Ketuhanan Dalam Kemanusiaan

Share posting

Artike Ekslusif

Oleh : H Derajat

Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita

ilustrasi-pixabay

Dalam banyak hal, Allah SWT memberikan sinyalemen bahwa manusia diciptakan dengan segala atribut inderawinya dan fungsinya masing-masing menunjukkan suatu prototype Diri-Nya sendiri. Lalu Allah SWT memerintahkan manusia untuk membaca kitabnya masing-masing.

اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا ۞

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”. (QS. Al-Isra’ [17]: 14)

Manusia dibandingkan makhluk yang lain sangatlah unik. Keunikan manusia terletak pada adanya Madzhar (Manifestasi) Tuhan di dalam dirinya. Memang manusia bukanlah Tuhan, tapi keunikan manusia justru mencitrakan fungsi-fungsi Ketuhanan di dalam dirinya. Allah SWT berfirman dalam Hadits Qudsiy:

الْإِنْسَاُن سِرِّيْ وَأَنَا سِرُّهُ

“Manusia itu adalah rahasia-Ku dan Aku adalah rahasianya”

Untuk lebih memahami tentang manusia sebagai Madzhar Allah Ta’ala marilah luangkan waktu sejenak untuk membaca risalah berikut ini :

Madzhar Tuhan Pada Dirimu

Dalam Hikmah no 14 dalam sebuah Kitab bernama Al Hikam yang dibuat oleh Mursyid kami yang mulia Syekh Ibnu Athaillah As Sakandari dikatakan :

“Wujud Allah itu Jelas dan Tidak Terhalangi oleh Sesuatu”

الكون كله ظلمة، وإنما أناره ظهور الحق فيه، فمن رأى الكون ولم يشهده فيه، أوعنده، أوقبله، أوبعده فقد أعوزه وجود الأنوار، وحجبت عنه شموس المعارف بسحب الآثار.

“Semesta itu seluruhnya gulita. Ia hanya akan diterangi oleh wujud Allah. Siapa yg melihat semesta, namun tidak melihat-Nya di sana atau tidak melihat-Nya ketika, sebelum, atau sesudah melihat semesta, berarti ia telah disilaukan oleh cahaya² lain dan terhalang dari surya makrifat karena tertutup tebalnya awan dunia.”

Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:

Di mata para ahli syuhud (orang yang menyaksikan kehadiran Allah Ta’ala dalam segala sesuatu), dunia ini tidak berwujud. Yang membuat dunia ini nampak hanyalah wujud Allah Ta’ala semata, persis seperti pancaran sinar matahari yang masuk ke dalam sebuah lentera berkaca. Tak ada wujud, kecuali wujud Yang Maha Benar. Dengan kemunculan Allah Ta’ala pada segala sesuatu, semuanya menjadi ada, sesuai dengan tabiatnya masing². Aslinya, mereka tidak berwujud dengan sendirinya.

Jika demikian, barang siapa yg melihat alam semesta ini tanpa merasakan kehadiran Allah Ta’ala di sana, berarti ia telah kehilangan nur Ilahi (cahaya Allah Ta’ala) yg membuatnya mendapat musyahadah. Di samping itu, ia juga tidak mungkin akan mendapat makrifat karena ia telah disilaukan oleh semesta ini.

Di sini Syaikh Ibnu Atha’illah menyinggung tentang bermacam-macam tingkatan ahli syuhud dalam memandang Allah Ta’ala. Di antara mereka ada yg menyaksikan Sang Pencipta terlebih dahulu sebelum menyaksikan ciptaan-Nya. Jika pandangannya jatuh pada suatu benda, ia akan menyaksikan keberadaan Yang Maha Benar dan bahwa hanya Dia yg menggerakkan dan mendiamkannya. Itu terjadi sebelum di benaknya terbersit apakah benda itu manusia ataukah domba, tinggi ataukah pendek, dan sebagainya.

Ada juga yg menyaksikan Tuhan setelah tahu bahwa benda yg disaksikannya itu adalah binatang. Ada yg menyaksikan Tuhan tepat di saat ia menyaksikan sebuah benda. Ada pula yg menyaksikan Tuhan pada benda itu.

Hikmah ini teramat sulit untuk dijabarkan karena semua pengalaman di atas tidak bisa diungkapkan melalui ucapan atau tulisan, namun hanya bisa dirasakan. Orang yg mengalami syuhud akan kehilangan kata² untuk menjelaskannya. Wallaahu a’lam

 


Share posting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *