakteristik Peserta Didik Cinta Budaya dan Bahasa Sunda

Share posting

Oleh : Wishnoe Ida Noor

Pengawas SD Dinas Pendidikan Kecamatan Pameungpeuk, Dadang Sutaryat, M.Pd. (foto oleh Wida Heryani-grahabignews.com)

Grahabignewscom. GarutPengawas SD Dinas Pendidikan Kecamatan Pameungpeuk, Dadang Sutaryat, M.Pd., dalam penjelasan singkatnya pada GrahaBigNews usai rapat persiapan pelaksanaan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Kabupaten di Aula Dewi Sartika Jl. Pembangunan Kelurahan Sukagalih Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut, menyimpan harapan besar dibalik kegiatan tersebut yaitu pendidikan karakter pada para peserta didik tingkat SD agar senantiasa menjaga, memelihara nilai-nilai luhur bahasa (Basa, red) Sunda sebagai Bahasa Ibu. Selasa (26/09/2023).

Bagaimana tidak demikian, karena menurutnya bahwa pada materi lomba FTBI tersebut semuanya bermuatan pendidikan karakter agar peserta didik mencintai, mengembangkan, dan menjaga serta memelihara budaya dan Bahasa Ibu yaitu Bahasa Sunda diantaranya ada jenis lomba Borangan, Carpon, Biantara Sunda, Dongeng, Pupuh, Nulis+maca aksara sunda.

Terlebih lanjutnya, diera digitalisasi sekarang ini nilai-nilai luhur Bahasa Ibu yang syarat makna, penuh petatah peteteh etika yang sangat luar biasa dan para pendidik dengan penuh kesungguhan mendidik para peserta didiknya agar Bahasa Sunda tetap dijaga, dan dipelihara serta diterapkan dengan baik.

“Selaku Pengawas SD Pendidikan di Kecamatan Pameungpeuk, saya sangat mendukung kegitan FTBI ini, dan yang menjadi faktornya adalah dalam dunia pendidikan perlu ditanamkan demikian mendasar dan melekat tentang budaya-budaya Sunda,” ungkapnya.

Dirinya menandaskan bahwa hal lain yang jangan dilupakan adalah terkait menulis dan membaca Aksara Sunda.

“Untuk pendidikan Bahasa Sunda di Kecamatan Pameungpeuk progresnya sangat bagus, bahkan pada pelaksanaan FTBI di Tahun 2022 sangat signifikan terutama untuk Biantara hampir semua peserta mampu menampilkan gaya-gaya Biantara yang benar-benar menggunakan artikulasi Sunda,” ujarnya.

Diakhir penjelasannya, Dadang Sudrajat berharap agar pendidikan karakter dalam mencintai budaya Sunda ini agar para pendidik lebih meningkatkan lagi agar penerapan Bahasa Sunda itu digunakan dalam kehidupannya sehari-hari, bijaksana, dan sopan santun.

 

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *