Perkembangan Closed Loop di Kebun Edukasi Eptilu Garut Terus Memikat Perhatian

Share posting

Program di Kabupaten Garut ini bisa menjadi benchmark closed loop seluruh Indonesia

Oleh : Wishnoe Ida Noor

Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Kemenko Perekonomian, Yuli Sri Wilanti

Grahabignews.com. Garut – Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Kemenko Perekonomian, Yuli Sri Wilanti, memuji kemajuan Closed Loop di Kebun Edukasi Eptilu Garut. Yuli mengungkapkan bahwa proyek ini, diluncurkan pada 2020, telah berkembang pesat, mencakup 73 hektar dan melibatkan lebih dari 60 petani.

“Closed loop di Garut ini luar biasa, karena tadi saya bilang dari 2020 di- launching, sekarang sudah tiga tahun berjalan, dari hanya 3 hektare sekarang sudah 73 hektare, jumlah petani juga dari yang 10 sekarang sudah 60 lebih, itu kan dari sisi jumlah sudah bagus,” ujar Yuli ketika diwawancara seusai acara Rapat Koordinasi (Rakor) Evaluasi Implementasi dan Rencana Tindaklanjut Pengembangan Kemitraan Closed Loop Agribisnis Hortikultura, di Kebun Edukasi Eptilu, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jum’at (24/11/2023).

Closed Loop merupakan model kemitraan agribisnis hulu-hilir berbasis digital dengan praktik pertanian terbaik (Good Agricultural Practices), logistik efisien, dan jaminan pasar. Kebun Eptilu Garut menjadi pilot project pertama untuk implementasi closed loop hortikultura di Indonesia.

Yuli mengapresiasi komitmen Bupati Garut, Rudy Gunawan, terhadap penerapan closed loop di Eptilu, sehingga para petani bisa merasa terayomi dan berharap proyek ini menjadi inspirasi bagi daerah lain. Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani melalui pendampingan budi daya dan akses pasar yang terjamin.

“Jadi mudah-mudahan nanti Bupati berikutnya pun bisa aware dan concern dengan pertanian dan ini menjadi percontohan yang nanti bisa diusulkan ke Pak Presiden, biar Pak Presiden bisa tau nih Garut pengendalian inflasi, tidak hanya pengendalian inflasi (sebetulnya), tapi pengentasan kemiskinannya yang masih cukup tinggi di Garut bisa diatasi dengan closed loop,” ucapnya.

Yuli menerangkan, closed loop sedang dikembangkan di 18 daerah di seluruh Indonesia, dengan harapan program di Kabupaten Garut ini bisa menjadi benchmark closed loop seluruh Indonesia.

“Karena (Garut) ini piloting pertama dan sampai hari ini masih eksis dan bagus banget perkembangannya, jadi hampir semua daerah setiap kali ditanya “Bu ada contoh gak”, ya saya rekomendasikan pasti Garut, dari semua daerah Sumatera, dan manapun, NTT semua pun datang belajarnya ke Garut. Jadi ini menjadi kebanggaan orang Garut ini, Bupati Garut dan jajarannya perlu bangga dan perlu support ini,” ungkapnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Haeruman

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Haeruman, menyatakan bahwa closed loop adalah solusi untuk menekan inflasi dan meningkatkan pendapatan petani. Pemerintah Garut memberikan dukungan, termasuk bantuan sarana kendaraan, jalan usaha tani, mulsa, dan bibit cabai untuk para petani closed loop di Kebun Edukasi Eptilu.

“Itu sebagai kepedulian pemerintah Garut dan bukti dukungan terhadap closed loop yang ada di Kabupaten Garut, dan closed loop yang di Garut ini, ini merupakan closed loop terbaik di seluruh Indonesia dan dijadikan model,” tuturnya.

Haeruman berharap melalui pengimplementasian closed loop ini mampu menekan angka kemiskinan, menekan angka inflasi, hingga memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.

Rizal Fahreza, founder Eptilu

Rizal Fahreza, founder Eptilu, mengungkapkan kegembiraannya atas dukungan stakeholder yang semakin bertambah. Sejak dimulai tahun 2020 lalu hingga berlanjut sampai saat ini, pengimplementasian closed loop di Kebun Eptilu memberikan tren sangat positif.

Dalam evaluasi, kata Rizal, poinnya adalah bagaimana mensinergikan kembali peran dari para stakeholder, sehingga peran dari stakeholder tersebut benar-benar memberikan dampak nyata, benefit yang nyata, kepada para petani penerima program.

Benefit yang diterima oleh para petani yang menggunakan pola closed loop ini, mulai dari adanya program sekolah lapang, pendampingan, kepastian pola tanam, hingga dihubungkannya para petani dengan lembaga keuangan dan sumber permodalan lainnya, serta dengan lembaga off taker.

Ia berharap para petani tetap terus bersemangat berproduksi, bisa berkolaborasi dan bersinergi.

Dalam rakor ini para perwakilan dari Kemenkop UKM, KADIN Indonesia, perguruan tinggi, lembaga keuangan, dan kelompok tani turut hadir. Closed Loop di Garut diharapkan menjadi benchmark untuk daerah lain, dengan harapan dapat menekan kemiskinan, inflasi, dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *